Showing posts with label Campus. Show all posts
Showing posts with label Campus. Show all posts

31 October 2022

Bazaar di Sekolah

Hari ini di sekolah TK Fe ada kegiatan bazaar. Sepertinya bertujuan agar anak-anak belajar soal transaksi jual-beli, sekaligus untuk penggalangan dana.

Yang jadi target pembeli adalah anak-anak SD dan juga para orangtua murid yang datang. 


 Kebetulan aku tidak mengikuti sepanjang acara, hanya datang pas waktu menjemput Fe, dan acara sudah selesai. Anak-anak tampak senang dengan kegiatan ini.

10 July 2022

Kampus UPJ

Gedung kampus Universitas Pembangunan Jaya, yang alamatnya di Jl. Cenderawasih, tapi sebenarnya jalan masuknya lebih tepat di Boulevar UPJ yang notabene adalah jalan baru. 

Aku ingat dulu waktu kampus ini mulai dibangun, sekitar tahun 2015, kelihatan dari atas flyover Tegal Rota, penasaran gedung apa yang dibangun. Setelah selesai barulah tahu kalau ini kampus, bahkan nama UPJ saja aku baru tahu setelah kampus ini selesai.


Dari luar tampaknya hanya ada 2 bangunan utama. Selama ini aku belum pernah melihat lebih dekat, jadi belum tahu bagian dalamnya. Bangunan kampusnya tampak bergaya modern dan minimalis menurutku.


11 June 2022

Pentas Seni dan Wisuda TK

Hari ini ada acara pentas seni sekaligus wisuda untuk anak TK lulusan 2021/2022 di Sekolah Nusantara Ibu Kelinci. Setelah 3 tahun menjalani pendidikan, ... lebih banyak bermain ..., dan melewati masa pandemi dengan sekolah onlinenya, akhirnya El dinyatakan lulus Taman Kanak-Kanak.

Jelas ada perubahan significant yang berhasil dicapai El, dari sejak pra-TK yang sangat aktif dan tidak mau mengikuti arahan para guru, hingga berusaha konsentrasi dan tetap sabar saat mengikuti pelajaran dari layar handphone, dan sekarang El dinyatakan siap memasuki tahap pendidikan selanjutnya. Secara akademik memang tidak terlalu menonjol, kalau diukur dari kemampuan El mengingat huruf dan berhitung, tapi bukan berarti tidak ada progress.

Karena jatah pendamping hanya 2, jadinya yang ikut acara wisudah ini hanya ibunya El dan Fe. Bapaknya di rumah saja, istirahat akhir pekan.


Acara pentas seni dan wisuda ini dilakukan di aula Puspo Budoyo.

 

Dalam acara pentas seni ini, beberapa anak diberi kesempatan untuk menunjukkan kreativitasnya sesuai dengan minat masing-masing. Menurut para guru, El sangat tertarik untuk membuat prakarya, jadi ketika ditanya apakah bersedia tampil untuk bikin prakarya di panggung, El bersedia, dan memilih membuat prakarya roket sederhana. Bahannya dari botol dan kertas. Keberaniannya untuk tampil di muka umum seperti ini agak mengejutkan, meski kami paham El senang bergaul dengan orang lain, termasuk orang asing. Mantap, Nak!


Selain itu, bersama teman-teman sekelasnya, El melakukan pertunjukan gamelan, setelah berlatih kurang dari satu semester. Biasanya memang anak-anak di TK ini diberi pelajaran budaya termasuk gamelan, tapi karena pandemi, pelajaran gamelan sempat dihentikan dan diganti dengan pianika. Tapi setelah PPKM mulai diturunkan, tahun ini mulai lagi berlatih gamelan. Meski latihan terbatas, tapi anak-anak tetap semangat dan cukup baik menampilkan permainan gamelan. Perlu apresiasi bagaimana mengenalkan seni budaya ke anak-anak sejak dini.

Lulus!

