25 June 2017

Mengintip Senja Dari Stasiun Kebayoran Lama


Satu rombongan keluarga melangkah menuju gerbang keluar di dalam gedung stasiun kereta api yang sore ini tampak sepi.


Sore ini aku berniat untuk berkunjung ke tempat Bang Udin, salah satu keluarga dekat di Jakarta yang merayakan Idul Fitri, sesuai tradisi. Setiap tahun, tempat inilah yang "wajib" aku kunjungi di hari raya. Sayangnya kali ini istri dan anakku sedang sakit batuk+pilek, meskipun tidak parah tapi kami kuatir kalau kondisi mereka makin parah, jadi lebih baik mereka beristirahat saja di rumah. Jadinya aku sendirian.


Aku baru sempat berangkat sore hari karena semalam tidak bisa tidur nyenyak, akibatnya siang hari aku memilih untuk "membayar hutang" istirahat itu. Apalagi pagi harinya aku "bertugas" meliput acara sholat ied di kompleks.


Aku cukup beruntung karena tiba di Kebayoran Lama pas menjelang matahari terbenam, jadi aku berhenti sejenak di gedung stasiun untuk menikmati (dan tentu saja mengabadikan) momen ini.


Saudaraku tinggal persis di balik gedung tinggi warna putih di sebelah kiri itu. Dulu di bawah jembatan layang itu ada warung nasi bebek khas Surabaya yang rasanya maknyus dan harganya sangat ramah di kantong, langganan tiap aku sempat mampir. Entahlah apakah warung itu masih ada atau tidak, mengingat trotoar di sekitar jalan ini sedang dirapikan. Btw, dengan adanya jalan layang yang baru, jembatan layang yang lama jadi terlihat pendek :)

White-Headed Munia alias Emprit Kaji


Semula, burung-burung kecil seperti emprit atau pipit dan burung gereja itu sama-sama termasuk jenis sparrow. Ternyata dugaanku salah, untunglah ada kenalan senior yang memberikan koreksi lengkap terhadap postingan fotoku di Facebook. Emprit bukanlah sparrow, tapi termasuk kelompok munia. Ada beragam jenis munia atau emprit, dan kebetulan yang paling sering aku temui di sekitar kompleks adalah emprit kaji atau white-headed munia atau Lonchura Maja.


Bentuk tubuh serta warna bulunya sangat khas, berbeda dengan burung gereja yang cenderung coklat bermotif.  Yang paling khas dari burung ini, sesuai namanya, adalah kepalanya berwarna putih, sementara bagian bawah leher berwarna coklat tua, tanpa banyak motif.


Kebetulan di kompleks ada beberapa kavling yang masih kosong, entah karena penghuninya tidak jelas, atau memang sengaja dibiarkan kosong oleh pemiliknya, karena dipakai untuk investasi. Karena jarang dirawat, rumput-rumput liar tumbuh sangat subur di lahan itu dan mengundang banyak burung untuk datang mencari makanan.


Selain padi, burung emprit ini juga memakan biji-bijian dari rumput liar seperti ini, yang selalu saja tumbuh hampir di beberapa sudut kompleks. Semakin rindang rerumputannya, semakin banyak burung yang datang.


Meskipun rumput-rumput liar itu termasuk mengganggu, selain terkesan tidak rapi juga adanya kekuatiran akan binatang-binatang berbahaya seperti ular, tapi kehadiran burung-burung ini menjadi hiburan tersendiri. Karena burung-burung ini tidak mengganggu warga secara langsung, bukan hama yang mencuri makanan atau merusak rumah/pekarangan/tanaman milik warga (kecuali mungkin kotoran burung yang jatuh di pekarangan atau atap mobil), warga tidak terlalu ambil pusing. Bagiku, yang suka melihat burung bebas di alam, ini adalah keindahan yang menyenangkan untuk dinikmati.


Suaranya memang tidak istimewa, tapi tetap indah. Warnanya juga tidak terlalu rupawan dan istimewa, tapi tetap saja pantas untuk dinikmati. Adanya burung-burung liar ini, termasuk burung gereja dan beberapa burung lain (yang aku belum tahu apa jenisnya), membuatku tidak merasa tinggal di kota dan bisa sedikit mengobati rasa rindu kampung halaman.

Idul Fitri 1438H


Salah satu warga sedang memberikan kata-kata pembuka sebelum dilaksanakannya Sholat Ied di lapangan kompleks pagi ini. Kalau tidak salah, ini pertama kali sholat idul fitri diadakan di tempat ini, setelah sebelumnya "sukses" mengadakan sholat idul adha di tempat yang sama tahun lalu.


