Showing posts with label Bicycle. Show all posts
Showing posts with label Bicycle. Show all posts

01 September 2022

Bisa Naik Sepeda

Kemarin El cerita kalau dia sudah bisa naik sepeda tanpa roda samping. Aku agak terkejut juga, soalnya minggu lalu aku masih sedikit frustrasi mengajari El menggunakan sepeda dengan 2 roda saja, waktu itu dia masih belum bisa menyeimbangkan diri, jadi sering jatuh. Memang bulan lalu atas permintaannya aku sudah melepas (atau menggeser) kedua roda penyangga di samping agar dia belajar pakai sepeda roda 2.


 SOre ini aku temani anak-anak bermain dan El menunjukkan kemampuannya mengendarai sepeda roda dua, sudah sangat lancar.

Begitulah, kadang perkembangan kemampuan anak susah diprediksi, tahu-tahu bisa setelah sebelumnya cukup pusing mengajari seperti tanpa ada perkembangan. Kuncinya ya sabar saja.

Semangat, El!

20 October 2020

Bersepeda di Lapangan

Beberapa hari terakhir ini anak-anak kompleks lebih sering bermain sepeda di lapangan yang sempit ini. Mereka beradu balap mengitari lapangan yang kecil. Mungkin karena untuk bermain sepakbola, jumlah orangnya terlalu sedikit, jadi perlu ada alternatif permainan.

El juga tidak mau ketinggalan, ikut balapan dengan sepeda roda empatnya. Masalahnya, keberadaannya cukup mengkuatirkan, karena anak-anak lain yang lebih besar sering ngebut, dan El sendiri tidak mengikuti aturan, jadi sering seenaknya saja menentukan jalur. Pokoknya ikut balapan. Akibatnya seringkali anak-anak yang lain harus menghindari El agar tidak terjadi tabrakan yang berbahaya.

Agak uji nyali juga melihat El bermain dengan anak-anak yang lebih besar ini.


 

31 August 2020

Bersepeda Sore-Sore

Sepeda roda empat.


Sepeda roda dua tanpa pedal - kick bike.



 Sepeda bmx anak roda dua.

18 August 2019

Serba-Serbi 17an 2019


Tahun ini kembali diadakan lomba menghias sepeda dan berpawai keliling kompleks untuk mengawali perayaan HUT Ri ke-74. Karena informasi agak mendesak dan banyak kesibukan, aku gak sempat ikut menghias sepedanya El dan Fe, jadi mereka ikut pawai doang dengan sepeda seadanya.


Setelah tahun lalu absen, kali ini MC langganan ini kembali berpentas di acara 17an, Pak Reza.


Seperti tahun lalu, kembali diadakan senam poco-poco, yang lagi-lagi dipimpin oleh Sheva.


Setelah ikutan lomba 17an di sekolah, El kembali melakukan debut mengikuti lomba 17an di kompleks. Semula aku sempat ragu kalau dia mau ikutan, seperti tahun lalu, tapi ternyata dia cukup berminat. Ada dua perlombaan yang dia ikutin bersama para balita lainnya : lomba membawa kelereng pakai sendok dan lomba menyusun gelas. Untuk lomba menyusun gelas, El sangat antusias. Sekali melihat contoh, dia langsung bersorak "Piramid" dan menyusunnya dengan lancar dan jadi juara.

Meski ikutan, tapi Fay tidak dianggap sebagai pemenang - mungkin secara umur sudah terlalu senior :). Btw, ada balita lain yang harusnya ikutan, tapi enggan, minimal ada 3 lagi.


Untuk kategori anak-anak, lombanya kombinasi antara menyusun gelas dan balap karung.


Untuk anak-anak menjelang remaja, lombanya memecah balon air dengan mata tertutup.


Salah satu perlombaan wajib 17an yang juga diadakan kali ini adalah lomba makan kerupuk, dengan salah satu inovasi adalah diberi kecap. Awalnya aku bingung, setelah lomba berlangsung jadi paham, kecap memberi efek belepotan di wajah peserta.

NB: seorang teman di Bandung bercerita kalau anaknya alergi kecap, dan ikutan lomba begini. Alhasil alih-alih dapat hadiah, malah jadi bentol-bentol mukanya, kasian juga.


