28 December 2017

Liburan Natal 2017 : Pulang


Pot-pot bunga disusun membentuk nama KEDIRI di Stasiun Kediri,baru aku lihat kali ini. Melihat ukuran bunga yang kecil,memang sepertinya ini belum lama dibuat. Hari ini kami kembali ke Jakarta, naik kereta Gajayana.


Boneka mungil ini sementara waktu menjadi teman perjalanan kami, aku pasang saja di dekat jendela karena El tidak tertarik untuk bermain dengan boneka ini.


Karena berangkat masih sore (jam 4 sore), setidaknya kami masih bisa menikmati pemandangan di sepanjang rel kereta api dari jendela, apalagi saat cuaca cerah, hingga matahari tenggelam di wilayan Nganjuk. Kadang El duduk di samping jendela menikmati pemandangan, tapi lebih sering dia berjalan mondar-mandir di sepanjang gerbong.


Saat di St. Madiun, aku lihat ada deretan sepeda motor yang sudah dibungkus kardus, sepertinya hendak dikirim dengan memakai jasa kereta api. Di bagian lain stasiun, dan juga beberapa stasiun lain, aku juga sempat melihat kardus-kardus tertumpuk rapi beraneka ragam bentuk. Usaha sampingan seperti ini bisa menunjang bisnis kereta api, apalagi perjalanan sekarang sudah lumayan cepat.

Dalam perjalanan pulang ini El masih cukup merepotkan karena masih mondar-mandir, bahkan sesekali ngelosor di lantai. Dia sempat tidur jam 12 malam lebih, kami pangku seperti biasa, tapi terbangun sekitar jam 2 pagi dan memilih untuk tidur di lantai di bawah kursi. Saat aku coba mengangkatnya, dia menangis, jadi ya sudah kami biarkan saja. Aku sudah terjaga sekitar 1 jam sebelum tiba di Jakarta jam 4 pagi. Berbeda dengan saat datang, kali ini El tidak terbangun saat kami pindah naik taksi, bahkan sampai di rumah. Sudah benar-benar capek.

27 December 2017

Liburan Natal 2017 : Melihat Perjuangan Petani


Dua petani sedang membajak sawah dengan mesin berbahan bakar diesel. Pemakaian mesin untuk membajak ini bukan hal yang baru, sejak aku kecil juga sudah sering lihat meskipun belum banyak. Mungkin juga tergantung dengan daerahnya,karena kalau areal persawahannya terlalu miring,  agak susah juga bawa mesin bajak begini.

Jadi ingat jaman kecil dulu ada iklan soal sapi vs mesin, dimana pemilik sapi membanggakan diri kalau seusai membajak dia bisa pulang sambil nunggang sapi, sedangkan mesin pembajak sawah ini tidak bisa ditunggangi hehehe.


Hari ini tidak ada rencana bepergian mengisi liburan karena nanti sore sudah akan kembali ke Jakarta. Makanya aku manfaatkan pagi ini sebaik-baiknya untuk menikmati suasana pedesaan dengan persawahan dan udara  yang masih sejuk, meskipun harus berjuang menggendong El karena dia sedang malas jalan kaki. Bocah ini malas jalan kaki, tapi pengen jalan-jalan. Lumayan gempor juga, jalan-jalan hampir 2km, meski sesekali istirahat dan memotret.


Sebenarnya aku sempat melihat beberapa burung kuntul putih berkeliaran di persawahan di bawah Gunung Klotok ini. Sayangnya aku gak punya kesempatan untuk memotretnya, agak ribet mengawasi El yang berkali-kali lebih senang berjalan di tengah jalan atau merengek minta terus bergerak.


Aku baru sadar kalau aku belum pernah melewati tangga ini untuk menuju puncak bukit Maskumambang. Selama ini aku selalu naik dari tangga yang ada di sisi timur, sedangkan ini ada di sisi barat. Mungkin tahun depan perlu dicoba.