23 November 2021

Mie Ayam Sepulang Sekolah

Sejak kemarin sudah mulai masuk sekolah meski tidak penuh, hanya senin dan selasa, itupun waktunya tidak lama dan bergantian agar tidak terlalu banyak siswa di kelas/sekolahan. Tentu saja dengan segala protokol kesehatan - cek suhu, screening, cuci tangan, jaga jarak dsb. Siswa masuk dan keluar kelas secara bergiliran saat diantar dan dijemput, dan tidak boleh berkerumun di depan sekolah.


 Sepulang sekolah, mencoba jajan mi ayam yang buka di warung dekat parkiran motor, yang baru saja dibangun. El mencoba makan mi ayam, karena baru pertama kali dia gak habis, cuma separuh. Sedangkan Fe belum mau nyoba makan mi, tapi doyan sekali makan pangsit goreng, dan tentu saja es teh manis.

21 September 2021

Sekolah Tatap Muka Terbatas

Setelah sekian lama melakoni sekolah secara online, yang dianggap membosankan oleh El karena hanya menatap layar hape, hari ini masuk sekolah lagi meskipun dengan waktu dan jumlah siswa yang terbatas. Sekolah menerapkan protokol kesehatan, mulai dari screening sebelum masuk, cek suhu (termasuk pengantar) dan cuci tangan sebelum masuk sekolah. 

Untuk masuk ke dalam sekolah juga bergiliran, agar tidak terjadi kerumunan. Yang bikin aku agak kesal adalah dapat jadwal masuk pagi, jam 8.30, padahal biasanya aku baru bangun jam 8 paling cepat hehehe.

Pelajaran tatap muka hanya dilakukan dalam waktu satu jam. Saat pulang juga dilakukan bergiliran, satu per satu. Meski sebentar dan jumlah teman yang lebih sedikit, El jauh lebih menikmati pertemuan langsung ini dan semangat untuk datang ke sekolah lagi. Jadwalnya memang tidak penuh masuk, hanya Senin dan Selasa, selebihnya tetap dilakukan secara online.


 Menikmati teh kotak dulu sebelum pulang.

14 October 2020

Berkunjung ke Sekolah

Berhubung ada masalah dengan jaringan internet, El tidak bisa mengikuti pelajaran online hari ini. Karena kebetulan ada dokumen yang perlu diserahkan ke pihak sekolah, jadi aku ajak saja anak-anak datang ke sekolah.

Tentu saja El dan Fe antusias sekali bermain di sekolah, dengan berbagai wahana permainan yang ada. 

Ternyata ada juga beberapa anak yang berkunjung ke sekolah, jadi agak ramai juga. Ada juga bu Debi yang sedang hamil dan sebentar lagi akan cuti melahirkan.

Hanya saja kunjungan ini sebentar saja, karena aku juga ada kerjaan di rumah. Berulang kali El dan Fe berkata agar kapan-kapan main lagi di sekolah.

 

05 May 2019

Jalan Baru Boulevard UPJ


Semula aku pikir pembangunan yang sedang berlangsung di dekat Jl. Cenderawasih (yang melewati Masjid Taqwa Nandjar) adalah pembangunan real estate. Begitu juga yang ada di ujung kampus Universitas Pembangunan Jaya, Bintaro. Ternyata dugaanku salah - rupanya yang sedang dibangun adalah jalan arteri ini.

Jalan yang (mungkin) dinamai jalan Boulevard UPJ ini menghubungkan kampus UPJ dengan Jl. Merpati Raya, persis di depan kantor pemadam kebakaran. Sebelumnya, jalan pintas yang ada untuk menghubungkan kedua tempat itu adalah jalan Cenderawasih Raya yang melalui Masjid Nandjar, jalan yang sempit dan berkelok-kelok sehingga sering macet di jam sibuk.


Ada sungai cukup lebar di samping jalan yang masih sering dimanfaatkan untuk mencari ikan dengan menjala atau memancing, meskipun suasanya sangat panas karena kurangnya pepohonan di sekitar jalan.


