31 December 2013

Last Dinner on 2013


Sebuah kursi makan nangkring di atas meja, bukan karena ada meja makan bertingkat, tapi karena sudah hendak dibereskan oleh petugas alias sudah mau tutup. Ini terjadi di Urban Kitchen Mall Central Park saat malam akhir tahun 2013. Rupanya di malam akhir tahun, tempat ini hanya buka sampai jam 8 malam, alhasil banyak pengunjung yang "kecelik", gagal makan. Beruntung aku masih sempat menikmati makan malam. Padahal sebenarnya pengunjung lagi ramai-ramainya.


Rupanya tidak hanya di dalam mall atau di foodcourt, pengunjung juga agak berjubel di Tribeca Park, sekedar duduk atau berfoto ria di dekat pohon natal raksasa di tempat ini. Waktu aku datang barusan ada pertunjukan lampu dengan iringan lagu-lagu natal, sayangnya aku telat datang, pas sudah selesai.


Malam tahun baru Masehi itu malam yang netral, menurutku. Tidak ada tuntutan untuk beraktifitas ini itu, termasuk tuntutan untuk merenung dan beragam aktifitas kerohanian. Semua bebas menyikapi dan cenderung menjadi saat yang menyenangkan, waktu bergembira. Mau berefleksi silahkan, mau hura-hura juga silahkan, yang penting terbit dan tidak mengganggu.

29 December 2013

Jokowi's Chair


Salah satu kursi Jokowi, - begitulah sebutan populer buat kursi yang banyak disebar di berbagai trotoar dan taman ibukota -, yang ada di jalan Gatot Subroto belakang gedung JCC. Kursinya tampak bagus, tapi sekitarnya amburadul karena ulang petugas penggali lubang yang tidak tahu estetika.

Kabarnya kursi ini dipesan dari Solo, dengan rangka besi yang berat agar susah dipindahkan. Tapi tetap saja ada berita pencurian (#prihatin). Aku sendiri senang dengan keberadaan kursi ini, sedikit menambah kenyamanan bagi warga Jakarta. Tapi kurasa ada satu yang kurang - tempat sampah. Orang duduk biasanya sambil ngemil dan "nyampah".

27 December 2013

Flowers at Front Yard


Seekor kupu-kupu hinggap di bunga ungu yang mekar sempurna sehabis hujan. Titik-titik hujan yang masih menyelimuti bunga itu tidak menghalangi sang kupu-kupu untuk mencari makan.


Tanaman gelombang cinta sempat sangat populer dengan harga jual yang fantastis, tapi sekarang sudah redup. Ternyata ada beberapa bunga ini di halaman rumah mertua, entah berapa harga waktu dia membelinya. Padahal menurutku tidak terlalu indah juga, dibanding mawar, teratai atau anggrek.


Kembang melati, warnanya putih dan sederhana, tapi harumnya khas.

26 December 2013

Playing with Sketch Guru Application

Setelah mencoba aplikasi Instagram dan Paper Artist versi Android, sekarang giliran bermain-main dengan aplikasi pengolah gambar lainnya "Sketch Guru" yang bisa didownload gratis di Android. Aplikasi ini mengubah foto menjadi lukisan sketsa, dengan beberapa pilihan jenis sketsa seperti pensil, pensil warna, crayon, cat air, dsb.


Ini contoh menggunakan sketsa pensil warna.


Ini contoh menggunakan mode cat air.


Contoh hasil sketsa pensil biasa.


Contoh sketsa pensil warna...


Kalau ini sepertinya yang paling bagus, sketsa cat minyak :)
Cukup puas dengan aplikasi ini, sedikit mengobati rasa kangen untuk menggambar.

Visiting Dolo Waterfall


Salah satu pemandangan yang indah dari atas pegunungan di daerah Besuki, kabupaten Kediri, Jawa Timur. Liburan kali ini kami mengunjungi Air Terjun Dolo di daerah ini, tanpa ada rencana, spontan saja. Ternyata jaraknya cukup jauh dari kota Kediri dengan jalanan yang berkelak-kelok dan naik turun cukup curam. Yang menghibur adalah pemandangan di sepanjang perjalanan yang indah, dan udara pegunungan yang sejuk segar. Untunglah pemerintah daerah cukup peduli dengan objek wisata ini, terbukti dengan jalan raya menuju tempat itu tampak lebar dan beraspal bagus.

