23 April 2017

Piknik ke JungleLand Sentul


Wacana untuk jalan-jalan alias piknik sudah lama dibahas, tapi karena kesibukan masing-masing belum bisa terlaksana. Makanya acara jalan-jalan ke JungleLand Sentul kali ini bisa dibilang cukup mendadak atas inisiatif istriku, mumpung ada libur panjang akhir pekan. Dia sudah membeli tiket secara online malam sebelumnya dan pembelian tiket online dapat diskon 25%, lumayan.

Perjalanan dari menuju tempat ini lumayan lancar karena libur panjang membuat jalanan di sekitar Jakarta jadi sepi, termasuk jalan tol Jagorawi. Kami keluar di pintu tol Sentul Selatan, kemudian mengikuti petunjuk jalan ada di sepanjang jalan Sentul City.


Pengunjung lumayan banyak hari ini meskipun tidak terlalu padat. Untunglah kami sudah membeli tiket online, selain lebih murah antrian untuk penukaran tiket juga lebih sedikit, di loket 1 dan 2. Loket tersebut juga khusus untuk pelanggan BRI yang juga bisa mendapatkan potongan harga 25%.


Seharusnya untuk yang membeli tiket online bisa langsung menukarkannya di salah satu outlet di dekat gerbang, tapi entah mengapa kami disuruh ke loket langsung. Mungkin petugasnya belum siap karena masih terlalu pagi.


Sebagai theme park yang relatif baru, wahananya lumayan banyak juga. Salah satu icon wahana yang bisa terlihat dari jauh adalah kincir ria / ferris wheel. Sayangnya kami (lebih tepatnya sih aku) tidak sempat mencoba wahana itu. Istriku dan adiknya termasuk takut ketinggian, jadi mereka enggan naik wahana itu. Sementara El masih terlalu kecil.


Dibandingkan Dufan, salah satu keunggulan tempat ini adalah lokasinya yang di lereng gunung, dibandingkan Dufan yang di tepi pantai. Secara kualitas udara jelas lebih bersih dan segar dibandingkan Jakarta, dan ada sungai alami yang membelah kawasan ini menjadi daya tarik tersendiri. Andai sempat nongkrong atau bermain di sungai itu pun akan jadi  pengalaman yang berbeda bagi warga kota besar. Entahlah apakah ada akses (resmi) untuk bisa merasakan air sungai yang dingin dari pegunungan Bogor itu. Tapi meskipun lokasinya cukup tinggi, cuaca hari ini sangat panas terik. Adanya angin sepoi-sepoi sedikit mengurangi ketidaknyamanan karena panas terik yang menyengat.


Wahana pertama yang kami nikmati adalah Texas Train. Cuma "kereta api" kecil yang berkeliling melintasi semua zona yang ada di JungleLand dan berjalan kurang dari 15 menit, tapi lumayan menyenangkan.


Saat kami tiba antrian sudah cukup banyak, dan perlu waktu tunggu hampir 30 menit sebelum kami naik, mungkin karena hanya satu kereta yang beroperasi.


Aku tidak sempat menghitung berapa banyak wahana di tempat ini, tapi sepertinya sih lebih sedikit dibandingkan Dufan, tapi cukup banyak untuk dinikmati seharian. Ada beberapa yang sedang tahap pengembangan, ada juga yang sedang dalam perbaikan. Tapi yang paling disayangkan adalah karena kami hanya sempat menikmati beberapa wahana.

Alasan pertama adalah adanya batasan tinggi badan yang membuat El belum boleh menikmati wahana-wahana itu. Kebanyakan mensyaratkan tinggi badan minimal 90cm. Sementara istriku dan adik ipar juga enggan menikmati wahana-wahana permainan yang ada, selain karena takut ketinggian juga karena sedang gak berminat.


Wahana kedua yang kami nikmati, aku dan El, adalah kincir ria mini ini, yang memang khusus untuk anak-anak. Justru orangtua dilarang naik kalau anaknya sudah cukup besar. Alasannya agar tidak kelebihan beban. Beberapa orangtua sempat ngotot, tapi petugas menolak karena katanya pernah kejadian wahana ini agak jomplang kelebihan beban.

Semula El takut-takut naik ini, pakai acara nangis segala. Tapi lama-lama terbiasa, malah sempat pegangan sendiri.


Untunglah setengah perjalanan El mau duduk di stroller, jadi gak capek gendong. Kalau dibiarkan jalan sendiri juga kadang mutar-mutar di tempat.


Baik di dalam kawasan maupun di gerbang depan sebelum pintu masuk ada grup musik yang pentas. Di bagian dalam grup musiknya menggunakan beberapa instrumen tradisional seperti kolintang, angklung dan kendang. Entah lagu apa yang mereka mainkan soalnya kami hanya lewat saja. Kurang tahu juga apakah pertunjukan musik ini ada setiap hari atau hanya hari-hari tertentu saja.