El pulang lebih awal setelah sebelumnya bermain air di kolam mushola dan dimarahi ibunya. Untung ada Fe yang bisa dijadikan wakil untuk menerima hadiah dan goodie bag :)


Aku heran, ibu-ibu ini betah aja ngumpul di bawah pohon jambu. Rindang memang, tapi sepertinya mereka tidak sadar kalau di bawahnya penuh dengan kotoran kucing. Rupanya mereka hendak memberi kejutan ke Bu Rita (Bu Kino) yang hari ini berulang tahun.

06 August 2019

Sepeda Baru


Saat mengetahui ada kurir berhenti di depan rumah dan menurunkan sepeda, El langsung antusias. Padahal belum diberitahu kalau itu sepeda miliknya. Setelah diserahkan, langsung tidak sabar untuk mencobanya. Istriku tidak tega melihat El tidak bermain sepeda selama beberapa hari, makanya langsung dibelikan secara online.


El masih kesulitan untuk naik ke atas sadel, tapi setelah bisa duduk di sadel, dia bisa menjalankan sepedanya. Jadi beberapa kali masih perlu bantuan untuk naik ke sadel. Tapi karena kakinya belum bisa menyangga langsung, meski ada bantuan dua roda samping, tetap saja beberapa kali El terjatuh ketika melewati jalan berlobang yang membuat sepedanya miring. Namanya juga belajar.


Ini kondisi sepeda roda tiga yang lama, yang rusak parah bagian roda belakangnya. Hingga saat ini masih misterius, apa yang menyebabkan sepeda ini rusak. Tidak ada yang mengaku, dan El sendiri tidak mampu bercerita. Aku cuma ingat suatu hari El datang membawa ban sepeda, sementara sepedanya ditinggal di pinggir jalan sudah ringsek. Sempat kepikir apakah sepeda ini rusak karena masuk ke selokan, atau terlindas mobil/motor? Tapi rasanya tidak mungkin. Kalaupun jatuh ke selokan, tidak akan rusak parah seperti ini.

Analisaku, ada yang mencopot ban luar sepedanya, sesuatu yang aku sendiri agak sulit melakukannya. Nah, setelah ban luarnya lepas, bagian dalamnya yang berbahan plastik jadi sangat rapuh. Tanpa ban luar, sepeda ini bakal ringsek saat diinjak anak seukuran El. Begitu juga dengan rangka besi yang menyangga sadel, memang sudah agak peyot. Meski dugaanku ada orang lain yang terlibat, mungkin anak/cucu tetangga, tapi aku tidak mau berspekulasi. Ikhlaskan saja. Setelah ada gantinya, barulah sepeda rusak ini aku serahkan ke tukang loak, gratis.

04 June 2019

Ragunan Menjelang Lebaran


H-1 menjelang lebaran kami manfaatkan untuk jalan-jalan ke Kebun Binatang Ragunan, mumpung (seharusnya) belum terlalu ramai. Kami ingat beberapa tahun lalu saat lebaran, kunjungan ke tempat wisata ini sangat membludak sampai jalanan macet. Harapan kami bisa membuat El senang karena melihat binatang-binatang secara langsung.

Tapi ternyata El lebih berminat untuk bermain daripada melihat binatang.


Melewati kawasan burung-burung langka, bagus-bagus, sayangnya tidak punya waktu banyak untuk mengeksplorasi karena El sudah melaju lumayan cepat mendahului kami.


Melihat ini El langsung ingin naik, sayangnya belum beroperasi. Entahlah, tapi setidaknya tempat itu sepi dan kami memang tidak ada yang tertarik bermain di situ. Jadi beberapa kali aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Bagaimana dengan Fe? Tampaknya dia belum paham, jadi ya ikutan saja.


Sejak awal El tampak berminat dengan buaya, karena dia memberi respon lumayan setiap bundanya menyebut kata crocodile (cekedai, kata El). Makanya kami coba langsung mengarahkan dia ke lokasi buaya, yang letaknya agak jauh dari gerbang utara. Sayangnya, sampai di lokasi kandang-kandang buaya tampak sepi. Seingatku, dulu ada agak banyak buaya berukuran besar. Setelah berputar-putar dan mencoba lebih cermat, memang ada beberapa buaya, tapi sebagian besar tampak bersembunyi, malah seperti berkamuflase. Seperti yang satu ini, hampir tertutup lumpur, kayak sudah bertahun-tahun tidak bergerak.