Bea masuk ke kawasan wisata Besuki ini adalah 5 ribu / orang, 2 ribu / mobil dan biaya parkir mobil 2 ribu rupiah.


Melegakan sekali waktu kami akhrnya sampai di objek wisata ini, mengingat perjalanan yang cukup berat. Karena sudah lewat jam makan siang, kami mampir makan dulu sebelum menuju ke air terjun. Di tempat parkiran banyak warung makan yang jualananya beragam. Makanan yang dijual sangat sederhana seperti nasi goreng, mie goreng/rebus, bakso dan tiwul goreng. Mie-nya sendiri adalah mie instant. Aku sengaja memesan tiwul goreng karena penasaran, belum pernah mencoba menu itu.


Menurut pemilik warung, jarak dari lahan parkiran ke air terjun hanya 800 meter. Untuk menuju ke air terjun, kami harus melalui tangga yang berkelok-kelok, yang sudah dilengkapi dengan pagar besi sebagai pengaman dan untuk berpegangan saat melewati tangga ini. Entah apakah jaraknya memang kurang dari satu kilo, tapi yang kami rasakan adalah jaraknya sangat jauh. Kakiku sampai gemeteran saking capeknya saat berjalan menuruni tangga. Beberapa orang sempat hampir menyerah, tapi kurasa kok rugi kalau sudah sampai di sini tidak sempat melihat air terjunnya.


Untunglah cuaca siang ini sangat cerah, berbeda dengan dua hari kemain yang hampir seharian hujan ataupun gerimis. Tapi dari arah timur sudah tampak awan mendung dan mulai bergerak ke barat.


Sementara para orangtua merasa lelah, bocah satu ini tetap ceria dan tidak tampak capek. Di berjalan dan melompat-lompat dengan santainya.


Setelah hampir menyerah, akhirnya sampai juga di air terjun yang dituju. Rasa capek seketika terasa hilang melihat pemandangan yang indah dan udara yang sejuk segar disekitarnya.



Foto-foto adalah aktivitas standard para pengunjung. Ada juga yang mandi, rasanya pengen juga ikutan mandi merasakan air yang dingin itu. Sayangnya gak bawa baju ganti, lha wong pergi ke sini juga tanpa persiapan.


Tak ketinggalan, kami juga berfoto-foto bersama di depan air terjun. Rugi kalau sudah berlelah-lelah menuju sini tanpa ada foto kenangan :)


Nah, tantangan selanjutnya adalah perjalanan pulang. Perjalanan turun saja sudah menguras tenaga, apalagi perjalanan menanjak. Meskipun kaki tidak terasa gemetaran saat berjalan menanjak, tapi tenaga yang dibutuhkan lebih besar. Bagi kami yang jarang berolah raga, aktivitas ini tidak hanya membuat capek, tapi juga bikin ngos-ngosan dan jantung berdegug cepat. Makanya kami berulang kali harus beristirahat. Cuma si kecil Timot yang tampak masih segar, tidak terlalu menunjukkan gejala capek.


Saat pulang dari air terjun, awan mendung sudah terlihat lebih banyak. Bisa tambah repot kalau hujan.


Untunglah di sepanjang jalan masih ada warung yang berjualan makanan dan minuman, sehingga kalau lupa bawa minuman, masih bisa mampir dan membeli minum untuk lebih menambah tenaga. Selain itu udara pegunungan dengan pepohonan yang rindang terasa segar sehingga keringat tidak terlalu terkuras.


Setelah sampai puncak, kami luangkan waktu 15-30 menit untuk beristirahat sebentar. Rasanya lega sekali bisa mengakhiri perjalanan. Meskipun tempat ini bagus, tapi mungkin kami akan berpikir dua kali untuk kembali berkunjung ke tempat ini, mengingat perjalanan yang sangat melelahkan dari dan ke tempat air terjun itu.


