25 January 2016

Selamat Menempuh Hidup Baru


Istriku, usai menjalani operasi cesar di rumah sakit. Operasi berjalan lancar, baik bayi dan ibunya dalam kondisi sehat.


Selamat datang, Nak, selamat bergabung dalam keluarga. Sempat ada bintik merah di wajah bayi ini dan dokter belum bisa menentukan apa penyebabnya. Perlu diobservasi dulu.


Ini menandakan dimulainya babak baru dalam kehidupanku, dan keluargaku. Ada tanggung jawab yang baru dan pasti ada suka-duka yang menanti juga.


Bosku pernah bertanya, "Sudah siap?". Dengan mantap aku menjawab, "Siap gak siap, I've been expecting this" hehehe.

24 January 2016

Kerja Bakti Yang Nyaris Tertunda


Gara-gara bapak ini, acara kerja bakti yang sempat dibatalkan karena hujan akhirnya tetap dilakukan. Hujan deras yang mengguyur sejak dini hari membuat pak RT sempat mengirimkan pesan broadcast di group WA kalau kerja bakti hari ini diundur minggu depan saja. Padahal sudah ada 2 warga yang sempat datang, dan langsung pulang karena kehujanan.



Waktu hujan reda, aku iseng melongok ke pos ronda, tempat kegiatan kerja bakti seharusnya dilakukan. Ternyata ada bapak yang bekerja di salah satu rumah warga sudah siap sedia di pos ronda. Aku hampiri dan ngobrol sebentar, eh datang lagi salah satu satpam memberitahu kalau hidangan untuk acara kerja bakti sudah terlanjur disiapkan. Ya sudah, kami bertiga langsung saja mulai kerja bakti setelah sebelumnya aku broadcast pesan di WA untuk mengajak kerja bakti dilakukan sesuai rencana.


Tak berapa lama beberapa warga mulai datang untuk ikutan kerja bakti. Lumayan lah, setidaknya ada belasan warga yang ikut serta, ditambah bocah-bocah yang jadi bawang kothong memeriahkan kegiatan ini. Selain membersihkan selokan dari alang-alang dan rumput liar, juga ada aktivitas memangkas ranting-ranting salah satu pohon tinggi karena kuatir kalau pohon ini akan tumbang.


Secara bergantian beberapa warga memangkas ranting pohon besar itu, padahal kondisi lumayan licin karena baru saja diguyur hujan deras. Salah satu warga sedang tidak beruntung, parang yang dipakai untuk memotong dahan mendadak terpencal dan melukai lengannya. Untunglah lukanya tidak terlalu parah.

Acara kerja bakti seperti ini memang tidak terlalu efektif untuk menjaga kebersihan kompleks, tapi sangat baik untuk menjalin silaturahmi warga. Apalagi di perkotaan yang makin cenderung individualis dan sebagian besar warganya adalah pendatang yang sibuk dengan aktivitas yang berbeda-beda.

05 January 2016

Deddy "Pak Sukri" Sutomo


Waktu sedang membeli kupat tahu khas Gunungkidul yang ada di samping pasar Bintaro Sektor 2, di depanku ada sosok yang tampak familiar buatku. Bukan keluarga, teman atau kenalan, tapi aktor yang pernah aku kenal di masa kecilku. Tapi selain lupa namanya, aku juga ragu apakah ini aktor yang aku kenal dulu. Maklum, belakangan aku tidak lagi mengikuti kiprah beliau di layar lebar.

Aku cuma ingat kalau beliau adalah salah satu tokoh drama keluarga (ogah banget nyebut sinetron) jaman dulu, Rumah Masa Depan, dan berperan sebagai Pak Sukri. Drama keluarga ini selalu menghiasi waktu istirahat di hari Minggu, memberi kenangan yang damai dan tentram pada masa itu. Setelah browsing sebentar, akhirnya aku dapatkan namanya, Deddy Sutomo.


