Showing posts with label Market. Show all posts
Showing posts with label Market. Show all posts

30 October 2022

Mengunjungi Parung Panjang

Penjelajahan KRL kali ini aku cuma sampai St. Parung Panjang. Entah mengapa, aku belum berminat untuk lanjut terus sampai Rangkas Bitung. Ya, sementara di sini saja, mengobati rasa penasaran.

Stasiun ini baru saja direnovasi sehingga ada gedung baru dan tempat menunggu yang lebih modern dan rapi.

Stasiunnya sendiri tidak terlalu besar, tapi masih tampak masih lebih besar dibanding Pondok Ranji atau Sudimara. Mungkin juga karena tempat ini juga jadi salah satu titik keberangkatan kereta, jadi perlu ada jalur khusus untuk parkir kereta lain, mungkin.

... kucing, hampir ada di setiap stasiun, dan hampir selalu ada pengguna kereta yang ramah ke para kucing jalanan itu ... 

Keluar dari stasiun, dapat sambutan gedung pasar yang sedang direnovasi. Atmosfirnya juga terasa beda, terasa atmosfir luar Jakarta, padahal sebenarnya belum terlalu jauh dari ibukota. Pas tiba juga cuaca lumayan panas, meskipun dari kejauhan bisa terlihat hamparan bukit.

Ada satu jembatan penyeberangan tak jauh dari stasiun, jadi aku coba mampir ke tempat itu. 

Dari jembatan ini bisa dilihat lalu lalang kereta, juga keadaan stasiun, termasuk para petugas. 

Sisi sebelah selatan stasiun, dari jauh kelihatan deretan pegunungan (atau perbukitan, entahlah). Perumahan tampak cukup padat meski masih ada pepohonan di sekitarnya.

Untuk kal ini, aku hanya mampir saja di jembatan tersebut, belum ada rencana untuk menjelajah daerah di sebelah selatan stasiun. Jadi aku balik lagi ke tempat semula, terus jalan kaki menyusuri jalanan yang menuju ke jalan raya.

Tidak jauh dari stasiun, aku jalan kaki menyeberang jalan raya Jl. Moh. Toha, dan asal saja masuk ke salah satu gang. Ternyata gang ini buntu, dan ujungnya adalah areal persawahan seperti ini. Masih kosong. Ah, sayang sekali cuacanya panas sekali, kalau gak, nongkrong di sini mungkin bakal terasa sejuk.

Dari jauh tampak ada bangunan yang sepertinya pabrik. Kalau dilihat dari peta, sepertinya daerah sana itu ada beberapa tempat industri meski tidak begitu besar.

Selanjutnya aku menyusuri jalan raya tadi, terus mampir di Alfa Midi untuk ambil duit, sekalian mendinginkan diri sejenak dari panasnya jalanan di sini.


 Tak jauh dari Alfa Midi, ada jalan ke arah stasiun, jadi aku langsung balik lagi ke arah stasiun. Di sekitar pasar ada deretan ruko dan kalau lihat posisi jalannya, sepertinya daerah ini sering tergenang banjir, juga selokannya juga kayak parah. Entahlah.

Sekitar pasar tidak nemu tempat makan yang unik, jadi lanjut pulang saja ke Bintaro.

27 August 2022

Pasar Lama Kota Tangerang

Masinis kereta Bandara sedang bersiap-siap memberangkatkan keretanya di St. Duri, Jakarta. Hari ini aku ingin menjelah kota Tangerang dengan naik Commuter Line dari St. Duri, cukup sekali langsung sampai ujung tujuan.

Mungkin karena hari Sabtu pagi, kereta arah ke Tangerang agak sepi, jadi aku bisa menikmati perjalanan yang cukup lama tanpa terlalu capek. Seingatku, ini pertama kali aku naik kereta sampai ke St. Tangerang. Agak mengejutkan, sebagai stasiun di kota besar (ibukota provinsi), bangunan stasiun ini tidak terlalu megah. Dibanding dengan stasiun-stasiun yang sudah direnovasi seperti Kebayoran Lama atau Palmerah, jauh kalah megah. Terlalu sederhana.

Padahal kalau dari catatan ini, stasiun ini sudah berusia lebih dari 100 tahun, jauh sebelum republik ini berdiri. 