25 December 2017

Liburan Natal 2017 : Taman Agro Margomulya


Sudah hampir 10 tahun bolak-balik ke Kediri, tapi baru tahun ini aku diajak piknik mendekati Gunung Kelud, meskipun tidak sampai ke puncak gunungnya. Tujuan kami adalah ke Taman Agro Margomulya, yang terletak di jalur menuju Kelud, masih ada di wilayah kecamatan Ngancar, Kediri.


Sebelum tiba di lokasi kami mampir dulu di warung yang menjual makanan dengan menu dari bekicot. Makanan ini tidak asing lagi, karenan memang makanan yang banyak ditemui di daerah ini. Di sini ada pilihan sate bekicot atau krengsengan bekicot.

Selain banyak bunga yang tumbuh di sekitar jalan,  kita bisa melihat hamparan kebun nanas di sini, karena memang di sini juga merupakan setra perkebunan nanas. Tapi karena di keluarga tidak ada yang suka nanas, jadinya gak beli nanas satupun.


Lampion warna-warni diletakkan di pintu masuk Taman Agro Margomulya (TAM) ini. Justru jadi kepikiran, kok bentuknya lampion seperti menyambut Imlek, sengaja atau asal-asalan? Kami sempat nongkrong sebentar di areal parkir, yang juga ada kawasan rumah makan dengan banyak  pilihan makanan, menunggu ibu mertua yang makan siang (karena beliau tidak suka bekicot).


Sambil menunggu, terdengar lantunan lagu-lagu yang dibawakan oleh kelompok musik di panggung yang ada di depan pintu masuk. Setahuku ada 2 penyanyi,satu pria dan satu wanita. Sang wanita sempat memperkenalkan diri berasal dari Nganjuk, tapi aku gak sempat mendengar namanya. Ini dipotret dari tempat parkir, lumayan jauh dan terhalang bangunan di sekitar pintu masuk.


Kawasan wisata yang dikelola oleh salah satu BUMD Kab. Kediri ini katanya mulai dibangun tahun 2016 dan diresmikan tahun ini, dengan luas sekitar  2ha, berisi beragam jenis bunga. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadi objek wisata penyangga bagi kawasan kawah Gunung Kelud, agar membatasi jumlah pengunjung di puncak gunung yang sempat meletus tahun 2014 lalu.


Taman ini menawarkan beragam jenis bunga dan spot-spot khusus untuk berswafoto, memfasilitasi trend jaman sekarang sehingga tempatnya  dikelola sedemikian rupa agar menjadi instagramable. Ada gubug-gubug dan tempat-tempat duduk untuk istirahat yang juga dihias menarik, tentu untuk foto-foto, dengan beragam dekorasi warna-warni.


Secara keseluruhan, tempat ini lumayan menarik untuk beristirahat sejenak, melepas penat dari kejenuhan kesibukan sehari-hari. Hamparan bunga warna-warni, udara sejuk dan segar serta latar belakangan gunung Kelud saling melengkapi pemandangan untuk melepas lelah dan sekedar berkumpul bersama keluarga. Apalagi tiket masuknya juga murah, cuma 5000 rupiah per orang.

Tapi memang taman ini masih jauh dari indah. Hamparan bunga yang ada, menurutku, masih belum terlalu rapi, dan kurang ada unsur edukasinya. Akan lebih menarik lagi kalau bunga-bunga yang ada bisa lebih tersusun rapi dan rapat sehingga memenuhi taman, apalagi kalau ditambah berbagai papan informasi yang bisa memberi penjelasan tentang jenis-jenis bunga dan keunikannya, misalnya. Areal taman juga menurutku masih terlalu kecil, kurang puas rasanyanya menjelajah keliling taman, apalagi dibanding dengan "perjuangan" menuju lokasi yang lumayan jauh dari kota Kediri. Tapi masih  bisa dimaklumi, soalnya kan masih baru dan butuh waktu untuk membuat bunga-bunga itu bisa tumbuh sempurna.