Wahana terakhir yang kami nikmati adalah Dino World. Isinya patung-patung beragam jenis dinosaurus lengkap dengan efek suaranya. Tidak banyak, tapi lumayanlah untuk menambah pengetahuan. El juga tidak takut melihat patung-patung itu, santai saja di ruangan yang cahayanya redup.


Sepertinya El sudah mulai paham kalau difoto dan cenderung akan berpose senyum, atau bahkan manyun, tergantung suasana hati.


Meskipun di luar kawasan banyak penjual makanan, tapi ada larangan untuk membawa makanan ke dalam kawasan wisata ini. Salah satu tujuannya jelas untuk dapat pemasukan dari penjualan makanan di dalam area. Sayangnya, kualitas makanan tidak sebanding dengan harganya. Ya, tipikal tempat-tempat makan di areal wisata. Harga makanan setara dengan harga makanan di mall, jadi ya jangan kaget.


... santai sebentar dan bermain ...


Waktu datang tidak sempat foto di tempat ini karena ramai oleh pengunjung yang foto-foto. Untunglah saat pulang tempat ini sepi, jadi bisa menyempatkan diri foto sebentar. Jam 2 siang kami sudah pulang dan perjalanan menuju Bintaro lumayan lancar lewat tol, seperti saat berangkat.

Meskipun tidak banyak menikmati wahana yang ada, kalau dihitung-hitung termasuk rugi, tapi kami tetap melewatkan waktu kebersamaan yang berkualitas. Quality time with family. Puji Tuhan.

19 April 2017

Pilkada DKI Putaran 2


Biar tidak terkesan "makan libur buta", hari ini kami sekeluarga pergi ke Jakarta untuk ikut berpartisipasi dalam Pilkada DKI putaran ke-2. Meskipun sudah berdomisili di Tangsel, kami masih memiliki KTP DKI, di tempat kami pernah kontrak rumah selama 2 tahun. Saat putaran pertama aku sengaja absen, selain tidak terlalu berminat, juga seingatku entah istri atau anakku lagi sakit.


Waktu sampai di TPS 5 Tanjung Duren, aku langsung diarahkan ke Pak RT, yang langsung menyambutku dengan ramah. Katanya dia kehilangan nomor kontakku karena ganti ponsel, termasuk nomor ponselnya. Ternyata aku sudah terdaftar di DPT, tapi istri dan adik iparku belum, meskipun kami semua sudah memiliki eKTP.


Sambil menunggu aku sempat ngobrol-ngobrol sedikit dengan bekas tetangga dulu, meskipun tidak banyak yang kami kenal. Yang menarik adalah ada beberapa orang seperti  kami juga, masih punya KTP di sini tapi tinggal di tempat lain. Jadi mereka juga sengaja datang untuk coblosan, layaknya mudik hehehe.


Karena sudah dapat undangan, aku bisa langsung nyoblos tanpa mennggu jam 12. Sementara istri dan adik iparku harus menunggu hingga jam 12, setelah menyerahkan fotokopi KTP dan Kartu Keluarga. Beruntungnya kami tidak perlu mengisi sendiri formulir C6 karena ada petugas yang berbaik hati mengisikannya untuk kami, tanpa banyak tanya-tanya. Sepertinya dia cukup percaya dengan pak RT.

Apapun hasilnya, semoga Jakarta menjadi jauh lebih baik, siapapun gubernurnya.

16 April 2017

Bitoz : Bintaro Town Square


Aku lumayan kaget waktu tadi siang mampir ke tempat ini karena sudah sangat berubah. Entah kapan terakhir aku berkunjung ke sini, tapi setidaknya hampir setiap minggu aku datang ke Pasar Modern, yang bersebelahan dengan BTC. Dulu setiap akhir pekan ada semacam bazaar atau pasar kaget di sini, sekarang sudah berubah.


Berada di tengah-tengah Bintaro Trade Center, tempat ini bermetamorfosis menjadi sebuah foodcourt keren bernama Bintaro Town Square - Bitoz. Katanya sih sudah mulai beroperasi sejak September 2016.


Lapak-lapak pedagang berukuran kecil diatur melingkar dengan tempat duduk yang cukup berkelas layaknya cafe. Di bagian tengah ada panggung hiburan, sayangnya gak nemu info tentang jadwal pertunjukannya. Sedikit ketidaknyamanan menurutku adalah lokasinya terbuka, semacam outdoor tapi ada atapnya. Konsekuensinya, tempat ini tidak bebas rokok.


Untuk pertama kali, nyobain makan di Fish Republic, dengan hidangan sederhana fish and chip. Lumayan. Setidaknya tempat ini lumayan cocok untuk nongkrong atau sekedar ngumpul sejenak dengan teman.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...