Ibunya Timot malah langsung ndeprok di lahan parkir yang kosong. Katanya enak karena tanahnya hangat. Ada-ada saja.


Awan mendung makin mendekat dan menggelap, membuat kami harus segera bergegas pulang sebelum kehujanan. Tempat wisata yang bagus, mungkin perlu dipikirkan lagi akses yang lebih dekat dan mudah untuk mengunjungi tempat ini. Mungkinkah dibuat gondola di sini? hehehe....

25 December 2013

New Building of Gereja Baptis Setia Bakti


Bagian depan gedung Gereja Baptis Setia Bakti Kediri, gedung baru yang mulai dibangun sejak pertengahan tahun 2010. Entah apakah gedung baru ini sudah resmi selesai atau masih butuh pengembangan lebih lanjut, tapi sepertinya sudah mulai rutin digunakan untuk beribadah.


Kalau bagian samping tampak tidak terlalu mewah, menurutku, setidaknya dibandingkan dengan rancangan awal yang cukup megah dan modern. Entah, mungkin karena ada sedikit penyesuaian desain atau pilihan warna cat, tapi gedung ini tidak tampak seperti gedung baru dan modern. Meski demkian, jelas ini lebih megah dibanding gedung sebelumnya, dengan daya tampung yang lebih besar sehingga tidak perlu ada tenda tambahan di luar gedung.

Apalagi basement gereja juga menjadi tempat parkir yang cukup luas, bisa muat banyak mobil.

Christmas 2013 (Paper Artist Edition)


Seperti halnya tahun lalu (dan dua tahun sebelumnya), ibadah natal tahun ini aku laksanakan di Gereja Baptis Setya Bakti Kediri. Maklum, liburan akhir tahun jatahnya mudik ke tempat mertua. Tapi sekarang ibadah sudah dilakukan di gedung gereja yang baru, yang kondisinya sudah layak pakai, tidak seperti tahun lalu yang agak dipaksakan. Yang khas di gereja baptis adalah ibadah hari natal selalu diadakan jam 5 pagi, dan hanya ada satu kali ibadah. Nguantuk polll....


Pak pendeta Yosia masih menjadi gembala sidang di sini dan membawakan kotbah natal bertema "Yesus datang dan berdiam di tengah kita".


Seusai ibadah, tak sedikit jemaat yang menyempatkan untuk berfoto bersama ataupun sendiri) di dekat mimbar, khususnya di depan pohon natal. Tidak satupun anggota jemaat yang aku kenal, selain saudara sendiri.


Kami sengaja keluar belakangan, karena antrian di pintu keluar cukup panjang, karena kebiasaan menyalami pendeta di depan pintu gereja. Sambil menunggu ya foto-foto dulu. Ibu mertuaku yang paling semangat ingin mengabadikan foto keluarga. Sementara bapak mertua juga tidak ketinggalan motret-motret, apalagi dia barusan mendapat smartphone bekasnya Andre, yang punya kemampuan kamera lebih baik.


Beberapa petugas keamanan dari TNI dan Polri dengan siaga berjaga-jaga selama ibadah Natal diadakan. Meskipun ancaman terhadap acara Natal sudah tidak ada lagi selama beberapa tahun terakhir, tapi petugas keamanan tidak mau ambil resiko dan tetap memberikan pelayanan keamanan yang maksimal. Salut!


Jemaat berkerumum menunggu mobil mereka datang ke depan gedung gereja, dan ada juga yang sekedar ngobrol maupun melanjutkan foto-foto di depan gedung gereja yang baru. Tidak bisa dipungkiri, acara seperti ini juga menjadi ajang reuni karena beberapa jemaat, seperti keluargaku, adalah perantau yang mungkin hanya sempat datang pas liburan Natal seperti ini.


Kalau ini pak Sarjono, mantan gembala sidang di gereja ini sebelum digantikan pak Yosia. Beliau sudah pensiun, tapi dalam  ibadah natal kali ini diminta untuk membawakan doa syafaat.