Satu lagi,sepertinya pengelola perlu memikirkan adanya satu daya tarik andalan, misalnya satu jenis bunga khas Kediri atau Jawa Timur, yang bisa jadi icon tempat ini. Entah sudah ada atau belum, tapi dari kunjunganku kemarin sih  aku tidak menemukannya.


Di sebelah selatan pintu masuk ada kawasan Lembu Sura, yang berisi patung manusia berkepala lembu/sapi, yang berdiri kokoh dengan latar belakang Gunung Kelud. Mengapa sosok ini dipilih? Waktu itu aku tidak sempat bertanya-tanya ke orang sekitar.

Setelah baca-baca sekilas, aku baru tahu tentang legenda tokoh ini, yang memang terkait dengan Gunung Kelud dan wilayah sekitarnya. Ada beragam versi cerita tentang legenda ini, tapi memiliki satu benang merah - seorang putri menolak diperistri manusia berkepala lembu, dan memintanya membuat sumur di lereng Kelud dalam semalam. Saat sumur hampir dibuat, Lembu Sura dikubur hidup-hidup di dalamnya, dan sebelum mati sempat mengucapkan kutukan.

24 December 2017

Renovasi Kubah Masjid Baitussalam


Dari atap rumah mertuaku, tampak sedang ada renovasi kubah masjid yang lokasinya  tidak jauh dari rumah itu. Bisa dibilang ini salah satu masjid yang paling mencolok kalau dilihat dari teras atas rumah,karena paling tinggi diantara bangunan-bangunan yang ada, dan kubahnya lumayan besar.


Demi keselamatan kerja, para pekerja mengenakan helm, yang agak lucu karena helm yang dipakai adalah helm untuk motor, bukan seperti helm yang sering dilihat dari pekerja bangunan. Yang penting aman,meski mungkin agak kurang nyaman hehehe.


Sebelumnya kubah ini  berwarna hijau polos dan kalau gak salah dari tembok biasa. Sekilas waktu aku lewat depan masjid ada keterangan tentang proyek renovasi ini, yang mengganti kubah masjid dengan bahan GRC dan lebih  warna-warni.


Selama aku di sini, bagian atas masih belum sepenuhnya tuntas, mungkin juga karena terhenti dengan adanya libur Natal (long weekend).

Ibadah Minggu Menjelang Natal


El sudah semangat ingin segera keluar rumah dan jalan-jalan, meskipun tidak tahu tujuannya kemana. Yang jelas dia semangat karena tahu bakal jalan-jalan naik mobil rame-rame.


Seperti dugaanku, El langsung memberontak dan menolak waktu diajak masuk ke dalam gereja. Dia tahu, di dalam gedung artinya dia tidak bisa bermain, sementara keinginannya saat itu adalah bermain dan berjalan-jalan. Jadi sementara anggota keluarga lainnya  masuk ke gereja untuk mengikuti ibadah minggu, aku mengikuti kemauan El berkeliling di seputar gereja.


Bosan berada di sekitar gereja, El mengajak berjalan-jalan lebih jauh, menyusuri jalan. Aku ajak dia menyeberang jalan ke SD Burengan, yang kebetulan gerbangnya terbuka tapi tempatnya sepi (tidak banyak orang). Di sana El sempat menjelajah - duduk di taman, naik tangga ke ruang perpustakaan (yang tentu saja sedang tutup) dan berkeliaran sebentar di halaman sekolah sebelum akhirnya kembali bosan dan mengajak ke jalanan. Aku bawa dia kembali ke lingkungan gereja.


Ternyata kali ini dia tidak menolak waktu aku ajak ke lingkungan TK yang ada di sebelah gereja, yang ruangannya  biasa dipakai untuk sekolah minggu. Acara sekolah minggu sudah selesai, tapi beberapa anak masih ada di sana, termasuk Timothy, kakak sepupunya. Jadilah  El bermain di sana, cukup bersemangat. Timothy dan anak-anak lainnya  tampak lebih asyik dengan gadget, tapi El gak peduli dan mondar-mandir saja di dalam ruangan. Lumayan juga, dia bermain di tempat itu sampai ibadah selesai.