Dengan santai dia ngobrol dengan penjual kupat tahu. Sangat tidak tampak kalau beliau adalah aktor kawakan dan pernah jadi anggota DPR. Sedikit mencuri dengar, gaya bicaranya ceplas-ceplos, mengkritik orang-orang yang hanya pamer di media sosial.

Aku baru tahu kalau beliau masih aktif di dunia perfilman, bahkan terakhir sempat memenangkan penghargaan Piala Citra sebagai Aktor Terbaik FFI dalam perannya di film Mencari Hilal (2015).

Aku ingat dalam suatu acara talkshow, lupa namanya, yang menampilkan aktor-aktor drama jadul, beliau pernah bercerita tentang kuatnya citra Pak Sukri bagi masyarakat Indonesia saat itu. Bahkan sosok pak Sukri yang digambarkan sangat bijaksana itu sampai ada yang menganggap sebagai tokoh nyata. Ada salah satu orangtua dari luar Jawa, kisahnya, yang pernah berpesan kepada anaknya kalau nanti ke Jawa dan mendapat kesulitan, carilah Pak Sukri untuk minta bantuan. Segitunya :)

01 January 2016

Liburan Tahun Baru di Aeon Mall


Sementara banyak orang menikmati liburan tahun baru dengan mengunjungi tempat-tempat wisata di luar kota, kami memilih liburan di mall saja yang (agak) dekat rumah. Tidak banyak yang kami harapkan di sini, selain mengisi liburan dan makan siang. Tujuannya adalah di Aeon Mall, BSD.


Karena sama sekali tidak paham dengan mall ini, kami sedikit mondar-mandir untuk mencari tempat makan yang nyaman dan sedikit berbeda, hitung-hitung piknik lah. Gak seru kalau liburan kok makannya di warung cepat saji yang banyak tersedia di dekat rumah :) Kami tidak menemukan tempat yang menarik di Food Carnival yang ada di lantai paling atas ini. Sebenarnya kami tergantung selera istriku sih, karena dia yang agak "rewel" belakangan ini.


Setelah bingung menentukan tempat makan, sementara keputusan harus segera dibuat karena sudah semakin lapar, pilihan jatuh ke restoran all-you-can-eat ala Jepang yaitu Kushiya Monogatari. Lebih murah dibanding Hanamasa dengan pilihan menu yang lebih ramah buat istriku yang sedang berpantang daging. Hanya saja, makan di sini dibatasi oleh waktu. Wajar sih, biar gak ada yang nongkrong seharian saja, bisa rugi dong warungnya. Pas kami lewat pertama kali, tempat ini sepi (dibanding restoran lain di sekitarnya). Tapi begitu kami mulai makan, mulai tampak antrian pengunjung.


Semula aku pikir menunya cuma goreng-gorengan, karena itu yang tampak di meja. Ternyata lumayan lengkap. Ada nasi, salad, sushi dan beragam minuman serta dessert. Lumayan puas makan di sini.


Selesai makan, kami jalan-jalan sebentar mengitari mall bernuansa Jepang ini. Eh, ternyata ada Daiso di sini. Anggaplah kuper, tapi aku baru tahu kalau Daiso juga ada di Indonesia. Dan ternyata waku aku lihat brosurnya, sudah ada di beberapa mall besar di Jakarta dan kota lain. Sempat berharap bakal ngeborong barang-barang unik dengan harga relatif murah, aku keluar toko dengan rasa kecewa. Barang-barang yang dijual di sini jauh sedikit dan kurang bervariasi dibanding Daiso di Singapura. Harganya juga lebih mahal, 25 ribu rupiah per item, sementara di sana "hanya" 2 dolar singapura, yang kalau dikonversi kasar masih kurang dari 20 ribu rupiah.


Ini bentuk ruang khusus merokok yang disediakan pihak mal, dekat dengan tempat parkir. Secara desain sangat bagus menurutku, artistik dan modern. Tapi secara kenyamanan, ya tidak diragukan lagi. Tidak ada tempat duduk, tanpa penyejuk ruangan dan berada dengan tempat parkir yang biasanya bising dan tenang.

