30 August 2018

Belimbing Wuluh


Di kampung dulu,  beberapa tetangga punya tanaman belimbing wuluh, tapi bukan tanaman yang populer meskipun kami boleh memetik buahnya dengan gratis. Maklum, rasanya kecut, jadi kurang menarik untuk dinikmati langsung. Setelah merantau, aku jarang mengenal buah ini lagi.

Belakangan mulai mengenal buah ini lagi setelah kenal masakan bernama Garang Asem justru di Jakarta, yang ternyata memakai  buah ini. Rasanya memang jadi beda, dan makanan itu jadi salah satu favoritku. Masalahnya, setiap istriku ingin memasak Garang Asem, kami pasti kesulitan untuk mendapatkan buah ini di pasar, baik pasar tradisional maupun pasar modern.


Agak beruntung ada tetangga yang punya pohon ini dan sepertinya dia tidak mengkomersilkannya, artinya buahnya tidak sengaja dikembangkan untuk dijual. Jadi aku sering melihat buahnya jatuh dan busuk, atau sebaliknya, sudah habis diambil oleh para tetangga hehehe. Aku sendiri sudah sempat meminta ijin ke tetangga ini, suatu saat pengin memetik belimbing wuluh ini kalau pas ingin masak garang asem. Beliau menyilakannya.

25 August 2018

Ceria di Funtopia


Menghabiskan akhir pekan berdua dengan El di Funtopia, yang kebetulan lagi buka di Bintaro Exchange Mall hingga akhir bulan Agustus. Fe gak diajak karena tiketnya mahal hehehe, lagipula dia toh belum bisa bermain.


Funtopia adalah wahana bermain bernuansa balon raksasa dengan berbagai bentuk dan warna. Tiket masuk (beli lewat Traveloka sekitar 85 -100 ribu per orang). Isinya berbagai bangunan tiup (inflatable) dengan bermacam bentuk dan warna.


Seorang anak perempuan memanjat cukup tinggi dan kemudian melompat ke bawah, menikmati sensasi jatuh di kasur yang memantul. Seperti trampolin, salah satu "jualan" dari wahana permainan ini adalah orang bisa melompat-lompat sesuka hati, selain berkeliling di berbagai bentuk balon yang ada.


Awalnya aku heran, wahana kepala kelinci ini kok sepi. Rupanya ini wahana khusus untuk anak-anak balita yang belum bisa jalan, lantainya datar saja (tidak bergelembung dan memantul).


Harus aku akui kalau aku salah perhitungan waktu memilih datang ke tempat ini pagi hari. Ibunya El sudah memaksa-maksa untuk bangun lebih awal agar bisa datang pagi supaya tidak terlalu panas, dan memang benar. Cuaca di atas jam 10 pagi sudah cukup menyengat, dan ini mengurangi keasikan bermain di alam terbuka seperti ini.Alhasil banyak yang lebih suka duduk-duduk berteduh ketimbang menikmati balon-balon yang ada.

Mungkin bakal lebih enak kalau datang jam 3-4 sore, dan semakin lama semakin sejuk.


Menelusuri terowongan panjang di dalam perut ulat raksasa :)
Karena cuaca yang panas, banyak yang enggan masuk karena cukup pengap.


Tak kenal lelah melompat-lompat di atas balon sambil bermain balok-balok gabus serta bola-bola yang disediakan.


Kebetulan saat itu pengunjung lumayan banyak karena ada rombongan dari GKR Jl. Gedong, Mangga Besar.

Belum ada jam 12 aku sudah menyerah, mengajak El pulang, yang tentu saja tidak mau langsung pulang tapi mengajak main di mall sebentar. Ya itung-itung sambil ngadem.

22 August 2018

Iduladha 1439H / 2018


Para tetangga muslim kembali mengadakan sholat iduladha di lapangan kompleks, kali ini yang menjadi imam adalah pak Munir.


Tidak seperti saat Idulfitri kemarin, kali ini aku bisa datang lebih awal sebelum sholat dimulai, jadi bisa mengabadikan sebagian warga yang sedang berangkat menuju lapangan. Fe terbangun selepas subuh dan membuatku ikut terbangun, dan terjaga setelah itu. Untunglah Fe kembali tidur, dan El juga masih tidur jadi aku bisa meninggalkan rumah dengan tenang.


Karena saat terakhir sang khotib menanyakan soal rekaman khotbah, makanya kali ini aku pakai kamera Samsung yang lama pensiun ini khusus untuk merekam saat kotbah yang disampaikan oleh Pak Heri, sementara aku masih bisa berkeliaran untuk mengambil foto.


Tentunya tak lupa ritual andalan, foto bersama sebelum pulang :)


Selamat hari raya Iduladha 1439H.

Yang tertarik melihat video kotbahnya, bisa buka di link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=IbZqVC4dPv0


19 August 2018

Kemeriahan HUT RI Ke-73


Sejak jam tujuh pagi (sebagian) warga kompleks sudah berkumpul di lapangan untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73, dengan acara pertama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan senam poco-poco.