... dan ternyata El juga tidak terlalu berminat melihat buaya. Sepertinya perhatiannya cuma ada dua : mini zoo (yang ada di dekat gerbang masuk, karena banyak area bermain anak) dan kereta  yang berkeliling sepanjang kebun binatang.


Melewati satu kandang orang utang, tampak penghuninya kurang bersemangat. Mungkin karena masih pagi, atau memang sedang puasa hehehehe... Btw, belakangan baru sadar kalau di sebelah selatan ada kawasan khusus untuk primata, dan kami tidak sempat mengunjunginya. Pantesan saja beberapa kandang primata yang kami lewati tampak sepi, mungkin karena sudah dipindahkan.

Sampai di pusat oleh-oleh dan foodcourt, El sempat tertarik untuk membeli boneka. Setelah tanya-tanya harga, kami pastikan harga boneka yang dijual tidak terlalu mahal, wajar saja. Tapi alih-alih beli boneka, El memilih untuk membeli mainan gelembung sabun ini -- sama persis seperti tahun lalu waktu bermain di SeaWorld.

Baik El maupun Fe sangat gembira bermain gelembung sabun ini. Kebahagian sejati yang sederhana.


Sempat mampir sebentar melewati kandang gajah. El tetap tidak tertarik dengan binatang ini, dan mampir ke sini karena ingin membeli es krim.

Sempat ada pengunjung yang sendalnya jatuh ke parit di tepi kandang ini, dan meskipun sebenarnya bisa mengambil sendiri, tapi oleh pedagang di sekitar sana dianjurkan untuk memanggil petugas saja, lebih aman. Tak lama kemudian datanglah seorang petugas yang segera mengambilkan sandal tersebut.


Nah, akhirnya El menemukan tempat yang membuatnya betah - arena bermain. Awalnya dia tampak antusias ingin naik kereta api yang melintas di atas. Tapi setelah naik ke atas stasiun dan mendengar deru kereta, dia mundur, tidak berani. Bahkan di kereta api yang kecil yang berputar di bawah pun dia enggan untuk naik. Wah payah.

Satu-satunya permainan yang dia minati adalah bom bom car ini. Sampai lebih dari lima kali kami naik mobil-mobilan ini, semua coin yang dibeli dihabiskan untuk permainan ini. Itupun El tidak juga puas. Kami harus memaksanya untuk berhenti dan pulang. Tentu saja, perjalanan pulang penuh drama karena El menolak untuk pulang, dan aku terpaksa menggendongnya sampai gerbang masuk.

Oh ya, kami baru tahu kalau untuk masuk ke Kebun Binatang Ragunan ini wajib memakai Jakcard - kartu elektronik yang dikeluarkan Bank DKI. Tiket masuknya sebenarnya murah, hanya 6000 rupiah per orang. Jangan kuatir kalau tidak punya Jakcard, karena bisa beli langsung di sana. Waktu kami masuk, 3 orang dewasa 2 anak-anak + 1 tiket parkir, total bayar 45 ribu, dan dapat kartu baru Jakcard.

20 August 2017

Acara HUT RI Ke-72


Minggu pagi, anak-anak kompleks sudah semangat berkumpul di lapangan dengan sepeda hias mereka. Sebenarnya aku juga pengen sedikit memberi hiasan ke sepeda mungil anakku, tapi karena belum paham, dia menolak sepedanya diutak-atik. Tahun ini perayaan 17an di kompleks sengaja diadakan pada hari minggu (bukan pas tanggal 17). Alasannya, pas tanggal 17 banyak anak-anak yang harus ikutan upacara bendera di sekolah masing-masing.


Meskipun tidak semua warga hadir, seperti biasa mungkin hanya 50%, tapi anak-anak yang hadir tetap antusias mengikuti acara, termasuk mereka yang sudah beranjak remaja (abg). Acara hari ini cukup beragam, mulai dari pawai sepeda hias keliling kompleks, aneka pertandingan untuk anak-anak dan orang tua, lomba menghias tumpeng dan juga karaoke. Sejak pagi cuaca cerah, malah cenderung sangat panas, apalagi tidak banyak pohon tinggi di sekitar lapangan yang bisa dipakai untuk berteduh.