Eh, ibadah minggu selesai dan waktunya pulang, El mau diajak masuk ke dalam gereja. Kali ini dia santai aja digendong Om-nya ke dalam gereja, tidak berontak seperti waktu pertama kali datang. Aku masih sempat bersalaman dengan pak pendeta dan ngobrol sebentar.

23 December 2017

Berangkat Mudik 2017


Tugu Monas jadi salah satu foto wajib sebelum berangkat mudik ke Jawa Timur tiap akhir tahun, maklum, setiap mudik selalu memakai kereta api  yang berangkat dari St. Gambir.

Siang ini hampir saja tertinggal kereta, karena pas berangkat dari rumah, di tengah jalan baru sadar kalau oleh-oleh tertinggal di rumah. Bukan barang penting sebenarnya, tapi sayang aja kalau makanan yang sudah dibeli lumayan mahal bakal sia-sia karena tidak dimakan. Jadi aku putuskan untuk  pulang dulu sendirian, sementara istri, anak dan adik ipar terus lanjut ke stasiun. Toh waktu juga masih lumayan tidak mepet.

Tapi perhitunganku sempat meleset, gara-gara pas mau naik ojek dari St. Tanah Abang, aku sempat di-PHP-in sama driver go-jek. Aku sempat harus menunggu hampir 30 menit, dan herannya justru kendaraan itu makin lama makin menjauh dari lokasiku menunggu. Setelah aku coba telp dan gagal, akhirnya dia cancel. Beruntung aku bisa dapat gantinya dan segera berangkat, sampai di St. Gambir 15 menit sebelum kereta berangkat. Alhasil gak bisa bersantai dulu di stasiun.


Rupanya El juga pas lagi rewel di dalam kereta yang belum berangkat. Dia enggan untuk masuk ke dalam kereta dan masih ingin bermain di dalam stasiun. Terpaksa aku gendong dan bawa jalan-jalan ke sekitar bordes agar bisa melihat pemandangan di luar. Sempat anteng saat melihat deretan mobil diparkir di samping stasiun, tapi tetap merengek ingin keluar dari kereta api. Saat kereta api berangkat juga masih sempat menangis, tapi akhirnya dia pasrah  juga.


Sepanjang perjalanan El lebih suka jalan  mondar-mandir di sepanjang gerbong, dan sesekali mengajak untuk ke bordes. Sempat ikut nimbrung dengan anak-anak lain  yang sedang bermain, tapi terpaksa aku singkirkan karena dia cenderung "merebut" mainan orang lain. Kebetulan ada anak kecil, yang mungkin sudah sekitar 4 tahun, yang sama-sama aktif dan mau mengajak El bermain.

"Sini, main sama Cia", begitu beberapa kali dia mengajak El bermain, dan bahkan mencoba memeluk El - yang tentu saja menghindar. Setidaknya El menanggapi ajakannya bermain, meskipun harus ikut maunya El hehehe. Saat El memilih untuk duduk dan menonton video di smartphone, Cia juga ikutan. Malah Cia yang betah bermain dengan El sampai enggan diajak ke tempat duduknya. Dia sempat berontak dan ngambek waktu dipaksa untuk beranjak oleh mamanya, karena memang sudah sampai di tempat tujuan, yaitu di Semarang.

Dibanding dengan perjalanan tahun lalu, bisa dibilang kali ini perjuanganku menemani El lebih ringan. Meski El masih aktif, tapi dia hanya mondar-mandir di sepanjang gang di dalam gerbong, atau bermain sendiri di kursi dan lantai. Sesekali dia ngambek tiduran di lantai kereta, tapi tidak sering. Kalau tahun lalu, karena belum bisa jalan, aku cukup kerepotan karena dia memaksa untuk terus keluyuran sambil merangkak - dan gantinya aku harus menggendong ke sana ke mari.

Perjalanan kali ini mengalami keterlambatan sekitar 1 jam, sehingga kami sampai di Kertosono jam 3 pagi. El baru tidur jam 1 pagi, dan sampai di stasiun dia sudah bangun lagi.

