26 October 2013

Another Small Surgery


Untuk kedua kali aku menjalani bedah ringan, di luar sunat tentu saja. Ada benjolan kecil di dekat sikut tangan kananku, dan kalau dipegang sedikit sakit. Aku curiga benjolan itulah yang menyebabkan aku demam+pusing berulang-ulang dalam sebulan terakhir ini.

Jadi malam ini aku ke dokter khusus bedah, dan langsung minta dibiopsi malam itu juga. Rupanya untuk proses bedah aku harus menunggu jam praktek selesai, jadi praktis baru mulai dieksekusi setelah jam 9 malam.


Proses bedah kecil ini berlangsung sekitar 30 menit, agak lebih lama dari perkiraan karena banyak bersinggungan dengan syaraf (pantesan benjolan ini kalau dipegang terasa sakit), jadi dokter harus hati-hati sekali. Gumpalan benjolan berhasil dikeluarkan, cukup kecil mgkn cuma sebesar kacang polong (1 x 1.5 cm), untuk dibawa ke lab. Aku pulang dari rumah sakit sekitar jam 11 malam.

Update :
Setelah seminggu, aku ke rumah sakit lagi untuk kontrol dan mengambil hasil analisa benjolan itu. Hasilnya cukup melegakan.

Mikroskopis : "Sediaan berasal dari brachii kanan terdiri atas jaringan KGB dan sedikit jaringan lemak. Tampak hiperplasia folikel limfoid disertai mass nekrotik dan sebukan padat sel radang mendadak menahun. Tidak tampak tanda ganas".
Kesimpulan : "Limfadenitis akut - kronik non spesifik disertai pembentukan abses."

Kurang jelas maksudnya bagiku, tapi dokter hanya menjelaskan bahwa tidak ada yang berbahaya, cuma ada kuman yang masuk entah darimana sehingga terjadi infeksi. Tampaknya infeksi ini yang menyebabkan aku demam berulang-ulang hampir selama sebulan terakhir. Lagipula sehari setelah operasi, badanku langsung terasa sehat, tidak demam dan tidak lagi pusing.

16 October 2013

Fruit Bee


Seekor lebah mendadak hinggap di tangan kananku waktu aku lagi nunggu saat membeli sup buah dekat rumah. Aku pikir ini hanya lebah yang biasa berkerumun di buah-buahan, dan katanya lebah ini tidak terlalu berbahaya, makanya aku tenang saja.


Setelah beberapa kali mengambil gambarnya, baru aku mengusirnya. Bukan karena takut, tapi karena risih saja, lama-lama geli juga. Aneh-aneh saja kok mendadak lebah nempel di tangan.

14 October 2013

Going Home


Libur telah usai, waktunya kembali ke Jakarta. Kami sengaja datang lebih awal ke Bandara Changi dan makan siang di sana, jadi ada cukup waktu untuk jalan-jalan sebentar di bandara ini. Sebelumnya aku ajak istriku dan Andre untuk narsis sebentar di Social Tree yang ada di Terminal 1 :)


Bunga anggrek segar yang menghiasi Terminal 1. Karena badanku masih kurang fit, aku memilih duduk saja menunggu di taman, memandangi bunga-bunga dan orang-orang yang berlalu-lalang, sementara istriku dan Andre berjalan-jalan di areal pertokoan yang ada.


Ternyata ada pengumuman kalau penerbangan kami, pakai Lion Air, mengalami delay. Jadinya kami memilih istirahat sebentar di ruang tunggu. Sebenarnya aku pengen nyobain pijat kaki yang juga ada di sini, tapi pas nunggu tempat itu kosong, ternyata boarding sudah dibuka. Syukurlah delay cuma 30 menit.

Saat boarding, hampir saja belanjaan kami, berisi coklat dan oleh-oleh, ketinggalan di bandara. Ceritanya barang itu harusnya dibawa Andre. Tapi dia hendak ke toilet, dan menitipkannya ke aku. Pas masih antri untuk masuk boarding, aku lihat dia sudah keluar dari toilet. Jadi aku letakkan saja barang di lantai antrian, dan aku masuk. Maksudku biar Andre yang membawa lagi barang itu. Rupanya dia tidak menyadari perbuatanku, jadi dia juga langsung saja nyelonong masuk boarding.