Ah, aku seperti de javu melihat jembatan ini. Entah kapan, samar-samar aku ingat pernah mengunjungi tempat ini, dan nyaris tidak ada perubahan. Aku ingat bentuk jembatan, serta masjid di sebelahnya. Mungkin ini kenangan saat aku pertama kali ke  daerah Tangerang untuk test masuk ke Politeknik Gajah Tunggal di daerah Cikokol, setelah lulus SMA. Sayangnya waktu itu gak punya kamera, juga belum ada ponsel, untuk mengabadikan perjalananku, tapi samar-samar aku ingat soal jembatan ini. Yang khas menurutku adalah adanya beberapa persimpangan dalam JPO ini. Ya, aku yakin pernah berkunjung ke kota ini, meskipun tidak naik kereta. Detailnya sih lupa.

Tanpa tujuan yang jelas, aku jalan kaki saja, memandang jalanan semrawut dari atas jembatan penyeberangan dan dari atas tampak jembatan yang melintang di Sungai Cisadane. Akhirnya aku putuskan untuk jalan kaki  menuju Pasar Lama Kota Tangerang, yang katanya cukup populer.

Sekilas melihat jalanan ini mengingatkanku pada jalan malioboro, deretan toko. Tapi adanya dekorasi lampion, meskipun bukan musim Imlek, agak mengingatkanku dengan jalanan di Chinatown, Singapore, meski dalam versi lebih sederhana. 

Karena siang hari, tidak banyak yang berjualan di pinggir jalan. Aku jalan kaki saja menyusuri jalanan ini, tanpa tujuan, cuma menjelajah. Meski tidak banyak, tapi tampak juga beberapa pejalan kaki yang sepertinya juga "turis lokal" sepertiku.

Aku memilih belok ke jalan ini, yang menghubungkan jalanan utama tadi ke jalanan di tepi sungai Cisadane. Ada warung kopi di samping tikungan, sepertinya nyaman buat nongkrong dengan bangunan yang masih tampak seperti jaman kolonial. Kapan-kapan lah.

Kali Cisadane yang tampak lebar ini kelihatan tenang. 

Di daerah ini, kita bisa jumpai beragam rumah ibadah seperti kelenteng dan vihara dengan arsitektur gaya lama ,.. dan tentu saja ada masjid dan gereja.

Beberapa rumah dihias dengan mural yang cantik, tapi tak sedikit juga, terutama di bagian agak dalam, bisa dijumpai rumah-rumah yang sudah rusak tak terawat.

Kuil Boen Tek Bio, salah satu bangunan bersejarah.

Penasaran dengan kuliner di sekitar kuil Boen Tek Bio, aku nyoba nasi campur yang dijual di Kedai Khoe, tak jauh dari tempat itu. Sederhana, tapi tetap enak. Tidak semewah nasi campur di mal Central Park yang dulu sering aku makan, tapi justru rasanya terkesan "otentik", seperti khas kampung. Warungnya agak sempit dan waktu aku datang, meski masih ada bangku kosong, tapi penjualnya sibuk sekali, jadi nunggu agak lama.

Tidak hanya bangunan kuil/klenteng yang memiliki nilai sejarah, tapi masjid di Kalipasir juga memiliki nilai sejarah karena dibangun sekitar abad 16, dan dianggap sebagai masjid tertua di Kota Tangerang.

Berjalan di sepanjang sungai ini jadi membayangkan sungai ini dimaksimalkan sebagai tempat wisata, tentu harus dijaga kebersihannya. Kalau di Singapura bisa ada wisata menjelajah sungai Singapura, mungkinkah bisa ditiru di sini? Atau sudah pernah dilakukan tapi kurang dikelola dengan baik? Soalnya sempat lihat ada dermaga juga, tapi sepi.

Mungkinkah bisa dibuat semacam transportasi umum dengan memanfaatkan sungai ini, sebagai alternatif transportasi darat yang rawan macet? Entahlah.



Masih belum puas menjelajah kota ini, setidaknya kapan-kapan mungkin bakal menjelajah ada apa di sekitar sungai di sebelah utara dari jembatan "pelangi" ini. Untuk kali ini, sudah capek, jadi aku segera balik ke stasiun Tangerang dan kembali ke rumah pakai commuter line yang murah meriah, meski waktunya lebih lama karena memutar ke Jakarta.