Aku setuju adanya jalan raya ini sangat praktis bagi warga di sekitar Ciputat, Pamulang, Jombang dan sekitarnya. Seharusnya jalan raya ini bisa mengurangi kemacetan di perempatan Duren yang menjadi jalur utama bagi warga Ciputat, Pamulang untuk menuju jalan tol ke Jakarta - Serpong. Di jam sibuk (dan juga akhir pekan, jalanan dari Perempatan Duren (McD Menjangan) hingga Mal Bintaro Jaya Exchange sangat padat di kedua arahnya, apalagi jalannya memang sempit.

Nah adanya jalan arteri ini, kendaraan dari arah Pamulang, Kedaung dan juga Ciputat bisa langsung belok dan tembus ke Bxc, tanpa perlu melewati neraka kemacetan di Prapatan Duren maupun jalan sempit di Nandjar. Mungkin kalau jalanan ini mulai ramai, karena makin berkembangnya daerah Pamulang dan sekitarnya, barulah terasa penyempitan di kedua ujung jalan ini. Biarlah itu tugas instansi terkait yang memikirkannya.


Btw, akses jalan  ini juga didukung dengan adanya jalur langsung menuju St. Jurangmangu, jadi bagi yang hendak bepergian dengan kereta api, bisa langsung masuk ke stasiun lewat jalur ini. Lumayan praktis, kendaraan bisa diparkir di UPJ karena aku belum melihat adanya areal parkir di dekat pintu masuk ini.


Lha kok jadi kepikiran untuk punya ruko di seberang kampus UPJ itu ya. Praktis sih, akses ke stasiun dan juga ke pintu tol, termasuk ke mall dan kampus. Saat  ini daerah ini masih sepi, tapi kurasa bakal jadi ramai. Banjir, mungkin saja karena dekat sungai dan posisi agak rendah, tapi sejauh ini tampaknya aliran sungainya cukup lancar.

25 February 2019

Playgroup Trial


El senang-senang saja waktu disuruh pakai baju rapi, lengkap dengan sepatu dan tas. Baginya, bepergian artinya bermain. Rencananya, selama dua hari (Senin dan Rabu, tanggal 18 dan 20), dia diberi kesempatan untuk mencoba 'sekolah' di playgroup. Rencananya tahun ini kami ingin memasukkan El ke playgroup, dan pilihan kami jatuh ke sekolah Ibu Kelinci, tidak begitu jauh dari rumah.


Seperti dugaanku, El sangat antusias bermain. Meski tidak luas, tapi sekolah ini punya tempat bermain yang bagus, dan di dalam ruangan ada banyak mainan. Saat anak-anak lain serius mengikuti penjelasan para guru, El asyik di pojokan bermain dengan mainan-mainan yang ada.


Ada waktu istirahat untuk makan dan di sini murid-murid diajar untuk tertib mulai dari saat cuci tangan, mengambil peralatan makan, saat makan dan selesai makan. El masih agak kesulitan untuk mengikuti semuanya, untunglah para guru cukup sabar dan telaten, setidaknya El mau menuruti hampi semua arahan.


Karena pas hari Senin,ada juga upacara bendera. Susah payah mengajak El untuk ikut berbaris, dan tidak sampai 5 menit dia sudah ngacir dan berkeliaran mencari mainan :(. Mungkin karena masih terlalu asyik dengan mainan dan area bermain, El tidak terlalu peduli dengan teman-teman di sekitarnya.

Sempat tidak mau diajak pulang, ya dengan sedikit paksaan mau juga. Yang repot lagi, dia sempat ingin membawa mainan dari ruang kelas ... waduh.