Sheva ditunjuk sebagai pemimpin senam karena dia (bersama tim di sekolahnya) baru saja mengikuti lomba senam ini. Meskipun gerakan dasarnya standard gerakan poco-poco, tapi ada beberapa variasi yang dilakukan, terutama dalam gerakan tangan. Yang jelas cukup menyenangkan karena dilakukan bersama-sama, di pagi hari yang sejuk dan cerah.



Perlombaan pertama ditujukan untuk para balita, seharusnya ada sekitar 5-6 anak termasuk El. Sayangnya hanya 2 anak yang mau ikutan. Seperti dugaanku, El cuma tertarik memegang sendok sebentar, tapi begitu aku mencoba menjelaskan soal permainan, dia langsung ngeloyor pergi. Anak-anak lain yang lebih tua juga enggan ikutan.


Lomba meniup balon untuk menjatuhkan gelas kertas.


Lomba nasi goyang untuk bapak-bapak, memasak nasi goreng sambil bergoyang.


Ini lomba antar keluarga, modifikasi menarik dari lomba membawa kelereng dengan sendok. Satu tim terdiri 3 orang : suami+istri+anak, yang membawa kelereng secara estafet. Seru!


Lomba klasik tapi tetap seru, lari bakiak beregu. Yang menarik adalah juara di grup bapak-bapak selalu finish dengan terjatuh karena tidak bisa ngerem 😂.


Lomba memecah balon berisi air, tentu dengn mata tertutup. Diakhiri dengan "perang air".


Lomba ini sepertinya terinspirasi juga dari apa yang viral di dunia maya, lomba memindahkan tepung secara beregu. Akhirnya ya saling melempar tepung. Yang penting meriah.


Entah memang acara resmi atau spontan, tengah hari yang panas menyengat masih ada lagi njoget poco-poco.


Satu hal yang berbeda kali ini adalah panitia penyelenggara didominasi oleh para remaja, yang di tahun-tahun sebelumnya hanya menjadi peserta. Semangat mereka menjadi harapan akan regenerasi yang lebih baik.


Goyang maumere, dilanjut dengan goyang Lagi Syantik.


Akhirnya, foto bersama. Acara meriah dan sukses membawa keceriaan dan kebersamaan warga, meski belum semua bisa ikutan.

Harapanku sih para pemuda bisa ikut memeriahkan kegiatan ini. Biasanya kalau sudah kuliah, sudah asyik dengan kesibukan masing-masing.

12 August 2018

Kecanduan Flash Sale di Bukalapak


Aku bukanlah pecandu belanja - setidaknya ada dua penyebab. Pertama faktor ekonomi, duitku masih terbatas dengan gaji pas-pasan. Faktor kedua adalah azas manfaat. Aku terbiasa beli barang yang benar-benar perlu, bahkan kadang nunggu sampai mendesak. Jarang sekali beli barang secara spontan, malah sering sudah niat/ingin beli barang jauh-jauh hari, pas giliran ada kesempatan (dan uang) malah batal karena dirasa belum terlalu butuh.

Nah, kedua prinsipku tadi sedikit berubah, alias mulai lebih kompromi, sejak mengenal promo flash deal di berbagai berbagai pasar daring (online marketplace). Sebenarnya flash sale bukanlah hal baru, bertahun-tahun dulu aku sudah pernah dengar dari bosku soal itu. Ada semacam psikologi khusus yang dimainkan, bukan sekedar karena diskon (yang kadang hanyalah permainan harga) tapi juga melibatkan rasa buru-buru dan ego. Waktu yang terbatas membuat orang kadang tidak berpikir panjang untuk membeli barang yang sedang diobral. Fakta bahwa ada kemungkinan rebutan barang, memberi sedikit kepuasan ego ketika berhasil meraihnya, semacam menang games atau dapat hadiah.

Hampir semua online marketplace menawarkan flash sale, dan sesekali ada periode obral yang gila-gilaan. Karena aku enggan install banyak aplikasi, aku hanya mengikuti Tokopedia dan Bukalapak. Nah flash sale Bukalapak yang terakhir ini yang agak membuatku ketagihan, dalam program Badai Flash.

Barang yang dijual memang sepele, dengan harga jual dipatok antara mulai dari 1000 rupiah. Ini yang paling menggemaskan. Jadinya aku mulai "terobsesi" mengumpulkan barang-barang seharga seribu perak itu - mulai dari kopi sachet, gula 200gr, otg, kabel data hingga alat rumah tangga. Ya, barang-barang itu sendiri bukan barang mahal, tapi dengan harga seribu, semua pasti setuju kalau harganya murah.