Sehari sebelumnya beberapa tetangga sudah memintaku untuk mendokumentasikan kegiatan kali ini, padahal tanpa diminta pun, kalau aku ada waktu pasti aku semangat foto-foto. Bedanya kalau dimintain tolong, jadi ada "beban" tersendiri, gak enak juga kalau hasilnya mengecewakan. Acara ini sekaligus buat ngetes kamera baru yang selama ini cuma kebanyakan dipakai buat motret burung dan kucing hehehe.


Cuaca hari ini lumayan cerah, meskipun matahari pagi masih tertutup awan tipis yang menghalangi sinarnya. Di satu sisi cukup menguntungkan lagi, karena tidak terlalu terik dan tidak membuat silau pembicara (khatib) yang menghadap ke arah timur. Tapi jadinya pencahayaan untuk memotret jadi sedikit berkurang, jadi hasil foto kurang begitu tajam. Untunglah kemarin ada tetangga yang meminjamkan tripod, sangat membantu karena tanganku hampir tidak bisa stabil saat memegang kamera.


Acara dimulai tepat jam 7 pagi dan berlangsung sangat lancar dan khidmat. Sepertinya jumlah peserta tidak sebanyak waktu Idul Adha kemarin, karena kali ini banyak  yang sudah mulai mudik, tapi masih lumayan, mungkin lebih dari 30% warga.


Yang jadi khatib adalah pak Syamsul yang juga merupakan dosen salah satu perguruan tinggi di Tangsel. Berbeda dengan pak Heri yang memiliki gaya santai dan cenderung banyak bercanda, pak Syamsul menyampaikan khotbah dengan terstruktur layaknya memberikan kuliah umum. Aku terlalu sibuk muter-muter mencari objek foto dan angle yang pas, jadi kurang terlalu menyimak apa yang dikhotbahkan pagi ini :)


Keceriaan anak-anak tidak terlalu mengusik kekhusyukan warga dalam beribadah. Seperti biasa, bocah berpeci putih ini paling heboh bermain, serta penasaran dengan apa yang aku lakukan. Tapi mereka tidak berisik, ya namanya juga anak-anak.


Acara diakhiri dengan halal bi halal dan saling bersalaman. Tentu saja sebelum bubar warga melakukan foto bersama. Sayangnya aku tidak bisa mengikuti acara sampai akhir, karena mendadak perlu mengantar adik ipar mencari taksi untuk menuju bandara. Sebelum pulang aku titipkan kamera ke tetangga supaya bisa dipakai untuk mengabadikan sisa acara yang ada, dan hasilnya lumayan bagus juga.

12 June 2017

Ayam Jago Kate


Hampir tiap hari, terutama siang hari, ayam kate jantan punya tetangga ini mampir ke rumah. Mungkin karena di depan rumah ada sisa-sisa makanan buat kucing jadi dia tertarik untuk mampir sembari mengais makanan.


Anehnya juga, menurutku sih, hampir setiap siang dia berkokok cukup kencang di depan rumah. Seingatku ayam jantan berkokok kalau pagi hari, justru ini paling sering aku dengar pas tengah hari hehehe. Biasanya juga pas El (dan aku) lagi tidur siang, jadi mungkin dia sengaja berkokok untuk membangunkan kami ... ada-ada saja.


Kebetulan El senang sekali melihat ayam. Sore ini waktu jalan-jalan, mendadak dia berlari sekencang mungkin menuju rumah, dari jarak sekitar 50 meter. Padahal sebelumnya dia menolak waktu aku ajak pulang. Rupanya dia melihat ayam kate ini di depan rumah, dan langsung dikejar. Tentu saja usaha yang sia-sia, dan ayampun pulang ke kandangnya :D

10 June 2017

Buka Bersama Warga Kompleks


Salah satu acara tahunan warga komplek setiap bulan Ramadhan adalah buka puasa bersama di mushola. Tahun ini, seperti acara kumpul-kumpul sebelumnya, nuansanya juga potluck party, jadi setiap warga menyumbang makanan.


Akibatnya makanan jadi begitu melimpah. Wajar saja, karena setiap orang berusaha memastikan setidaknya makanannya tersedia untuk separuh warga - karena warga yang hadir jarang bisa 100%. Keuntungan, jenis hidangan jadi sangat beragam baik makanan, minuman maupun makanan ringan.


Acaranya sendiri bersifat cair, tidak ada ceramah khusus atau pertunjukan hiburan, toh waktunya juga terbatas. Paling beberapa orang senior menyampaikan sedikit pesan. Acara utama ya makan-makan, diselingi sholat bersama (Maghrib dan Isya).


Salah satu manfaat, serta tujuan utama, acara seperti ini jelas bukan kesempatan untuk makan enak,tapi lebih pada silaturahmi warga agar lebih saling mengenal dan akrab. Makanya cukup disayangkan ketika ada warga yang tidak bisa hadir, baik karena berhalangan atau karena sengaja.