Pagi itu El sebenarnya bangun cukup pagi, sebelum jam 6, dan biasanya jam 10an dia akan tidur lagi. Tapi karena terlalu senang bermain di sekolah, dia enggan tidur sampai jam 2 siang. Alhasil, dia kecapekan dan besoknya demam. Jadwal trial berikutnya (hari Rabu) terpaksa dilewatkan karena El sakit, bahkan hingga hari Senin minggu depannya. Ya sudah, toh dari pengamatan kami aktivitas belajar mengajar di sini cukup bagus, jadi kami putuskan untuk mendaftarkan El dan mulai masuk semester depan.

31 January 2015

Festival Paduan Suara ITB 2015


Nah, sebenarnya tujuan utama kunjunganku ke Bandung di akhir pekan ini adalah buat nonton lomba paduan suara di ITB. Kebetulan keponakanku yang ada di Semarang ikutan untuk kategori B, yang setingkat dengan sekolah menengah pertama (SMP). Kakakku sempat nelpon kira-kira aku bisa mendampingi atau tidak, soalnya mereka belum tentu bisa cuti. Ya udah, sekalian aja refreshing, mumpung dah agak lama gak ke Bandung.

Hampir 6 tahun aku kuliah di sini, belum pernah sekalipun aku nonton lomba seperti ini, apalagi kalau pakai acara bayar segala. Baru kali ini aku beli tiket pertunjukan di ITB, langsung aja beli yang VIP toh selisih harga "hanya" 20 ribu.


Ini sebagian dari peserta lomba paduan suara tingkat SMA. Rupanya untuk tampil di lomba ini kostum juga mendapat perhatian khusus. Meski yang dilombakan adalah suara, tapi gak bisa pakai kostum sembarangan. Entah apakah kostum juga masuk ke salah satu penilaian atau tidak.


Nah kalau yang ini kostum dari beberapa peserta tingkat SMP yang sempat aku jumpai. Aku paling suka yang kostum batik dengan kombinasi ungu itu, tampak menarik. Kostum biru yang dipakai oleh sekolahan keponakanku juga lumayan bagus, juga dengan ada nuansa batik di bajunya. Keren lah.


Ini adalah penampilan dari keponakanku, tim sekolah Domsav Semarang. Mereka membawakan lagu Bunda (wajib), Musica Dei (pilihan wajib) dan Katoba Asobi Uta (pilihan bebas). Lagu terakhir itu katanya berkisah soal mabok sake, dalam bahasa Jepang tentunya. Agak aneh mendengar lagunya meskipun menarik.


Ternyata kakakku bisa cuti hari ini, dan menyusul ke Bandung untuk nonton penampilan anaknya, meskipun pulak, datang pagi, sorenya langsung cabut pulang. Selesai pertandingan Ester sempat terjatuh dan kakinya agak terkilir. Setidaknya perjuangannya berlatih berbulan-bulan tidaklah sia-sia, penampilannya bagus, dan dia bisa jalan-jalan di Bandung bersama teman-temannya.

Hasil akhirnya, tim Domsav jadi juara 1 kategori B. Selamat ya, Ester!

30 January 2015

Napak Tilas : Kampus ITB


Weekend ini aku pergi ke Bandung sendirian untuk menghadiri lomba paduan suara yang diikuti oleh ponakanku dari Semarang. Sekalian refreshing juga. Berangkat pagi hari dengan travel XTrans dari BTC Bintaro, dapat jadwal yang jam 7.30 dan masih kosong. Suasana BTC pagi ini juga masih sepi sekali.

Meskipun sudah berangkat agak pagi, tetap saja perjalanan tersendat di sepanjang jalan tol dari Lebak Bulus hingga Cikarang. Payah juga. Sempat tertidur saat kendaraan berjalan merayap, eh pas bangun di Cikarang sudah jam 9.30 ... busyet, dua jam baru sampai sini.