Saat panggilan masuk pesawat dilakukan, barulah Andre sadar kalau kantong belanjaan berisi coklat itu belum ada. Wah, repot. Aku langsung keluar, sempat gak diijinkan oleh petugas karena sudah hampir berangkat, tapi aku ngotot keluar. Belanjaanku itu sudah diangkut dengan troli oleh petugas kebersihan, tapi untunglah dia masih ada dekat dengan ruang boarding. Fuih .... kantong berisi coklat oleh-oeh itupun masih bisa kami bawa pulang :)


Sudah lama aku tidak bepergian dengan pesawat di siang hari. Waktu hendak mendarat, terlihat bulan di tengah langit yang biru cerah, meskipun tampak kecil.

Poses of Taking Photos


Seorang bapak mengambil foto dengan kamera ponsel sambil bersimpuh di tengah jembatan. Namanya juga piknik, berfoto ria adalah bagian yang tidak terlewatkan saat ini, apalah semakin maraknya teknologi foto digital, mulai dari kamera ponsel, kamera saku hingga DSLR.


Yang ini pakai kamera sekelas DSLR, pakai ngintip dan memiringkan badan untuk mendapat angle yang pas. Seperti pernah kubilang dalam posting sebelumnya, seringkali pose si pemotret lebih heboh (dan menarik) dibanding objeknya :)


Mengambil foto di spot yang populer adalah tantangan tersendiri, karena gak bakal ada istilah antri untuk berfoto. Jadi harus pintar-pintar mencari sudut kosong, atau malah sengaja membaur dengan pengunjung lain. Kadang-kadang bete juga kalau pas mau foto ada "photobomb" yang tidak serasi baik di depan maupun di belakang kita. Untunglah dengan teknologi digital, croping dan bahkan "menghilangkan object pengganggu" cukup mudah dilakukan agar hasil foto lebih menarik.


Eh, sebenarnya foto inilah alasan aku membuat posting khusus tentang pose orang-orang yang memotret. Pose si ibu ini sih biasa saja, tegak tanpa tingkah aneh. Tapi penggunaan satu tangan untuk menutup satu matanya, agar dapat nginceng dengan pas, itulah yang membuat pose pemotret ini terkesan unik, bikin ngakak lebih tepatnya :) Cukup menghibur, bagiku....

Last Day, Visiting Merlion


Hari terakhir liburan di Singapura ini tidak banyak agenda, selain mengunjungi patung Merlion di Marina Bay. Kayaknya kurang afdol ke negeri ini kalau belum berkunjung di patung simbol negara ini. Hari ini waktu terbatas karena tengah hari kami sudah harus berangkat pulang. Dan sepertinya cuaca mendukung minimnya aktifitas, karena sangat mendung dan sedikit gerimis, berbeda dengan dua hari sebelumnya yang lumayan cerah.

Aku sengaja mengajak istriku dan Andre mengunjungi patung Merlion dengan menyusuri sungai Singapura dari Quay Bay.


Tampak sekelompok siswa yang sepertinya sedang melakukan study tour, bukan piknik karena mereka tampak serius mendengarkan penjelasan dari guru mereka. Sekilas aku sempat mendengar sang guru menjelaskan tentang sejarah tempat-tempat yang mereka kunjungi. Entah dalam rangka apa, hari ini aku banyak berpapasan dengan rombongan anak-anak sekolah.


... sepertinya foto burung tidak pernah ketinggalan setiap kunjunganku ke negara ini :)


Selain sekumpulan anak sekolah, di tepi sungai ini aku juga sempat melihat sekelompok orang yang sedang melukis bersama. Entah mereka dari sanggar atau sekolah seni, atau sekedar kelompok pencinta lukisan, yang jelas usianya sih bervariasi, ada yang muda ada juga yang tua, laki-laki dan perempuan dan berbagai ras. Menarik juga.


Sepasang lansia sedang serius menyiapkan dagangan mereka. Sementara di sekitarnya tampak beberapa pegawai swasta yang sedang "beristirahat" merokok di luar gedung. Aneh juga, ini jam kerja tapi kok banyak yang nongkrong di luar kantor.