Ini perlombaan untuk anak di bawah 6 tahun, lomba mengambil bola sesuai warna tertentu. El belum bisa ikutan main, belum paham, malah sebelum dipaka lomba, alat permainan lebih dulu dipakai El untuk bermain hehehe.


Untuk anak-anak usia SD, perlombaan sedikit lebih sulit yaitu memindahkan biji kacang dengan sumpit.


Sementara anak-anak asyik bermain, ibu-ibu juga asyik menghias tumpeng. Ada 3 tim yang berlomba dan masing-masing mengusung tema tersendiri. Entah bagaimana kriteria penilaiannya, yang penting heboh ... dan tentu saja tak lupa foto-foto. Aku sendiri malah gak sempat menikmati tumpeng itu, yang dimakan ramai-ramai menjelang tengah hari. Cuaca yang panas terik membuat kehausan dan hilang selera makan.


Untuk anak remaja, pertandingan dibuat sedikit lebih sulit dengan memakai topeng. Cukup menyenangkan melihat anak-anak ini masih antusias mengikuti acara 17an, sementara kakak-kakak mereka yang lebih tua (yang sudah kuliah ataupun kerja) sudah mulai enggan ikut acara bersama seperti ini karena sudah ada kesibukan sendiri.


Nah untuk bapak-bapak, acaranya main sepakbola dengan daster, dan topeng. Lumayan buat seru-seruan. Karena penggunaan topeng menghalangi pandangan, sempat ada yang cidera tangannya karena bertabrakan. Separuh pertandingan topeng dilepas karena memang sangat menyulitkan.

Mungkin lain kali mendingan pakai sarung tanpa topeng, bakal lebih menyenangkan tanpa mengurangi kekonyolan.


... rasanya kok sayang kalau yang ini tidak diabadikan hehehe ....


Acara terakhir, sebelum pengumuman pemenang dan pembagian hadiah, adalah lomba karaoke. Sayangnya persiapaan untuk karaoke lumayan terbatas, terutama terkait stok lagu yang ada. Setidaknya ini jadi pengalaman, agar lain kali menyiapkan lagu-lagu yang heboh dan meriah, untuk seru-seruan bersama. Ada 4 pasang peserta lomba dan menyanyikan satu lagu yang sama "Kereta Malam". Btw, justru yang lebih heboh malah para jurinya :D


Anak-anak remaja berkumpul dan berfoto bersama ... kompak!


Sebelum acara bubar, beberapa warga berkaraoke, mumpung ada kesempatan dan gratis, tentu dengan stok lagu yang seadanya. Setidaknya acara tetap meriah sampai lewat tengah hari.


Inilah pemenang lomba sepeda hias, dengan hiasan rumah gadang :D

Update : ada satu lomba yang lupa disebutkan, lomba makan kerupuk untuk pasangan suami istri. Lumayan seru juga melatih kerjasama antar suami istri, gantian memegang dan makan kerupuk.

14 May 2017

Hutan Kota Menteng Bintaro Sektor 7


Di samping kawasan Menteng Residence Bintaro Sektor 7, ada kawasan yang penuh dengan pepohonan rindang seperti hutan. Jelas bukan hutan alami karena pohonnya tertata rapi meskipun tidak terlalu terawat tampak rerumputan dan tanaman liar juga di sana. Meskipun pohon-pohonnya rindang, tapi jauh dari kesan gelap dan menyeramkan, karena selain tidak lebat juga dekat dengan kawasan pemukiman dan jalan raya.

Sekilas lihat di wikimapia, tempat ini rencananya bakal jadi Bintaro Exchange Tahap 2 (Perkantoran). Sayang juga kalau kawasan hijau rindang ini harus berubah menjadi hutan beton.


Di bawah pepohonan, di antara rerumputan yang menjulang tinggi, ada bunga-bunga liar yang tumbuh tidak teratur, namun tetap saja indah. Kebanyakan sih bunga-bunga itu ukurannya kecil sebagai layaknya bunga liar yang tumbuh terabaikan di alam bebas.


Selain sering menjadi tempat nongkrong ojek dan anak-anak remaja, tempat ini juga menjadi jalan pintas yang menghubungkan kawasan elit Bintaro dengan jalan Rusa Raya, meski hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor, sepeda dan tentu saja jalan kaki. Jalan pintas itu sifatnya tidak resmi, jadi kondisinya ya buruk, seringkali sangat becek saat musim hujan. Tapi tetap saja jadi alternatif karena sangat bisa mempersingkat waktu, apalagi di jam-jam yang penuh kemacetan.