Sampai Bandung jam 10 lebih, untunglah tadi sempat sarapan cemilan di pasar modern. Jadi perut gak terlalu kosong pagi ini. Turun di daerah Cihampelas, aku memutuskan untuk jalan kaki saja menuju Balubur, melewati jalan Pelesiran. Jalan ini dulu sering aku lewati saat masih kuliah, karena aku sempat kos selama setahun di daerah Kebon Bibit, dan sempat bergereja di daerah Cihampelas. Lagipula kalau naik angkot juga gak ada yang sekali, itupun bakal kena macet juga meski kalau jam segini gak terlalu parah. Toh niatku pengen nostalgia juga. Sempat mampir di Taman Film yang ada di bawah jembatan Paspati, tapi bukannya pertunjukan film, yang ada justru anak-anak main futsal :)


Sampai ITB, salah satu makanan yang aku cari adalah lumpia basah khas Semarang. Herannya, selama di Semarang aku justru jarang sekali makan makanan ini. Malah bisa dibilang aku makan makanan ini kalau pas di sekitar ITB saja. Makanan yang sederhana, hanya touge, rebung manis dan telur ditumis, terus dibungkus dengan kulit lumpia dlapisi adonan seperti lem yang manis dan gurih. Tapi ini salah satu makanan favoritku, jadi gak masalah meskipun harus antri bersama para mahasiswa/i. Harga saat itu masih 7000 rupiah per bungkus.


Selesai menikmati lumpia basah, aku iseng muter-muter kampus sebentar tanpa tujuan yang jelas. Ini adalah salah satu kantin di jurusanku, yang waktu aku kuliah kantin ini disebut sebagai kantin borju. Alasannya, hanya orang-orang borju (alias berduit) yang mampu beli di sini, karena jenis menunya serta (yang utama) harganya yang kurang ramah bagi kalangan mahasiswa kampung kayak aku. Jadi selama kuliah 6 tahun di sini, tidak pernah sekalipun aku makan di tempat ini, bahkan untuk sekedar beli minumpun gak pernah. Selain karena minder, takut gak paham dengan makanan yang dijual, juga karena takut jatah makan seminggu habis buat makan di sini hehehe... Pas kemarin sempat nengok daftar harga, kok rasanya biasanya aja, gak semahal makanan di fastfood pada umumnya :-? Entah sudah berubah atau memang sejak dulu harganya gitu, aku kurang paham.


Beberapa orang antri di ATM BNI dekat aula barat. Seingatku dari dulu ATM ini cukup favorit. Mungkin karena kalangan akademisi kebanyakan punya rekening BNI. Tapi kalau dulu, tempat ini cukup favorit karena masih menyediakan pecahan 20 ribuan, sementara ATM lain umunya berisi pecahan 50 atau 100 ribuan. Aku belum sempat ngecek nominal pecahan mata uang yang tersedia di ATM itu sekarang. Cuma aku tertarik karena antriannya yang agak banyak tapi renggang, sehingga meski terkesan menutup jalan, tapi orang masih bisa menyusup kalau sekedar mau lewat.

Awalnya aku ingin sambil kerja di kampus ini, sayangnya sinyal XL di sini kayak gak stabil dan beberapa tempat malah suka ilang. Jadi aku putuskan untuk ke hotel saja, sapa tahu dapat wifi gratisan yang bagus.

24 November 2014

Situ Legoso (Kuru), Yang Terlantar Di Antara Kaum Terpelajar


Sekilas memandang tempat ini, sama sekali tidak tampak menyerupai danau (atau situ dalam bahasa setempat). Lebih mirip rawa, genangan air, atau kolam yang tidak terawat. Beragam jenis sampah mengapung dan juga tenggelam di air yang warnanya sudah hitam keruh, entah berapa lagi kedalamannya. Tapi begitulah kondisi Situ Legoso, atau Situ Kuru, yang ada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan ini ... (masih) menyedihkan.