---

Catatan.
Setelah sebelumnya menggunakan instagram, kali ini aku sengaja bereksperimen dengan aplikasi Paper Artist bawaan dari Samsung Galaxy Camera. Aplikasi yang cukup menarik dengan beragam fitur olahan foto. Sayangnya dia tidak punya fasilitas cropping, karena aplikasi semacam ini biasanya bagus kalau object fotonya tidak terlalu kecil. Dalam beberapa kali percobaan, kalau object foto terlalu kecil dan "kemruyuk", hasilnya jadi kurang maksimal karena banyak detail yang hilang. 

24 December 2013

Restaurant Mas Demang Kediri


Hari pertama liburan kami menyempatkan diri mampir di Rumah Makan Mas Demang yang lokasinya tidak jauh dari rumah, di Desa Pojok, Mojoroto, Kediri. Cuaca hujan rintik-rintik sejak pagi, menambah rasa lapar setelah tidur pulas sejak jam 9 pagi hingga waktunya makan siang. Sempat nyasar di kuburan Bong Cina, karena memang tempat ini persis di samping kompleks makan tionghoa tersebut.


Suasana rumah makan, lengkap dengan ruang lesehan di atas kolam ikan. Katanya di sini juga ada beberapa satwa, tapi kami tidak sempat mengitari seluruh tempat karena cuaca tidak mendukung. Malahan hujan sempat turun lebat waktu kami menunggu makanan datang.


Menu yang disajikan adalah menu-menu tradisional Jawa, seperti ayam goreng, paket ingkung (ayam utuh), sayur asem, kangkung, ikan bakar, dan sebagainya. Kami memesan 2 gurame asam manis, tumis kangkung dan sop iga. Untuk minuman, aku pesan wedang jahe, yang sangat pas untuk cuaca dingin seperti ini.


Burung-burung langka banyak dipajang di tempat ini, menemani pengunjung saat menunggu pesanan datang. Sebagai catatan, makanan di tempat ini rasanya enak dan harganya pun tidak memberatkan kantong (sedang-sedang saja, tidak terlalu murah untuk ukuran Kediri, tapi juga tidak terlalu mahal). Hanya saja, waktu penyajiannya sangat lama. Jadi kalau datang ke tempat ini, jangan waktu perut sangat lapar, karena waktu tunggu bisa lebih dari setengah jam, bahkan untuk sekedar menunggu minuman dihidangkan.


Oh ya, di bagian depan restoran ada semacam ruang pameran barang-barang tradisional seperti kereta kerajaan, keris, pistol kuno dan berbagai patung. Paling banyak sih pajangan keris, sepertinya Mas Demang ini kolektor keris.

Satu lagi kekurangan yang kami rasakan waktu mengunjungi tempat ini adalah karyawan yang kurang "available" setiap saat. Waktu kami datang, tidak ada yang menyambut sama sekali, jadi agak membingungkan bagi orang yang pertama kali datang. Barulah setelah kami duduk, ada pelayan yang memberikan daftar menu. Begitu juga waktu kami selesai makan dan hendak membayar di kasir, tidak ada pelayan di meja kasir. Kami harus mengetok2 meja, barulah sang kasir muncul. Tampaknya kasir merasa bosan dan memilih ikut ngerumpi di dapur :D

Jadi tips saat mengunjungi rumah makan Mas Demang adalah siap-siap untuk lebih sabar :)

23 December 2013

Queuing at Gambir Station


Meskipun PT KAI sudah menerapkan sistem pemesanan tiket secara online dan bisa dilakukan di berbagai tempat, termasuk sambil tiduran di rumah, namun tetap saja penumpang wajib mencetak tiket tersebut di stasiun. Jadi pesan tiket gak pakai antri, tapi nyetak tiket tetap saja ngantri. Apalagi sekarang tempat mencetak tiket disatukan dengan tempat pemesanan tiket langsung, yaitu di lobby utara. Total ada 12 loket.