Ketemu lagi dengan serombongan pelajar saat melewati jembatan Cavenagh yang cukup iconic di samping hotel Fullerton. Tempat ini selalu menjadi ajang berfoto-ria bagi para wisatawan.


Nah, kalau ini terowongan di bawah jalan Fullerton menuju Esplanade Park, cukup menarik juga untuk jadi tempat berfoto ria.


Narsis sebentar di Esplanade Park, dengan latar belakang gedung Esplanade dan Singapore Flyer. Sayangnya kami gak bisa berlama-lama di sini karena mulai gerimis. Dari sini kami berjalan menyeberangi sungai Singapura dengan jembatan untuk pejalan kaki di sepanjang jalan Fullerton.


Beberapa turis wanita, sedang asyik ngobrol dan merokok bersama, sepertinya mereka wisatawan dari Korea atau Jepang.


Nah, sampai juga di patung Merlion, dengan latar belakang kawasan Marina Bay Sands. Di latar belakang tampak langit sangat mendung, dan sebenarnya gerimis sudah mulai turun, jadi gak bisa banyak mengambil foto di sini. Tidak sampai lima menit, kami langsung beranjak pulang ke hotel menggunakan bis.

13 October 2013

Night Shopping : Orchard, Chinatown, Little India


Setelah cukup beristirahat di hotel, malam ini jadwalnya adalah jalan-jalan dan belanja. Yang belanja sih istri ma adik iparku, aku cuma jadi penggembira dan tour guide. Tujuan pertama adalah kawasan Orchard yang terkenal.


Di Orchard kami hanya mengunjungi satu tempat, yaitu ION Orchard. Setahuku barang-barang di Orchard ini mahal, jadi gak cocok buatku :) Istriku berminat ke sini karena ingin mencari sepatu, dan katanya di Rubi banyak barang yang bagus dan murah. Tapi setelah melihat-lihat sih gak murah-murah amat.

Oh ya, kami ke sini naik MRT biar cepat, turun di stasiun Orchard, dan tidak jauh dari MRT itu langsung ketemu ION Orchard. Jadi gak perlu jalan terlalu jauh. Andre sendiri sempat melihat-lihat ke toko-toko sekitar sini, tapi rasanya harganya masih terlalu mahal, gak jauh beda kalau beli di Jakarta.


Dari Orchard, kami meluncur ke Chinatown menggunakan bis SBS Transit. Ada satu jalur yang langsung ke sini, aku lupa nomor berapa.


Sayangnya kami sudah terlalu malam di tempat ini, sudah banyak toko yang tutup. Tapi tetap saja kami masih sempat membeli beberapa pernik-pernik untuk oleh-oleh. Di sini tak jarang pula kami mendengar bahasa Indonesia diucapkan oleh para pengunjung. Banyak juga turis dari Indonesia :)


Nah, dari Chinatown masih belum puas juga belanja. Menjelang jam 10 malam kami meluncur ke Little India, dengan satu tujuan - Mustafa Center. Tempat ini buka 24 jam.

Waktu kami datang, kami tidak langsung menuju ke Mustafa Center, tapi di toko sebelahnya, yang juga bernama Mustafa (sepertinya mereka merger). Hanya saja toko yang sebelah ini jam 10 sudah tutup, dan kami buru-buru "diusir", dengan diberi tahu bahwa yang buka 24 jam itu toko sebelahnya. Padahal waktu itu pas istriku hendak membeli sendal. Anehnya, sendal yang dia temukan tidak pas dipasangkan oleh petugasnya. Jadi yang kanan ukuran 39, yang kiri ukuran 38. Sementara dia nemu sepasang lain yang justru kebalikannya.

Langsung aku bawa ke petugasnya, dan dia membongkar pasangan itu sambil bertanya berapa ukuran yang aku inginkan. Aku jawab 38, istriku juga mendengar. Langsung petugas itu memberiku sepasang sendal, yang sialnya aku tidak lagi memperhatikan karena buru-buru dan langsung membayarnya. Eh, sampai di hotel baru disadari ternyata yang diberikan oleh petugas itu ukuran 39. Untunglah masih cukup dipakai.