Liburan dimulai!

21 December 2017

Terompet Tahun Baru


El sedang serius mengamati pemulung yang sedang membuat terompet dari kertas. Salah satu ciri/icon pergantian tahun Masehi adalah terompet, jadi wajar kalau banyak penjual terompet dadakan yang mencoba mengais rejeki.


Entahlah apakah bisnis terompet ini masih menguntungkan atau tidak, mengingat begitu gencarnya "kampanye" (baca: hasutan) untuk tidak merayakan pergantian tahun Masehi ini dan ajaran yang mengaitkan terompet dengan budaya Yahudi. Dengan meluasnya penggunaan media sosial, kampanye semacam itu jadi lebih masif dan meluas, ditambah dengan "potensi" penyebaran penyakit lewat terompet dan beragam meme liar yang beredar luas.


Terus terang, mengaitkan terompet dengan budaya kaum tertentu, apalagi dengan terompet malaikat maut, adalah hal yang konyol. Tapi aku setuju tentang masalah kesehatan,jadi perlu bijaksana, meski gak perlu terlalu paranoid.

Semoga saja para pemulung ini bisa mendapat tambahan rejeki yang banyak dari usaha terompet dadakan seperti ini.

Bunga Wijayakusuma


Seingatku, inilah pertama kali aku melihat bunga Wijayakusuma yang hanya mekar pada malam hari ini. Pas iseng nongkrong di depan rumah sama tetangga, aku lihat di depan rumah tetangga ada bunga warna putih ini.


Meskipun belum pernah melihat sebelumnya, tapi aku langsung bisa menebak kalau ini Wijayakusuma, berdasar artikel-artikel yang pernah aku baca.

Memang benar-benar indah, sayangnya saat siang hari dia akan tampak layu (tidak mekar). Konon kabarnya, ada mitos bahwa bunga ini punya kaitan dengan penguasa.

03 December 2017

Bola Mainan


Ada dua hal yang selalu menarik perhatian El saat kami mengajaknya bermain ke Bintaro Exchange - ikan dan bola. Dia selalu betah melihat ikan koi di taman belakang mall ini. Selain itu,dia akan antusias saat melihat ada orang yang bermain bola. Biasanya dia akan nimbrung dan "merebut" bola itu, meskipun belum terlalu pandai memainkannya. Untunglah selama ini kami bertemu dengan anak-anak yang ramah, yang mau berbagi permainan dengan bocah yang belum genap 2 tahun  ini. Sepertinya lain kali kalau ke sini lagi harus bawa bola sendiri.


Selanjutnya beberapa kali aku sengaja membawa bola kalau El bermain di lapangan kompleks. Soalnya memang dia selalu ingin nimbrung kalau di sini ada yang bermain bola. Jadi daripada nanti dia mengganggu yang lain, aku harap dia bermain.


Rupanya ada satu faktor yang kurang - faktor teman. Meski sesekali tetap memainkan bola yang kami bawa, El tampak kurang antusias bermain karena tidak ada teman. Dia akan memegang dan menendang 2-3 kali, terus bosan dan mencari permainan lain.

Tapi ketika ada teman, dia akan bersemangat meskipun jadinya terkesan mendominasi :). Beberapa kali saat kami membawa bola di lapangan, justru anak-anak lain yang meminjam bola ini, dan gantian El meminjam mainan mereka hehehe.

01 December 2017

Penggantian Lampu Jalan (Lagi)


Salah satu aktivitas yang paling sering dilakukan pengurus kompleks kali ini adalah mengganti lampu-lampu jalan di sekitar kompleks. Lampu yang lama biasanya memakai model panjang, yang dirasa sudah kurang terlalu terang dan boros (meskipun listrik memakai fasilitas umum).

Beberapa diganti dengan model LED, tapi kali ini pak RT mencoba memakai bohlam hemat energi dan fitingnya memakai jenis yang simple agar lampu bisa bersinar ke segala penjuru.


Seperti biasa, anak-anak yang penasaran ikutan bermain di sekitar.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...