30 July 2016

Halal Bi Halal Kompleks 2016


Anak-anak kecil bermain di mushola kompleks yang menjadi tempat acara halal bi halal malam ini. Acara sendiri dijadwalkan mulai sekitar jam 7, tapi ya seperti biasa molor hingga hampir jam 8. Rencananya, selain halal bi halal, juga akan ada pemilihan pengurus kompleks yang baru.


Aku sengaja datang bareng anakku, sementara istriku tidak ikut serta. Memang aku tidak berniat ikut makan karena sebelumnya sudah makan malam, tapi sepertinya ada ibu-ibu yang merasa kasihan. Jadi dia menawarkan diri untuk menggendong anakku sementara aku menikmati hidangan yang ada. Sebagian besar makanan disiapkan oleh warga.


Usai makan, acarapun dimulai. Ada kata-kata pengantar dari ketua pengurus, dan beberapa "senior", doa bersama dan dilanjutkan dengan pemilihan pengurus yang baru.


Anak-anak kecil dan remaja lebih memilih berada di luar ruangan menikmati makanan selagi para orangtua berkumpul untuk acara resmi. Sedangkan anak-anak yang lebih dewasa (pemuda/pemudi) biasanya enggan untuk berkumpul dalam acara seperti ini. Entahlah, mungkin mereka sudah punya kegiatan dengan teman mereka masing-masing. Meski demikian, acara malam ini tergolong ramai, dihadiri sebagian besar warga yang memang tidak terlalu banyak (kurang lebih 50 KK).


Akhirnya pengurus baru dibentuk setelah sekitar 40an orang memberikan suaranya. Ya sebenarnya pemilihan ini agak formalitas sekedar menentukan jabatan, karena dari keempat kandidat toh semuanya jadi pengurus, dan keempat kandidat itu bukan dipilih warga atau mengajukan diri melainkan dipilih oleh pengurus yang lama dan beberapa "senior" hehehe.


Acara diakhiri dengan ... foto bersama....
Lumayan kompak.

Anjing Tetangga


Seekor anjing tetangga sedang keluyuran di sekitar kompleks, membuat salah satu tetangga (yang naik motor) agak kuatir. Padahal anjing ini sangat jinak, tidak berbahaya dan cuma ingin bermain. Di kompleks tidak banyak yang memelihara anjing, paling hanya 3-4 rumah.


Anjing ini agak unik. Dia tidak berani melompati selokan yang lebarnya gak sampai setengah meter, dan tingginya juga paling satu meter. Padahal seharusnya dia bisa melompat dengan mudah. Mungkin karena sejak kecil dilatih untuk tidak melompat tembok, jadinya dia menurut. Memang anjing cenderung lebih nurut kalau sudah dilatih, beda banget dengan kucing-kucingku yang super bandel.


Atau mungkin juga karena kakinya pendek sehingga dia kesulitan untuk melompat, entah juga. Yang jelas setiap kali dia ada di luar rumah, termasuk saat kondisi diikat atau dilepas, kalau aku mendekat dia akan mencoba berdiri dan minta diusap-usap. Padahal aku tidak pernah bermain dengannya.


Kadang kasihan juga melihat anjing yang aktif ini terkurung di dalam pekarangan rumah. Pengen bermain, tapi pemiliknya tampaknya jarang mengajaknya bermain.

23 July 2016

Kolam Pemancingan Jadi Taman Bermain


Kolam pemancingan yang sudah lama terbengkalai (karena tutup) mendadak ramai jadi ajang bermain anak-anak. Entah darimana datangnya bocah-bocah itu dan siapa yang memberi ide untuk bermain di tempat itu, karena lokasi ini memang sudah lama sepi.


Kondisi airnya tidak bersih, khas kondisi sungai di sekitar Jakarta yang keruh dan tentu saja sudah bercampur dengan sampah. Tapi layaknya bocah-bocah seumuran itu, masalah higienis dan safety jadi nomor kesekian, yang penting senang-senang.