Ini danau kedua yang aku kunjungi, setelah Situ Bungur dekat rumah, dari sekitar 9 danau yang katanya masih ada di kawasan Tangerang Selatan. Danau yang menurut data pemerintah luasnya 4 hektar ini, sekarang luasnya sudah tinggal sekitar 4 ribu m2. Itupun akan makin menyempit lagi dengan adanya klaim dari warga (entah warga mana), baik berupa bangunan, pengerukan, pagar ataupun kolam ikan. Jelas sekali, alih fungsi lahan danau ini pasti dilakukan oleh orang mampu dengan dalih ekonomi, dalih yang sebenarnya dilandasi oleh keserakahan, keegoisan dan kemalasan. Orang misikin, wong cilik, gak akan mampu bikin bangunan permanen, gak punya duit. Apalagi sudah ada papan-papan larangan dari pemerintah, jadi jelas warga yang melanggar pasti punya duit cukup untuk menyuap kesana kemari.


Penyerobotan lahan bukanlah satu-satunya isu. Danau ini tampaknya bukan lagi jadi cadangan air (bersih), ataupun tempat resapan air, tapi jadi tempat penampungan sampah. Terutama sampah cair, tapi juga sampah-sampah besar. Aku lihat beberapa selokan dan sungai kecil bermuara di sini, dan pastilah limbah-limbah rumah tangga dan warung di sekitar ini akan berkumpul di sini terlebih dahulu. Tidak heran kalau air di danau ini berwarna gelap.


Melihat bangunan-bangunan di sekitar danau ini, terlintaslah sebuah jargon populer "Kebersihan adalah sebagian dari iman". Atau yang pernah aku lihat di salah satu spanduk di depan rumah ibadah "Jangan mengaku beriman kalau tidak bisa menjaga kebersihan". Kalau ditanya ke penduduk sekitar danau ini, entah penduduk asli atau pendatang (termasuk mahasiswa), pastilah mereka mengaku sebagai golongan beriman.


Benar-benar kondisi danau yang sudah tidak pantas. Mungkinkah keadaan ini sengaja dibiarkan supaya ada alasan untuk "membenamkan" danau ini menjadi lautan beton? Entah.

Aku googling sebentar dan nemu beberapa berita yang mengulas tentang danau ini. Katanya pemkot Tangsel sudah berencana merevitalisasi danau ini (sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu). Katanya juga, pihak UIN juga sudah mengajukan surat permohonan ke pemerintah untuk mengelola danau ini, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Katanya juga warga masyarakat (asli) sekitar ini juga jengkel dengan maraknya bangunan yang ada, yang katanya kebanyakan dilakukan oleh pendatang. Rumor-rumor itu, ya masih rumor dan rencana kalau menilik dari kondisi saat ini, jelas sedikit memberi harapan. Tulisan yang cukup lengkap bisa ditemukan di blog berikut : Save Situ Legoso di Kota Tangsel! Penyerobotan Lahan Terus Berlangsung.

Yang mungkin agak ironis, atau ya sedikit disayangkan, adalah fakta bahwa kawasan ini berada di lingkungan akademis, dalam hal ini kampus UIN. Sepintas aku melewati jalan Pesangrahan, tampak aktivitas para mahasiswa dan banyak sekali warung-warung makan serta tempat usaha yang menunjang aktivitas kampus. Mungkin mereka tidak sadar, atau tidak peduli kalau keberadaan tempat usaha itu sedikit banyak juga berkontribusi dalam rusaknya lingkungan danau ini. Sebagai mahasiswa, kaum terpelajar, ada kesan abai (ignorance). Maaf kalau terkesan menggurui atau menghakimi, tapi ini kesan yang aku tangkap. Mungkin mahasiswa merasa gak punya kemampuan apa-apa untuk memperbaiki lingkungan di sini, benarkah?

Aku juga gak bisa berbuat banyak, selain menulis dan mengkritik. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah "memboikot", memilih untuk tidak makan di warung-warung sekitar danau ini, ataupun menggunakan jasa dari kios2 di sekitar danau, apalagi kalau terbukti bangunan yang dipakai dibangun dengan menyerobot lahan danau, dan melanggar batas sempadan. Ya sudah, untuk sementara tinggal nunggu ketegasan dari pemerintah saja.

