26 November 2016

Bakar-Bakar Ikan di Pos Ronda


Menjelang jam 9 malam, aku keluar rumah untuk meletakkan sampah di pinggir jalan. Ternyata ada (sebagian) bapak-bapak kompleks yang sedang berkumpul di pos ronda sedang bakar ikan. Entah siapa inisiatornya, yang jelas tadi pagi ada bapak tetangga rumah yang pergi memancing di Bogor.


Jam 10an, setelah bocah tidur, barulah aku bisa bergabung. Meskipun hanya sekitar 10 orang yang bergabung, tapi suasana tetap meriah. Tidak ada agenda pembicaraan khusus malam ini, hanya ajang silaturahmi saja.

Ikan bakarnya mantap, apalagi pas malam-malam dingin begini. Awalnya aku hanya mau makan ikannya saja, karena sudah lumayan kenyang. Tapi ternyata kurang mantap kalau tidak pakai nasi, jadi ya nambah nasi juga. Sekali-kali makan (menjelang) tengah malam gak apa-apa lah, toh belum gemuk ini hehehe

Petugas Kebersihan di Kompleks


Dia satu-satunya petugas kebersihan yang dipekerjakan oleh pengurus perumahan, mungkin sudah sejak tahun lalu. Aku lupa nama pastinya, entah Basra atau Basar, tapi kata tetanggaku, dia dulu preman. Aku perhatikan dia cukup rajin bekerja dan lumayan berdedikasi meskipun hanya sebagai tukang sapu. Kerjaannya selain menyapu jalanan sekitar kompleks, juga membersihkan jalan dan selokan dari rumput-rumput serta tanaman liar lainnya.


Suatu hari aku pernah ngobrol singkat dengan dia dan bercerita tentang tukang angkut sampah yang datangnya tidak pasti - kadang 3 hari, kadang 5 hari - dan membuat sampah sering menumpuk. Memang kami membayar jasa angkut sampah yang tugasnya mengambil sampah dari rumah-rumah penduduk dan membawanya ke TPS. Alasan ketidakteraturan itu karena ada masalah di TPS. Yang menarik adalah komentar bapak ini. Dia bilang, harusnya gak perlu ada alasan itu. Kan sudah ada kesepakatan kerja, yang harus diikuti apapun caranya. Wah, salut juga mendengar hal ini dari pekerja setingkat buruh yang mungkin gajinya masih dibawah UMR ini.

Dulu sebelum kami mempekerjakan dia, pengurus perumahan sering mengadakan kerja bakti, bisa setiap 3-4 bulan sekali. Tentu saja kegiatan yang kurang efektif juga kalau fokusnya untuk membersihkan lingkungan, karena selain tidak semua warga bisa ikut serta, juga dalam kegiatan itu kebanyakan diisi dengan acara santai dan ngobrol-ngobrol. Tapi memang salah satu manfaat (dan tujuan) kerja bakti adalah untuk silaturahmi agar warga bisa makin akrab dan solid. Juga untuk berdiskusi membahas masalah lingkungan bersama. Dengan adanya petugas kebersihan ini, kerja bakti jadi jarang diadakan dan warga perlu sedikit kreatif untuk mencari cara agar silaturahmi tetap bisa terjalin. Salah satunya lewat group WA.

20 November 2016

Kunjungan Sodara Dari Cibinong


Om Darmaji dan Tante Yuli dari Cibinong berkunjung ke rumah untuk menengok bunda El yang baru saja sembuh dari sakit DBD. Biasanya kami hanya saling berkunjung saat hari raya, karena jarak dan kesibukan masing-masing.


Mereka juga sekalian mau ke Tanah Abang untuk berbelanja. Tak terasa sudah 4 bulan lalu sejak terakhir El bertemu mereka. Waktu itu El belum bisa duduk sendiri, tapi secara ukuran fisik sepertinya tidak terlalu berbeda hehehe.