Jadi ingat jaman kecil dulu, meskipun kalau masa kecilku masih agak mendingan karena di kampung yang kualitas airnya sedikit lebih baik, masih air pegunungan yang belum banyak terpolusi oleh limbah industri ataupun domestik.

19 July 2016

Tiga Ragam Bunga Kamboja


Di taman perumahan ada banyak pohon Kamboja. Selain cukup teduh, bentuk pohon dan bunganya juga indah. Lumayan lah, tidak ada kesan untuk menghubungkan bunga ini dengan tanaman khas kuburan hehehe.


Ternyata jenis bunga kamboja di taman itu ada bermacam-macam, setidaknya menurutku sih ada 3 jenis yang berbeda, kalau dilihat dari warnanya. Pertama yang berwarna dominan merah jambu dengan semburat kuning di bagian tengah.


Selanjutnya agak mirip, tapi lebih mendekati warna merah jingga, mungkin karen porsi warna jingga dan kuning yang di bagian tengah cukup seimbang.


Satu lagi adalah bunga kamboja yang paling sering aku temui, warna dominan kuning dengan pinggiran putih. Bunga yang indah, sangat disayangkan kalau bunga seindah ini sering diidentikkan dengan kuburan dan suasana menyeramkan.

17 July 2016

Mini Reunion : Ketemu Bekas Kolega


Berawal dari obrolan singkat di Facebook, tercetus keinginan untuk ngumpul. Nah, biasanya kalau bikin reuni paling susah nyari waktu yang bisa mengakomodir semuanya. Ada saja yang bentrok atau tidak bisa. Jadi daripada nunggu sampai bisa ngumpul banyak orang, mending yang bisa dulu, minimal berapa orang, baru kemudian ngasih tahu yang lain, siapa tahu ada yang bisa gabung. Termasuk kali ini, rencana yang sangat mendadak.


Sebenarnya sudah lama ada keinginan untuk sekedar ngumpul dan ngobrol santai dengan Dian dan Anggit, tapi ya baru sekarang terlaksana. Aku usulkan lokasi di daerah Tebet, biar "agak" tengah, karena masing-masing sebenarnya tinggal di luar Jakarta, di lokasi yang berseberangan. Oh ya, aku usul Tebet karena lokasinya dekat dengan stasiun kereta. Tapi toh aku sendirian aja yang naik kereta, sementara Anggit naik mobil, sedang Dian naik motor (sambil nenteng dua bocah kecil hehehe). Meski cuma bertiga (plus anggota keluarga yang ada), tapi tetap meriah, lumayan bisa sedikit refreshing, soalnya kami bertiga sama-sama mantan pegawai kantoran, jadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja :D


Setelah makan-makan, ada usulan untuk mencari tempat yang ada wahana untuk anak-anak bermain. Tempat yang paling dekat ya Mall Kota Kasablangka, jadi kami meluncur ke sana. Kebetulan di bagian atrium lagi ada panggung kosong yang belum digunakan, dan anak-anak cukup senang bermain di sana, gak perlu ke tempat bermain lainnya hehehe.... murah-meriah.

Acara yang aku pikir cuma bakal berlangsung 1-2 jam, ternyata sampai sore juga. Ini baru bertiga, coba kalau lebih banyak lagi. Mungkin di lain kesempatan.

Perjalanan : Jurangmangu - Tanah Abang - Cawang


Seorang bocah perempuan tampak gembira melihat kereta api melaju melintasi St. Jurangmangu siang ini. Berhubung siang hari dan bukan di hari kerja, suasana stasiun tampak sepi.

Sudah cukup lama aku tidak melakukan perjalanan dengan kereta api, sekalipun hanya jarak dekat. Makanya saat ada kesempatan, aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ada janji reuni kecil-kecilan di Jakarta, dan meskipun teman menawari tumpangan mobil, aku memilih untuk naik kereta api. Apalagi aku sengaja mencari lokasi yang dekat dengan stasiun kereta api.