 

07 August 2022

Jogging di Boulevard Bintaro

Sore ini iseng jogging di sepanjang Jl. Boulevard Bintaro yang dekat dengan Graha Bintaro. Naik motor dulu dan parkir di parkiran Fresh Market Emerald Bintaro, terus jogging santai di trotoar sepanjang jalan yang cukup lebar dan banyak dipakai untuk orang-orang berolahraga ataupun sekedar menikmati sore.


Sepanjang jalan banyak yang berolahraga (jalan, lari, skateboard, dll) atau sekedar nongkrong dan bermain bersama keluarga. Kadang heran juga, tidak banyak hal menarik di sini, selain gundukan tanah di tepi jalan yang nyaman buat duduk ataupun piknik, tapi hampir tiap akhir pekan banyak yang berkunjung di sini. Ya, kadang memang bisa terlihat matahari terbenam, tapi aku tidak yakin orang-orang itu sengaja menunggu sunset.

Jadi ingat waktu kecil, karena rumah di pinggir jalan, sering bersama teman-teman sekedar nongkrong di jembatan pinggir kali sambil melihat mobil yang berlalu lalang, terutama bis antar kota. Ya wajar, karena dulu kan di kampung, mobil masih jadi barang mewah.

Selesai jogging, sekalian mau makan malam. Fresh market sudah tutup saat sore, tapi di bagian luarnya banyak tempat makan yang buka. Aku mutar-mutar sebentar, tapi tidak ada yang membuatku tertarik.


Akhirnya cuma nyobain nasi hainam di ruko seberangnya. Lumayan.
 

05 July 2022

Makan Siang di Cisauk

Kadang, kalau ingin makan daging b2 tanpa lewat GoFood, aku pergi ke Cisauk,lebih tepatnya di Pasar Intermoda BSD. Tinggal naik kereta, terus jalan kaki dari stasiun Cisauk. Salah satu kedai yang aku coba siang ini adalah Be'Guik. Nasi, daging, sambal hijau dan lalapan. Karena sambal hijau, tidak terlalu pedas, jadi aku bisa menikmati dagingnya yang enak. Puaslah, untung tempatnya jauh, kalau dekat rumah bisa lebih sering lagi makan ini hehehe.


Mungkin karena siang hari di hari kerja, jadi foodcourt di Pasar Modern ini masih tampak sepi, lagipula masih pandemi meskipun sudah mulai longgar.

Aku ke sini sambil ajak anak-anak, mumpung mereka masih liburan, lagipula bingung cari aktivitas bermain bagi mereka. Jadi iseng saja naik kereta, meski cuma 4 stasiun. 


Anak-anak sempat bermain pasir di salah satu gerai, di lantai bawah bagian tengah. Selanjutnya mereka juga bermain mobil-mobilan.



Waktu berangkat, cuaca lumayan cerah dan panas, Tapi saat kami hendak pulang sore harinya, langit sudah tampak mendung, jadi harus buru-buru biar gak kehujanan.


 Di perjalanan Fe sempat tertidur dalam kereta, padahal cuma dekat, tapi ya mungkin sudah terlalu capek dan hawa di dalam kereta lumayan mendukung. Pas waktu sampai St. Jurangmangu Fe belum juga bangun, terpaksa aku gendong. Pas sebelum keluar dari stasiun dia bangun, jadi gak terlalu repot waktu naik motor.

30 November 2021

Beli Ikan di Pasar Modern Sepulang Sekolah


Pulang sekolah mampir dulu ke Pasar Modern Sektor 7 untuk beli ikan buat kucing. Biasanya aku beli sendiri, tapi karena tidak ada yang menemani anak-anak di rumah, jadi aku ajak saja. Toh pasar modern ini lumayan bersih dan anak-anak senang di sini (bisa jajan dan beli mainan). Cuma kali ini agendannya cuma beli ikan dan jajan, sudah wanti-wanti gak ada beli mainan hehehe.


Mereka senang lihat ikan, terutama ikan tawar yang masih hidup - lele, patin, mujahir, gurami, dan sebagainya.