Demam Rollerblade


Beberapa bocah bermain rollerblade di jalanan kompleks, sekitar lapangan. Aku amati, hampir semua bukan anak kompleks melainkan anak-anak kampung di luar kompleks. Belakangan memang aku sering melihat anak-anak itu bermain rollerblade di jalanan perkampungan. Kompleks yang sepi serta jalanan yang rapi, meski tidak beraspal, memang lumayan cocok untuk bermain ini.


Aku agak heran juga, kok anak-anak kampung ini, yang setahuku tingkat ekonominya tidak terlalu kaya (meski mungkin bukan golongan miskin) bisa punya mainan seperti ini. Beda banget dengan kondisiku dulu. Setelah aku browsing-browsing, ternyata memang harga rollerblade tidak terlalu mahal. Semula aku pikir kisaran jutaan, atau paling murah 500rb, eh ternyata ada yang sekitar 200rb. Pantesan waktu itu aku sempat lihat ada yang jualan rollerblade di pinggir jalan. Soal kualitas, ya mungkin berbanding dengan harganya, toh demam permainan ini biasanya gak lama juga.

Jadi ingat jaman kecil dulu, belum ada rollerblade yang rodanya sebaris gini, adanya sepatu roda yang rodanya 4 seperti roda mobil, 2 di depan dan 2 di belakang. Tentu saja, waktu kecil aku gak pernah mampu beli sepatu roda, tapi pernah beberapa kali nyobain belajar pakai punya teman. Tidak gampang, dan tidak pernah berhasil hehehe...

18 November 2016

Ulat Hijau Pemakan Daun Jeruk


Mungkin karena warnanya yang mayoritas hijau, aku tidak terlalu menyadari ada ulat yang menempel di salah satu pohon jeruk kecil di taman depan rumah. Pohon jeruk ini sendiri tumbuh sendiri, bukan sengaja aku tanam, mungkin berasal dari biji jeruk yang aku buang, dan tingginya baru sekitar 30 cm.


Awalnya aku pikir ujung yang sebelah kirim (yang lebih besar), adalah bagian kepala. Soalnya ada hiasan seperti bando dan juga ada warna hitam mirip mata. Tapi esok harinya, aku lihat dia sedang memakan daun dari bagian kanan.


Hingga kemarin, dia sudah menyantap hampir 2/3 dari daun yang ada di tanaman ini, mulai dari daun paling atas. Entah berapa lama dia butuh makan sebelum akhirnya berubah jadi kepompong. Akan sangat menarik kalau saja aku bisa mengamati proses berubah jadi kepompong hingga jadi kupu-kupu.


Selain motif melingkar di bagian belakang yang membentuk pola unik seperti pola batik, bagian tengah juga ada pola yang indah dan simetris, mirip dengan pola kupu-kupu. Mungkin itu adalah warna kupu-kupunya nanti, entahlah. Salah satu ciptaan Tuhan yang unik dan tentu saja indah.

14 November 2016

Burung dan Mangga


Salah satu yang sejauh ini masih membuatku nyaman tinggal di tempat sekarang adalah masih banyak burung liar di sekitar rumah. Tidak cuma beragam jenis burung pipit, tapi juga ada beberapa jenis burung lain. Meski kicauannya tidak seindah kicauan burung-burung yang dipelihara warga di dalam sangkar di rumah mereka, tapi keceriaan mereka di alam bebas memberi keindahan yang berbeda.


Ini buah mangga punya salah satu tetangga yang rumahnya dekat lapangan. Pemiliknya sepertinya tidak terlalu peduli dengan buah yang ada, karena sering aku lihat beberapa buah yang sudah masak terjatuh di jalanan dan ada juga yang sudah habis menjadi santapan binatang. Aku pikir cuma kalong, kampret dan sejenisnya yang doyan menyantap buah begini, ternyata burung-burung juga gak mau ketinggalan. Pas banget dapat momen ini, entah itu burung jenis apa aku kurang begitu paham.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...