Salah satu keunikan St. Jurangmangu adalah stasiun ini berada di bawah jembatan. Meskipun bangunannya sederhana, tapi sekitar stasiun adalah lahan kosong (sawah dan ladang) sehingga memberi kesan ada di pedesaan. Apalagi banyak burung gereja yang bersarang di kolong jembatan, dan riuh berkicau di sekitar stasiun.


Satpam ini sempat menegurku saat aku sedang memotret burung-burung di atas rel kereta api. Dia hanya berkata "Motret apa?" dengan nada yang datar, dan aku jawab juga dengan nada datar "Motret burung". Toh memang aku cuma memotret burung-burung. Setelah itu dia berlalu.


St. Tanah Abang, cukup nyaman kalau pas sepi seperti ini. Di sini ada beberapa mesin jajan (vending machine), isinya beragam jenis minuman botol dan kaleng. Aku iseng aja nyoba beli, masukin uang 5000 yang agak lecek. Eh, diterima. Aku pencet botol Mizone, nunggu sebentar .... kok gak segera muncul apa yang aku pesan. Udah hampir 30 detik, sedikit cemas. Celingak-celinguk kok kayaknya gak ada petugas yang khusus jagain alat ini, sementara satpam pada sibuk di gerbang tiket. Aku coba pencet-pencet minumal lain, masih belum ada respon. Aku ingat di film-film, kadang mesinnya harus digebrak biar berfungsi dengan baik. Sayangnya aku belum punya nyali, tapi masih penasaran.

Akhirnya aku cek bagian bawah tempat minuman yang dibeli seharusnya keluar. Aku ketok sebentar tutupnya, eh, ternyata bisa. Tidak cuma satu, malah ada 3 botol minuman di sana. Wah, rejeki nomplok harusnya hehehe. Tapi aku ambil satu aja sesuai yang aku pesan. Waktu aku mau beranjak, ada dua pemuda yang bertanya cara membeli minuman di situ. Aku bilang aja ke mereka,  kayaknya mesinnya rusak, tapi itu ada dua botol minuman yang sudah keluar, ambil saja. Mereka tampak sumringah dan dengan senang hati mengambil kedua minuman itu hehehe.


Syukurlah, aku gak merasa aneh sendiri waktu nenteng-nenteng kamera sepanjang jalan, ada juga yang begitu. Bedanya, kamera dia lebih gedhe :)


Salah satu sudut stasiun yang perlu dibenahi biar lebih nyaman, pintu keluar bagian utara. Kondisi seperti ini jelas kurang nyaman untuk dilalui, dan juga berbahaya kalau pas padat dan ada kereta lewat. Maklum, kecenderungan orang di negeri ini masih tidak sabaran.


Tujuan akhir adalah St. Cawang, stasiun yang juga berada di bawah jembatan jalan raya. Harusnya lebih banyak lagi jalan raya yang dibangun melayang, atau di bawah jalur kereta api, akan menghindari banyak potensi kemacetan.


Seorang calon penumpang sedang menikmati jajanan yang dijual di luar stasiun. Cukup menarik, karena meskipun dilarang berjualan di dalam stasiun, para penjual masih bisa melayani para pengguna jasa kereta api karena tembok hanya terpisah oleh teralis besi yang longgar.

Sejak rezim Ignatius Jonan, PT KAI menerapkan sterilisasi stasiun kereta api dari pedagang asongan, termasuk warung-warung di lahan stasiun. Aku sih setuju saja, selain membuat perjalanan jadi nyaman, juga mengurangi potensi ketidakamanan penumpang. Tapi, ini yang cukup disayangkan, ada nuansa kapitalisme yang lumayan kental di sini. Di beberapa stasiun aku bisa melihat adanya beberapa gerai makanan dan minimarket di dalam lokasi stasiun. Jadi kesannya pihak PT KAI hanya ingin mencari untung dari pihak yang memiliki modal besar.