Sudah lama aku langganan beli ikan di sini, tempatnya Mas Asep yang meneruskan lapak dari temannya dulu (Arek, yang pindah ke Bekasi). Karena sudah langganan, aku gak pakai nawar, harga juga sudah dapat diskon dibanding harga jual normal. Kalaupun harga naik, dia akan memberi informasi, itupun tetap masih lebih murah dibanding aku beli di tempat lain yang belum kenal. Apalagi di Pasar Modern, harga ikan relatif mahal, tapi memang kualitasnya lumayan bagus. 

Sebenarnya, penjual bersedia mengantar ikan ke rumah secara gratis, tapi dilakukan setelah dia tutup toko sekitar jam 2 siang. Tapi aku lebih sering mengambil sendiri, karena perlu ikannya buat pagi dan biar lebih segar karena bisa langsung bisa disimpan di kulkas. Kalaupun terpaksa, sekarang bisa minta dikirim via Gojek/Grap, lumayan ongkosnya masih sekitar 16 ribuan.

Selain itu sering juga dapat bonus, baik ikan yang sudah kurang bagus (karena tahu buat kucing), dan kadang juga ikan-ikan yang bagus, buat nyobain katanya.
Semoga lancar rejekinya, Mas.
 

12 June 2018

Belanja Ikan Menjelang Lebaran


Ikan segar yang dijual di pasar Jombang, Tangsel, tiga hari menjelang Lebaran. Lumayan masih banyak yang menjual ikan meskipun pedagang langgananku sudah pulang kampung. Lapaknya dipakai oleh orang lain, sementara, dan untungnya dia mengenalku. Jadi aku masih dapat harga murah meskipun tetap lebih tinggi dibanding hari biasa, tapi tergolong murah untuk ukuran harga menjelang hari raya.


Pasar tradisional ini sudah tampak ramai dengan pembeli meski jumlah pedagang sudah berkurang. Meski demikian, harga barang kebutuhan pokok tampaknya tidak terlalu melonjak. Ada kenaikan, tapi masih wajar, mengingat kebutuhan meningkat sementara penjual berkurang.

Sementara itu, jalanan sudah mulai jauh lebih sepi ketimbang biasanya.

NB: kalau menurut istriku yang memilih belanja di pasar modern, kenaikan harga cukup terasa. Ya mungkin aji mumpung, memang banyak pedagang yang sudah mudik. Tahun ini liburan terkesan lebih lama dibanding sebelumnya.

07 April 2015

Pasar Ceger


Deretan motor di parkir di depan Pasar Ceger, masih belum terlalu ramai, dibanding dengan halaman parkir yang luas. Pagi ini aku nyoba belanja ikan di situ sebagai alternatif tempat belanja selain pasar modern. Di pasar modern sih lengkap dan banyak penjualnya, tapi harga relatif mahal. Dengan kebutuhan ikan yang makin banyak, selisih harga sedikitpun cukup berarti :)


Meskipun merupakan pasar tradisional, kayaknya pasar ini baru saja di renovasi. Bangunannya sederhana, tapi di dalamnya tampak bersih. Berbeda dengan pasar tradisional pada umumnya yang gelap dan becek. Jarak tempuh dari rumah juga gak terlalu terasa jauh kalau naik motor, kalau naik angkot, meskipun cuma 2 kali ganti, terasa jauh.


Yang jualan ikan hanya ada 2, dan ada 1 lagi khusus ikan tawar segar (lele, nila, mas, dsb). Syukurlah ikan yang aku butuhkan ada dan masih cukup banyak, ikan tongkol dan kembung layang. Harganya per kg masih 25 ribu, sementara kalau di pasar modern harganya sekitar 30 rb. Selisih 5 ribu rupiah, kalau beli 5kg kan sudah dapat tambahan 1kg. Lumayan.


Waktu aku datang masih banyak tempat yang belum terisi dan kosong, juga banyak kios yang masih tutup. Entah karena masih baru atau tempatnya masih sepi pengunjung, entah juga. Tapi waktu aku pulang, halaman parkir sudah mulai ramai. Kata temanku yang tinggal dekat situ, dia agak malas ke pasar itu karena masih sepi dan gak ada tempat jajanan yang enak. Aku sendiri kayaknya bakal milih tempat ini buat alternatif, karena harganya murah, tapi tetap ke pasar modern juga, karena dah punya langganan dan penjualnya masih banyak.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...