Oh ya, aku baru sadar kalau di Mustafa Center cukup lengkap barang-barang untuk oleh-oleh, khususnya coklat, dan harganya tergolong lebih murah dibanding yang di pinggir-pinggir jalan, apalagi dibandingkan harga di bandara Changi. Lain kali kalau nyari oleh-oleh cukup ke sini saja lah.

Cat in Aljunied Station


Kucing liar di Singapura tidak sebanyak kucing liar di Jakarta. Di sini malah lebih banyak burung liar terutama myna dan gagak. Hanya saja, beberapa kali aku lihat kucing di kota ini kok badannya besar-besar, gemuk dan terkesan terawat.


Karena menginap di daerah Geylang, kami sering mampir di stasiun Aljunied. Di sini ada 2 kucing liar, setidaknya selalu kami jumpai saat kami mondar-mandir di stasiun ini. Salah satunya berwarna abu-abu belang, dan dia sering tiduran saja di sekitar parkiran sepeda.


Satu lagi berwarna kecoklatan, dengan warna putih di bagian bawah, ini hobinya nongkrong di halte bis bawah jalur MRT. Kedua kucing ini jinak, mau diusap-usap dan merespon saat dipanggil. Waktu pertama kali kami melihat kucing-kucing ini, ada juga seorang bapak yang sedang bermain dengan mereka.

Penasaran juga, gimana aturan atau cara pemerintah mengatur soal kucing, baik yang liar maupun yang dipelihara.

Resort World Sentosa : Departure


Satu keluarga tampak sedang menikmati makan siang di bawah Waterfront Station, persis kayak masyarakat Indonesia yang piknik sambil makan dengan gelar tikar di lapangan rumput :)

Selesai bermain di Universal Studio, sebelum meninggalkan pulau Sentosa, aku sengaja naik kereta dulu ke Beach Station (stasiun paling ujung dari Sentosa Express) karena penasaran apa yang ada di sana. Mumpung naik keretanya dah gak bayar lagi.


Sepanjang jalan, banyak aku temui turis-turis yang sedang mengambil gambar dengan kamera atau smartphone. Kadang gaya pemotret tampak lebih heboh dibandingkan gaya objeknya, seperti dua pria dewasa yang mengambil foto di pinggir jalan ini.


Sampai juga di Beach Station. Dari atas stasiun tampak lautan lepas, dengan pantai yang hijau penuh pepohonan, tampak segar. Aku turun sebentar meskipun tenaga sudah tidak bisa kompromi lagi.


Di luar stasiun ada kucing hitam yang tidak terlalu gemuk ini, tapi jinak. Tidak banyak kucing liar di Singapura, tapi biasanya kucing yang ada cukup terawat, entah mereka dapat makan dari mana.


Karena sudah sangat capek dan ingin segera beristirahat, kami tidak berlama-lama di tempat ini. Juga tidak sempat berkeliling. Hanya sempat keluar stasiun sebentar, duduk di taman sekitar 15 menit, dan kembali masuk stasiun untuk pulang ke kota.


Pantai selatan pulau Sentosa tampak dari atas Beach Station. Tampaknya nanti aku perlu meluangkan waktu ke sini, sekedar menikmati pemandangan dan melihat-lihat.


Ternyata patung Merlion beukuran besar yang ada di pulau Sentosa berada dekat dengan Imbiah Station. Wah, andai saja tenaga dan waktu masih mendukung, aku bakalan singgah dan jalan-jalan di tempat ini. Makin menguatkan niatku untuk datang lagi ke sini suatu saat lagi.


Beberapa aktivitas turis di sekitar Imbiah Station, dekat dengan patung Merlion. Seperti biasa, sebagian besar aktivitas adalah berfoto ria. Jaman sekarang foto sudah jadi kebutuhan pokok, entah sekedari disimpan atau diupload ke berbagai jejaring sosial. Toh gak harus dicetak, jadi biaya operasional tidak memberatkan seperti jaman penggunaan foto analog.