Tapi ternyata, loket nomor 10,11 dan 12 sebenarnya ditujukan khusus untuk mencetak tiket yang sudah dipesan sebelumnya. Awalnya aku tidak tahu hal ini, karena tulisan di atas loket informasinya. Setelah sempat antri hampir 30 menit di loket 9, seseorang memberi tahu kalau sekedar mau menukarkan tiket lebih baik di loket sebelah, karena di situ gak boleh pesan tiket. Walah, langsung aku pindah antrian, dan gak sampai 15 menit sudah bisa mendapatkan tiket kereta untuk mudik Natal nantinya.


Waktu aku hendak berangkat liburan, aku lihat beberapa orang sduah mulai menggunakan mesin cetak tiket  mandiri yang ada di samping loket pemesanan. Entah apakah mesin itu sudah beroperasi dengan baik atau belum. Seharusnya memang proses mencetak tiket itu bisa dilakukan lebih mudah, bahkan kalau perlu tidak harus di stasiun. Toh sekarang sudah ada pengecekan sebelum memasuki kereta api dan wajib menunjukkan kartu pengenal. Meskipun masih ada kekurangan, tapi harus aku akui pelayanan jasa kereta api sudah lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya, dan sebagai imbal balik, harga tiketpun lebih tinggi :(

15 December 2013

Dogs in Extra Paw Ganza 2013


Anjing yang satu ini imut banget, mirip dengan boneka yang sering dijual di toko-toko mainan :)


Kalau ini sangar, tapi sudah jinak. Satu-satunya anjing  yang sedang aku saksikan sedang ikut kompetisi.


Anjingnya Cici Panda ukurannya kecil, tapi tampangnya gak kalah sangar.


Nah, salut dengan anjing yang satu ini. Duduk tenang di kursi dengan dandanan imut ala pengantin seperti ini. Benar-benar terlatih.


Kalau ini jenis anjing favoritku - Siberian Husky - dengan wajah mirip serigala dan bulu yang tebal. Meskipun wajahnya garang, kata istriku, dia tidak seganas wajahnya.

Purina Extra Paw Ganza 2013


Atas ajakan istriku, sepulang gereja kami mampir sebentar ke Parkir Selatan Senayan untuk menyaksikan acara yang digelar oleh Purina bertajuk Extra Paw Ganza. Sekalian mampir beli makanan kering buat kucing untuk persiapan nanti pas ditinggal mudik.


Motret mbak-mbak panitia dulu ah, mumpung istriku lagi sibuk "belanja" hehehe ...
Selain ajang pameran dari berbagai komunitas anjing dan kucing, di sini juga ada banyak acara kompetisi. Pengunjung juga diijinkan membawa anjing maupun kucing mereka.


Salah satu peserta lomba sedang unjuk kebolehan bersama anjing peliharaannya. Anjing ini cukup terlatih dengan baik, bisa mengikuti arahan majikannya dengan baik dan menampilkan banyak gaya. Sayang aku tidak bisa berlama-lama di sini, jadi hanya sempat menyaksikan satu atraksi ini.


Agar tidak bosan, ada juga panggung musik yang menemani pengunjung (dan panitia) di sepanjang acara. Penyanyinya siapa ya??? (nasib kurang gaul)


Di tenda tempat acara fashion show untuk anjing, ada Cici Panda yang sedang meladeni wawancara dari berbagai media bersama anjing kesayangannya yang tampak anteng di pangkuan. Entah apakah dia ikut jadi panitia atau sekedar peserta. (update: nemu salah satu berita di sini http://www.tribunnews.com/seleb/2013/12/15/hewan-kesayangan-cici-panda-tak-layak-ikut-fashion-show)


Selain Cici Panda, sepertinya ada selebritis lainnya yang sedang di wawancara di sudut ruangan, tapi aku tidak sempat mengamati ataupun mengambil fotonya.


Ternyata dedengkot komunitas peduli kucing juga hadir, Qory, bersama timnya. Mungkin selain mempromosikan komunitas, mereka juga promosi buku mereka yang baru launching bulan lalu.

Masih iseng menggunakan filter instagram, hanya saja jenis filternya lebih beragam sekarang.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...