Year End BBQ Night


Ibu-ibu tetangga sedang "wefie" bersama anak-anak mereka di jalanan dekat pos ronda. Malam ini sebagian warga kompleks berkumpul untuk "merayakan" malam pergantian tahun. Berawal dari obrolan bapak-bapak di Whatsapp, akhirnya ada usulan untuk bikin acara bakar ikan di malam tahun baru bagi yang tidak bepergian. Lumayan, dari sekitar 50 warga, ada 20 warga yang menyatakan ikut bergabung.


Tentu saja acara seperti ini tidak hanya melibatkan orangtua, tapi juga anak-anak, terutama anak-anak yang belum akil balig dan belum punya agenda sendiri di acara pergantian tahun ini. Kalau anak-anak remaja dan dewasa sudah tidak lagi bergabung, biasanya mereka sudah punya acara sendiri bersama teman-teman mereka.


Sementara ibu ibu ngerumpi (plus menyiapkan bumbu) dan anak-anak bermain (plus melahap makanan yang ada), bapak-bapak kebagian jatah membakar ikan, sambil ngelaba tentu saja hehehe. Bisa berkumpul seperti ini jelas hal yang menyenangkan di tengah kesibukan masing-masing. Oh ya, berbeda dengan acara bakar-bakaran sebelumnya, malam ini sengaja ada warga yang menyiapkan speaker dan dvd player untuk memutar musik. Jadinya lebih meriah.

Malam ini ada beberapa jenis ikan yang dibakar, seperti ekor kuning, bawal dan baronang. Awalnya cumi juga akan jadi menu, tapi dibatalkan.


Rupanya selain ikan juga ada jagung manis untuk dibakar malam ini. Sayangnya aku sudah terlalu kenyang dengan ikan bakar dan tidak terlalu selera untuk menyantap jagung bakar. Tapi anak-anak kecil masih sangat semangat untuk membakar jagung, meski dengan kemampuan seadanya. Ketiga bocah di atas tampak semangat membakar satu jagung dan memakan waktu cukup lama hingga orang tua mereka turun tangan dan membantu :)


Suasana tetap meriah hingga tengah malam. Sebelum tiba jam 12, tetangga di kompleks atas sudah mulai menyalakan kembang api. Kebetulan ada tetangga yang juga membawa petasan dan kembang api sisa tahun lalu sehingga kamipun membalas. Persis kayak adu kembang api : kompleks sebelah mengarahkan kembang api ke arah kami, dan kemudian kamipun balas mengarahkan kembang api ke atas kompleks mereka. Meskipun biasanya aku benci suara kembang api, tapi ketika bersama-sama seperti ini, aku bisa menikmatinya. Yang jelas kucing-kucing di rumah pasti stress dan ketakutan.


Acara berlangsung hingga sekitar jam 1 atau 2 dini hari. Saat jam 12 berdentang, masing-masing saling mengucapkan selamat tahun baru dan sepatah doa untuk kesuksesan di tahun 2016 ini. Sesuatu yang cukup melegakan buatku, di tengah gempuran "ajakan untuk menentang perayaan tahun baru". Aku lihat para tetangga tampak tulus mengucapkan selamat tahun baru, tanpa ada beban akan tekanan berbau agamawi.

Perayaan tahun baru tidak harus identik dengan hedonisme, seks bebas, pesta miras ataupun narkoba. Perayaan ini juga tidak harus bermakna spiritual ataupun menjadi ancaman bagi kepercayaan tertentu. Ajang ini bisa dimanfaatkan untuk berkumpul, bersilaturahmi dan meningkatkan kerukunan bermasyarakat yang jelas lebih bermanfaat ketimbang saling mencela dan curiga.

Selamat tahun baru 2016, semoga tahun ini jauh lebih baik daripada tahun 2015 yang sudah berlalu.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...