Saat berada di kawasan ini, akan ada sambutan kicauan burung-burung bebas meskipun tidak bergemuruh, kebanyakan sih burung-burung gereja yang bergerombol mencari makan, baik di atas pepohonan maupun di rerumputan. Meskipun suaranya tidak semerdu kicauan burung perkutut, tapi tetap saja indah, membuat suasana seperti tidak sedang ada di perkotaan. Sayangnya aku susah menemukan posisi yang tepat untuk memotret burung-burung itu.


Banyaknya bunga tentu saja menarik banyak kupu-kupu (dan serangga lain). Sayangnya hampir semua kupu-kupu yang aku temui, dengan beragam warna dan motifnya, cenderung aktif terbang, jarang ada yang diam cukup lama untuk bisa dipotret.


Meskipun perlu mewaspadai kemungkinan adanya ular di tempat ini, tapi selama ini aku belum pernah menjumpainya. Saat ini ada satu bunglong yang sedang berkeliaran di pohon, selalu mencoba menghindar saat melihatku. Jadi perlu pelan-pelan mendekati dan memotret reptil satu ini.

Waktu iseng jalan-jalan di tempat ini sedang ada satu orang yang berlatih menembak. Kami hanya bertukar salam dengan senyum, tanpa sepatah kata. Entah mengapa rasanya agak canggung, meski sebenarnya cukup penasaran juga dengan aktivitasnya. Aku juga tidak mengambil fotonya karena kuatir dia keberatan. Potongannya rambutnya cepak seperti tentara, mungkin dia memang tentara/polisi yang sedang berlatih. Atau sekedar orang yang hobi menembak dan menemukan tempat yang cukup sepi untuk berlatih.

20 August 2016

Sepeda Hias


Selain lomba panjat pinang, salah satu perlombaan khas HUT Kemerdekaan RI yang aku suka adalah sepeda hias. Waktu kecil dulu senang ikut lomba ini, meskipun hanya mampu menghias ala kadarnya, karena terbatas dana dan kreatifitas.


Sabtu kemarin sempat lihat rombongan Tk berpawai dengan sepeda hias, menarik. Kelihatannya kegiatan seperti ini sudah agak jarang, setidaknya jarang aku temui. Dulu bahkan sempat ada lomba sepeda hias antar SMP se Kabupaten.

03 May 2016

Pagi Cerah Yang Sejuk


Butiran air hujan bercambur embun masih tampak segar dan berkilauan terkena sinar matahari pagi. Aku yakin itu air sisa hujan semalam yang cukup deras, yang pagi ini masih menyisakan udara dingin meskipun matahari sudah bersinar terang di ufuk timur.


Mumpung masih ada sedikit waktu, aku luangkan pagi ini untuk nongkrong sejenak di jalan sekitar Kampung Lio, salah satu spot menarik untuk menikmati matahari terbit. Langit cerah dengan sedikit awan tipis di sebelah timur, menambah indah lukisan pagi ini.


Ternyata sudah ada kupu-kupu yang cukup rajin mencari makan di pagi hari, di antara bunga-bunga liar yang ada di lahan kosong dekat gelanggang olahraga.


Bunga khas tempat ini, boroco yang banyak tersebar dengan liar di daerah ini. Meskipun tampak indah, tapi sepertinya bunga jenis ini tidak terlalu populer. Mungkin karena komposisi bunganya yang kurang serasi untuk ditaruh di taman. Tapi aku suka.


Kalau ini entah tanaman apa, semacam rumput liar saja. Tapi bunganya menarik, apalagi ketika terkena cahaya matahari pagi menghasilkan efek berkilau keemasan. Seringkali, hal-hal indah di alam ini dihasilkan oleh tanaman yang sederhana dan sering kita abaikan.


Rupanya aku tidak sendirian menikmati matahari pagi di tempat ini. Ada seorang bapak yang mengajak anaknya ke tempat ini untuk menikmati cahaya pagi yang belum terlalu terik menyengat.


Dalam perjalanan pulang berpapasan dengan orang yang berangkat kerja dengan memakai sepeda. Ah, jadi pengen sepedaan pagi-pagi juga. Harus mulai nyari waktu yang pas nih buat olahraga lagi.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...