Bagaimana dengan ongkos kirim? Nah ini dia. Kalau dikenakan ongkir yang kadang minimal 10 ribu, jadinya ya sama juga boong. Untung di periode ini ada juga promo gratis ongkir, meski hanya boleh 1 hari 1x. Jadi ya pintar-pintar aja milihnya, karena promo gratis ongkir inipun kuotanya terbatas.

Satu lagi yang bikin menarik dari periode ini adalah permainan Badai Flash, yang memberikan gratis credit buat pengguna - sehari bisa dapat 1000 hingga 4000 kalau beruntung. Kombinasi credit gratisan + promo harga 1000 + gratis ongkir, membuat barang yang kita beli jadinya gratis 😁.

Penasaran saja, bagaimana BL bisa dapat keuntungan dari sini selain sekedar promosi. Jelas saat periode flash sale ini, pengunjung situs melonjak tajam sampai kadang server down.

Cukup menarik adalah minat pembeli untuk produk kopi kapal api mix 10 sachet, yang rata-rata dijual 1500 item per periode, selalu cepat ludesnya. Sehari bisa ada 2-3 periode yang menjual item ini. Selama berlangsungnya promo ini, aku bisa dapat item ini sebanyak 5x, tentu dengan kondisi gratis ongkir. Hanya 1 bungkus yang aku konsumsi, sisanya aku bagi-bagi ke orang lain. Indahnya berbagi.

NB: ini bukan iklan atau posting berbayar.

09 August 2018

Mencoba Ngopi Dengan Vietnam Drip


Penasaran dengan cara bikin kopi ala Vietnam, akhirnya aku coba beli alat Vietnam Drip dari toko online, sekalian memanfaatkan sisa cashback yang masih ada.


Alatnya sederhana, seperti teko terdiri dari 3 bagian. Teko utama yang bagian bawahnya berlubang, bagian tengah untuk menekan kopi yang ingin disaring dan tutup.

Cara meracik kopi dengan alat ini cukup mudah. Letakkan alat (wadah utama) ini di atas cangkir, lalu isi dengan bubuk kopi, diratakan dan ditekan dengan alat penekan. Selanjutnya tuangkan air panas secara perlahan. Katanya sih disarankan jangan air mendidih, tunggu sekitar 1 menit dulu. Tutup wadahnya dan tunggu air kopi menetes perlahan.

Hampir saja tutup alat ini hilang karena dibuang sama si Bibi. Karena dia belum pernah melihat benda ini sebelumnya, dikira sampah langsung dibuang ke keranjang sampah. Untung masih bisa ditemukan.


Karena alatnya kecil, kopinya cukup untuk satu gelas kecil saja. Kalau mau agar bisa gelas agak besar, bisa saja diakalin dengan memberi bubuk kopi lebih banyak, dan menambah air panas saat air di alat sudah berkurang.

Seorang teman berkomentar, kelamaan kalau pakai alat ini. Tapi menurutku sih sama saja. Toh kalau bikin kopi tubruk, misalnya, harus nunggu airnya agak dingin juga, ga bakal langsung diminum saat mendidih. Jadi pas airnya menetes semua di gelas, suhunya sudah mulai dingin tapi masih panas. Pas untuk langsung dinikmati.


Bagi yang senang minum kopi tanpa ampas, cara ini lumayan menarik. Hanya saja, ukuran "saringan" di alat ini tidak terlalu halus, jadi bubuk kopi yang bisa digunakan harus benar-benar pas.

Kebetulan di rumah ada 4 jenis kopi berbeda, semua sudah berbentuk bubuk. Dua bisa dipakai untuk alat ini, ukuran bubuknya halusnya pas, jadi air bisa menetes perlahan. Sisanya gagal karena terlalu kasar (medium) dan terlalu halus (kopi lelet).

Selamat ngopi!

05 August 2018

Pasang Umbul-Umbul Agustusan


Meskipun sudah tidak ada acara kerja bakti rutin, sejak pengurus memutuskan untuk mempekerjakan petugas kebersihan, tapi setidaknya satu kali dalam setahun ada acara kerja bakti. Awal bulan Agustus untuk memasang bendera dan panji-panji di sekeliling kompleks. Hampir setiap tahun ini dilakukan, dengan menggunakan batang-batang bambu yang tumbuh di pinggir sungai.


Dan seperti biasa, dalam ajang begini lebih banyak yang nongkrong ngobrol ketimbang kerja, tapi semuanya santai saja. Memang acara seperti ini adalah kesempatan untuk ngobrol dan bersilaturahmi, jadi pekerjaan juga tidak terlalu banyak.


Yang agak unik tahun ini adalah cukup banyak anak-anak dan terutama remaja yang ikut membantu, sejak dibentuknya "karang taruna" di kompleks. Apalagi katanya tahun ini penyelenggaran acara 17an juga dipegang langsung oleh anak-anak remaja itu, padahal sebelumnya mereka hanya jadi peserta. Semoga regenerasi bisa sukses, termasuk melatih anak-anak itu berorganisasi dan bertanggung jawab.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...