Dengan Sentosa Express kami meninggalkan Sentosa Resort World menuju Vivo City, melewati pelabuhan ini. Tampak kapal-kapal besar berlabuh, dan di belakang itu ada gondola yang cukup tinggi yang juga bisa mengantarkan wisatawan menuju pulau Sentosa.


Hmmm.... Christmas comes early in Vivo City :)

Universal Studio Singapore : New York


Area New York harusnya kami kunjungi paling awal, tapi karena kami ambil arah berlawanan, justru kami melewati tempat ini pas menjelang pulang. Karena dah terlalu capek dan panas, kami tidak banyak mengunjungi tempat ini. Sebenarnya di sini ada wahana Sesame Street, Monster Museum, dan juga semacam Bakery (lupa detailnya) yang kami lewati begitu saja.


Hanya satu wahana yang kami kunjungi, karena penasaran, adalah wahana Lightroom, yang memberi pertunjukan singkat tentang contoh special effect yang biasa digunakan di film-film, dengan arahan (suara) langsung dari Steven Spielberg. Ceritanya tentang bencana badai di salah satu pelabuhan. Di sini sempat terlihat suasana badai yang melanda pantai, gudang yang porak poranda, kebakaran dan diakhiri dengan masuknya sebuah kapal. Cukup nyata, meskipun hanya rekayasa. Meskipun singkat, tapi merupakan pengalaman yang menarik, khususnya bagi pecinta film.


Oh ya, pas pulang lagi-lagi kami penasaran dengan suara gemuruh dan kerumunan orang di salah satu sudut areal ini, di depan gedung  Palace : World Premiere. Ternyata tempat ini ada pertunjukan street dance, yang turut mengajak pengunjung untuk unjuk kebolehan dalam menarik. Salah satunya adalah pengunjung dari India ini, dan juga anak kecil (di belakang pakai baju biru) yang menari Gangnam Style :)


Salah satu dekorasi bernuana Halloween di pinggir jalan area ini...

Universal Studio Singapore : Madagascar Boogie


Madagascar Boogie adalah pertunjukan tarian dengan menampilkn tokoh-tokoh dalam film Madagascar. Ada sederetan pinguin, Alex si Singa dan juga Gloria si Kuda Nil. Aku lupa berapa kali pentas ini dilakukan di areal Madagascar, tapi pas kami lewat kembali ke area ini untuk pulang, pas lagi ada pertunjukan.


Seorang kru ikut bertepuk tangan bersama para pengunjung yang memadati pertujukan ini.


Nah kalau ini yang jadi "MC"nya. Yang membuatku bertanya-tanya selama ada di taman hiburan ini adalah sebagian besar kru masih berusia muda. Kalau di Jakarta sih aku gak bakal heran, banyak tenaga kerja muda lulusan SMU/SMK. Tapi kalau di Singapura harusnya jaranglah yang gak lanjut ke perguruan tinggi. Tapi ya gak tahu juga. Bisa jadi mereka anak magang. Entahlah.


Secara total pertunjukan ini hanya sekitar 5 menit, menari dengan iringan lagu "I Like To Move It" yang merupakan soundtract dari film Madagascar.


Thirsty at Universal Studio Singapore


Lupa bawa minuman waktu berkunjung di Universal Studio Singapore? Tenang saja, ada cara untuk menghemat karena di sini tersedia banyak tempat air siap minum, yang gratis. Seperti yang biasa ditemui di bandara Changi.


Tentu saja, kalau masih gak yakin dengan kebersihan air keran atau ingin minuman yang berasa, banyak cafe atau gerai penjual minuman di sini. Ya tentu saja harganya relatif lebih mahal dibanding kalau membeli di tempat lain. Contohnya kita bisa beli minuman dalam botol berbentuk Poo, si Kungfu Panda ini.


Satu botol harganya 15 dolar singapur (walah .....), dan Andre beli 2 botol. Padahal tadinya aku cuma minta dia tanya harganya :) Tapi ya mendingan sih, botolnya bisa jadi souvenir, kualitasnya juga bagus dan pasti menarik buat anak kecil. Oh ya, isinya es teh lemon dan cukup banyak untuk menghilangkan dahaga di tengah cuaca siang yang panas.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...