Alangkah lebih baik kalau PT KAI juga menyediakan tempat-tempat untuk lapak bagi pedagang kecil, tentu dengan biaya sewa yang terjangkau dan wajib menjaga ketertiban. Perlu pimpinan yang lebih visioner lagi, dan juga berpihak pada rakyat kecil.

09 July 2016

Lebaran Ke Cibinong


El tertidur pulas dalam perjalanan menuju Cibinong yang cukup lancar. Di Jakarta, cuma ada 2 keluarga yang kami kunjungi secara rutin setiap Lebaran. Pertama adalah keluarga sepupuku di Kebayoran Lama. Satu lagi ada keluarga sepupu istriku di Cibinong. Uniknya, kedua sepupuku itu sama-sama bernama Yuli :) Untuk yang di Cibinong, biasanya kami gantian. Kadang mereka yang datang ke Jakarta, kadang kami yang berkunjung ke Cibinong.


Sampai rumah mbak Yuli di Cibinong El sudah bangun dari tidurnya, dan tidak masalah ketika digendong oleh budenya.


Kebetulan El memang gampang bosan kalau cuma duduk atau tiduran di dalam ruangan, jadi secara bergantian digendong sama bude dan pakde. Pakdenya lagi kumat asam urat, jadi perlu banyak bergerak. Katanya selama 3 hari lebaran banyak tetangga yang memberi makanan (bersantan khas hari raya).


Foto-foto dulu sebelum pulang, biar bisa dikirim ke keluarga di kampung untuk kenang-kenangan.


Di tengah jalan mampir dulu untuk beli asinan khas Bogor. Di sini sempat terjadi salah paham. Aku nitip manisan, yang dalam bayanganku adalah buah-buah seperti salak dan mangga yang disimpan di kuah manisan itu, seperti yang dulu aku temukan di Cianjur. Tapi ternyata, istilah di sini beda, makanan seperti itu disebut asinan. Jadinya istriku tidak membelikan pesananku tadi, karena katanya manisan buah gak ada. Ya sudahlah :)

06 July 2016

Idul Fitri di Lingkungan Kompleks


Baru sekitar dua tahun aku pindah ke lingkungan kompleks kecil ini, dan sudah melewati dua kali lebaran. Tahun ini ada malam takbiran di kompleks, lengkap dengan beduk dan speaker untuk takbiran. Tidak banyak yang hadir, tapi anak-anak kecil juga banyak ikut serta, gembira karena bisa bermain sampai malam. Meskipun lokasi takbiran ini dekat rumah, tapi suaranya tidak begitu bising apalagi kalau aku di dalam rumah. Selain itu juga hanya sampai sekitar jam 10 malam.


Kalau tahun lalu aku bangun kesiangan, lebaran kali ini aku bangun tepat waktu dan bisa ikutan rombongan warga berkeliling untuk saling mengucapkan selamat Idul Fitri. Aku ikut bergabung saat rombongan baru saja melewati rumahku, sambil menggendong bocah.


Secara spontan rombongan bergerak berkeliling kompleks dan mengunjungi rumah-rumah warga yang dituakan. Warga lain segera bergabung, jadi lama-lama semakin ramai.


Meskipun banyak warga yang sudah pergi pulang kampung, tapi tetap saja suasana lebaran kali ini tampak ramai dan meriah. Masih ada separuh lebih warga yang belum pergi pulang kampung dan sebagian baru akan berangkat siang nanti.


Acara-acara spontan seperti menjadi kesempatan untuk bersilaturahmi, saling mengenal dan menyapa serta diharapkan bisa memperkuat kekompakan warga. Jadi berasa di kampung, meskipun masih tidak seheboh di kampung. Di tempat seperti ini, justru kemajemukan menjadi warna tersendiri.


Anak-anak tentu saja bergembira, karena dalam perayaan ini mereka bisa mendapat tambahan uang jajan lebih banyak. Seorang bocah yang saat berada tak jauh dari rumahnya terdengar bergembira dan berkata ke saudaranya "Baru sampai sini saja udah dapat banyak gini!". Kegembiraan yang spontan.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...