Sebelum acara, aku sempat berjumpa dengan salah satu warga "senior", artinya dia sudah lama tinggal di kompleks ini, tapi tidak pernah mau hadir di acara-acara warga begitu. Saat aku ajak, dia cuma senyum-senyum dan lihat nanti katanya.


Hampir sepanjang acara handphoneku dipinjam oleh anak tetangga. Biasalah, buat main game. Sepertinya orangtuanya melarangnya bermain hape, tapi jadinya aku yang jadi sasaran. Biarlah, sesekali saja. Setidaknya dalam acara ini, semua kelompok umur bisa membaur dan gembira.

Perut kenyang, hati senang. Ibadah juga dapat, seharusnya :)

09 June 2017

Sejenak Menikmati Cahaya Purnama Di Situ Bungur


Malam hari, Situ Bungur terlihat sepi, mungkin karena banyak yang lagi tarawih atau lebih memilih berada bersama keluarga sehabis berbuka puasa. Cuaca malam ini sebenarnya lumayan menyenangkan untuk menikmati suasana malam di tepi danau. Angin sepoi di tengah udara yang hangat, pas untuk sekedar refreshing. Tapi aku cuma sebentar saja di tepi danau ini, sekedar sejenak mengabadikan suasana malam ini yang diterangi cahaya bulan purnama.


Tidak banyak lampu di sekitar danau, membuat suasana malam jadi terkesan sepi. Beda dengan danau-danau di Singapore yang penuh gemerlap lampu malam di sekitarnya. Ada untungnya juga suasana yang agak gelap ini, membuat cahaya bulan purnama bisa dinikmati lebih indah, tanpa banyak polusi cahaya.


Bulan bersinar bulat sempurna....

08 June 2017

Awan Tipis di Langit Cerah


Dua hari terakhir ini langit mulai berawan meskipun masih panas dan belum turun hujan. Sudah hampir seminggu tidak turun hujan, nyamuk mulai bejibun dan katanya ular-ular juga mulai keluyuran keluar sarang.


Yang menarik dari awan-awan ini, karena tidak merata, bisa membuat adanya berkas cahaya matahari yang tampak indah dilangit, terpancar di sela-sela awan.

04 June 2017

Kondisi Situ Legoso Sekarang


Melihat perubahan yang terjadi pada Situ Parigi dan Situ Rompong, membuatku penasaran bagaimana dengan Situ Legoso alias Situ Kuru, yang persis di samping kampus UIN Ciputat. Makanya waktu ada kesempatan aku mampir sejenak ke Situ Legoso. Jalanan menuju danau kecil itu sudah rapi beraspal, tidak lagi kasar bocel-bocel seperti dulu.


Tapi kondisi danau tetap tidak ada perbaikan, bahkan mungkin lebih parah. Sepertinya belum ada lagi aktivitas pengerukan, dan masih penuh sampah serta sepertinya malah makin dangkal. Aromanya? Jangan ditanya lagi, jelas tidak menyenangkan.

Mungkin ada kendala jalan akses yang memang lumayan sempit. Tapi kurasa juga karena warga sekitar, terutama pendatang, tidak terlalu ambil pusing dengan kondisi danau. Ya semoga saja pemda sudah punya rencana yang baik (dan berani tegas) demi melestarikan danau kecil ini.

Nonton Bareng Final Liga Champion


Beberapa kali ngumpul di pos kamling yang baru saja direnovasi memunculkan ide untuk nongkrong bareng sambil nonton. Pas kebetulan malam minggu, atau tepatnya minggu dini hari ada pertandingan final Liga Champion antara Real Madrid vs Juventus. Dengan persiapan serba mendadak, disepakatilah acara nonton bareng ini.

Sejak jam 11 malam beberapa orang sudah ngumpul di pos, dengan kopi dan hidangan seadanya. Pak RT sudah bela-belain beli proyektor murah termasuk TV tunner-nya, lumayan bisa nonton di layar yang lumayan lebar, tidak tergantung pada TV 32 inch yang dipinjamkan salah satu warga.


Sambil menunggu pertandingan mulai, sempat terlebih dahulu menonton film (bajakan) dari usb. Lumayan juga ternyata proyektor kecil itu bisa membaca file dari usb. Juga beberapa warga, termasuk diriku, sempat main gaple sekedar mengisi waktu. Tidak terlalu banyak yang datang, tapi kumpul-kumpul ini cukup menyenangkan juga sambil mempererat silaturahmi warga kompleks.

Hasilnya, Real Madrid menang meyakinkan 4-1 dan berhasil memboyong piala Champion untuk ke-12 kalinya. Aku bukan fans Madrid maupun Juve, jadi nontonnya enjoy saja, sekedar menikmati kumpul-kumpul bareng tetangga.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...