Pesan untuk mahasiswa, kalau tidak bisa ikut bersih-bersih atau membereskan danau ini, minimal boikotlah, beri sanksi sosial secara tidak langsung pada pihak-pihak yang ikut andil dalam merusak lingkungan ini. Contoh sederhana, jangan ngekost di sekitar danau, dan gak perlu makan di warung-warung sekitar danau.

15 October 2014

Republic Polytechnic


Ini kali kedua kunjunganku ke salah satu kampus di daerah Woodlands, Singapura. Kunjungan pertama kalau gak salah setahun yang lalu, hanya meeting singkat dan aku gak sempat jalan-jalan atau foto-foto untuk melihat sekeliling kampus.


Meskipun kayakna tidak seluas kampus UI Depok, tapi kampus ini cukup luas dan isinya gak cuma gedung. Ada banyak lahan terbuka hijau serta taman yang menarik. Saat kunjunganku kali ini suasana kampus sedang sepi, meskipun tetap ada beberapa mahasiswa yang mondar-mandir, tapi sepertinya kali ini bukan waktunya kuliah. Mungkin sudah masuk liburan atau di akhir semester awal dan menjelang liburan. Mungkin.


Lingkungannya asri, banyak pohon dan banyak kolam hias. Jadi terasa teduh dan adem meskipun cuaca sedang panas. Kantinnya juga banyak, aku amatin setidaknya minimal ada 3 foodcourt (bukan sekedar satu warung). Cuma aku hanya sempat nyobain satu foodcourt saja.

Jadwalku 2 hari meeting di sini, tapi untunglah setiap hari tidak pernah sampai full. Hari pertama aku pulang sekitar jam 4, dan hari ke-2 lebih cepat lagi, sebelum jam 2 sudah pulang.


Di sekitar gedung banyak selasar lengkap dengan tempat-tempat duduk. Bisa buat ngobrol, belajar atau makan bareng. Jadi cukup nyaman untuk istirahat di kampus sambil menunggu jadwal kuliah berikutnya. Seingatku dulu waktu di ITB banyak juga selasar, tapi minim tempat duduk. Jadi kegiatan siswa lebih banyak dilakukan secara lesehan. Entah kalau kampus sekarang gimana.


Hari pertama di kampus ini aku disambut dengan hujan ringan, lumayan adem dan menyegarkan. Padahal di sisi lain, terutama daerah tengah kota, cuaca masih panas terik, dan gerah.


Salah satu tempat parkir sepeda yang rindang dengan bunga-bunga disekitarnya. Tapi herannya kok malah ada yang parkir tidak di tempat yang disediakan, dan di tempat parkir (yang kebetulan ada tempat duduknya) malah dipakai untuk tidur.


Sebelum meninggalkan tempat ini, aku sempat melihat ada sekelompok grup musik yang sedang berlatih. Mereka memainkan musik khas Melayu yang kental nuansa Islami. Sepertinya musik seperti ini juga ada di daerah Sumatera, tapi aku belum pernah tahu. Agak khas, alat musiknya pun sederhana lebih banyak jenis perkusi.

Karena penasaran aku googling sebentar. Ternyata ini grup Wira, yang memainkan kesenian yang mereka mainkan adalah Dikir Barat, kesenian khas Semenanjung Melayu, yang bisa dimainkan dengan atau tanpa alat musik. Biasanya ada satu/dua penyanyi utama, dan beberapa orang yang menjadi pengiring atau penyanyi latar, yang bernyanyi sambil tepuk tangan. Kelompok Wira adalah kelompok Dikir Barat yang beranggotakan pria, sedang yang beranggotakan wanita bernama Endang.


Ternyata kampus Republic Polytechnic di Woodlands ini termasuk kampus baru, diresmikan tahun 2007 oleh Perdana Mentri Lee Hsien Loong. Sementara RP sendiri mulai didirikan tahun 2002.

#campus #singapore #students #diploma #polytechnic #building #park #music #malay #traditional #education

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...