18 March 2018

Taman PRL


Pengurus RT sedang memasang papan nama untuk satu-satunya taman di kompleks mungil ini. Terima kasih pak RT dan para rekan semua yang sudah bersusah payah memperindah tempat ini. Papan nama ini dilengkapi dengan lampu LED warna-warni yang menyala saat malam.


Oh ya, selain itu aku juga mengusulkan akan tempat sampah yang semula terbengkalai ditegakkan kembali, meskipun kotak sampahnya sudah bolong. Alternatifnya, di tempat sampah itu nanti bisa diganti dengan ember, setidaknya di taman ini ada tempat sampah jadi warga tidak buang sampah sembarangan, terutama anak-anak, saat bermain di sini.


Inilah tempat sampah itu, bagian bawahnya sudah hancur dan bolong, tapi bagian atasnya masih utuh meskipun berkarat. Aku pikir asal bisa dapat ember yang ukurannya pas, tinggal ditaruh di dalamnya sudah bisa berfungsi. Setidaknya warga tidak  punya alasan untuk buang sampah sembarangan.

Selain itu, masih banyak yang perlu diperbaiki dari taman warga ini agar lebih nyaman dipakai. Salah satunya adalah kondisi lapangan yang sudah berantakan. Nunggu dapat rejeki nomplok dulu untuk bisa merenovasi itu.

13 March 2018

Rangka Tivi Bekas


Bermain di tempat pemulung bisa menemukan banyak objek foto yang menarik dan beragam. Contohnya ya rangka bekas televisi ini, bisa jadi frame yang bagus.


Sayangnya bocah ini belum bisa jadi model foto, belum paham dan belum mau diatur, jadi ya candid ala kadarnya saja.

12 March 2018

Situ Gintung Dari RS Hermina


Sudah lama aku ga jalan-jalan ke Situ Gintung,danau buatan yang mungkin paling luas se-Tangsel. Ternyata sebagian dari wilayah danau itu bisa terlihat dari dalam RS Hermina Ciputat, setdaknya di lantai 3 dan seterusnya.


Sayangnya akuhanya sempat melihat dari sisi utara edung, jadi kurang maksimal. Paling cakep kalau dilihat dari sisi timur, apalagi pas matahari terbit, terutama kalau bisa menikmati pemandangan ini dari atap gedung.

Aku sempat iseng naik ke rooftop, langsung ditegur sama petugas hehehe...


08 March 2018

Rock Stacking


Ada banyak batu di taman depan rumah, batu-batu kali yang halus yang memang khusus untuk taman. Entah bagaimana awalnya batu-batu ini ditata, yang jelas sekarang  sudah tidak beraturan dan tertimbun tanah.


Iseng, terinspirasi dari hebohnya cerita soal sungai di Sungai Cidahu, nyoba belajar menyusun/menumpuk batu-batu itu. Tidak mudah, meskipun juga tidak terlalu sulit, tergantung pilihan batu. Yang jelas, aku hanya bisa menumpuk maksimal 5 buah batu, itupun yang bentuknya tergolong rapi. Entah mengapa, setiap sampai batu ke-6, keseimbangan selalu kacau hehehe.... dasar super amatir.



Yang jelas aku senang melihat tumpukan batu itu, ada seni tersendiri yang bisa terlihat. Seperti melihat patung abstrak.

Sayangnya, kalau di Cidahu beberapa oknum merasa "terancam imannya" oleh batu-batu tak bernyawa itu, di rumah si bocah ganteng yang tidak suka. Setiap melihat ada batu bertumpuk, dengan segera ia merobohkannya.

01 March 2018

Mencoba Berlari (Lagi)


Sepatu ini aku beli sudah lama, harusnya lebih dari dua tahun lalu karena saat itu belum punya anak. Seingatku aku baru 1-2 kali memakai sepatu ini, karena memang jarang olahraga, terutama lari. Selain masalah stamina, dan kaki yang gampang sakit saat lari terlalu lama, juga makin lama sulit mencari waktu luang - dan lebih tepatnya sulit mendapat motivasi untuk olahraga.

Pagi ini aku iseng untuk mulai lari pagi, mumpung El sedang tidur, cuaca cerah, dan istriku sedang cuti. Biasanya tetangga berolahraga ringan dengan jalan/lari keliling kompleks, tapi aku merasa ragu. Jadi aku putuskan untuk lari di jalan raya, meskipun target awal tidak terlalu jauh. Dua-tiga km rasanya sudah cukup.

Belum ada 1 km, aku sudah merasa capek dan menyerah. Persis di depan McD Menjangan, aku berhenti dan mulai jalan kaki. Mendadak pandangan berasa kabur dan berkunang-kunang, dan yang paling menyakitkan adalah dada rasanya sangat sesak serasa akan meledak. Andai aku ada di lapangan atau rumah, pasti aku sudah langsung merebahkan diri. Untuk tak jauh dari situ, di Bambini, ada tempat aku bisa duduk sejenak. Setelah nafas mulai teratur barulah aku lanjutkan perjalanan. Kadang lari, kadang jalan, dibawa santai saja - ketimbang tumbang di pinggir jalan bakal lebih memalukan hehehe.


Layaknya pemula amatir, biasanya kalau olahraga ujung-ujungnya beli makan juga. Pas kebetulan lewat penjual buah langganan, jadi mampir beli pisang, jeruk dan salak. Aku "cuma" beli jeruk 2kg, tapi ada dua orang yang berkomentar "Kok beli jeruk banyak banget".

Btw, terkait dengan rasa capek dan pandangan berkunang-kunang yang aku alami tadi, ada penjelasan menarik yang aku dapat dari Pak Widarto.

6 menit pertama masih ada cadangan udara di paru-2. Setelah cadangan udara habis, terasa engap. 
Kalau diteruskan, mulai saat itu paru-2 mengambil udara langsung dari udara bebas, lalu diproses menjadi oksigen. Nah, saat itulah yang namanya "latihan" aerobic dimulai.  
Maka latihan aerobic [melatih paru-2 menggunakan udara langsung dari udara bebas dengan berlari sebaiknya minimal 6 menit . . syukur bisa > 12 menit[ kalau jalan kaki ya harus lebih lama lagi, karena cadangan udara habisnya juga lama ]

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...