26 November 2018

Rambutan Tetangga


Ada satu pohon rambutan milik tetangga (pak Kino) yang dahannya sudah sangat rendah dah sebenarnya mengganggu kendaraan yang melintas di bawahnya. Tapi sepertinya dahannya tidak segera dipangkas karena pohon rambutan itu sedang berbuah lebat.

Iseng-iseng aku lempar wacana soal rambutan ini, dan pemilik rumah merespon dengan memberi ijin siapa saja yang ingin mengambilnya, silakan, bebas karena toh ada di luar pekarangan rumah. Mantap!


Jadi tiap aku lewat depan rumahnya untuk jalan-jalan dengan bocah, baik El atau Fe, aku selalu sempatkan mengambil buah rambutan yang rasanya manis dan nglothok ini. Tentu tidak bisa sampai berkarung-karung, paling 1-2 genggam saja. Sebenarnya aku pengen ngajak tetangga sekitar untuk memetik ramai-ramai, tapi herannya seperti tidak banyak yang berminat. Anak-anak kecil di kompleks juga tampaknya tidak "beringas" soal rambutan ini.

Padahal kalau aku ingat di kampung dulu, rambutan ini gak akan bertahan semalam hehehe ... bisa langsung ludes saat anak-anak bermain.

PS: seminggu setelahnya, barulah dahan pohon rambutan ini dipotong sekaligus panen rambutan. Sayangnya waktu itu aku sedang ribet, jadi justru gak bisa ikutan panen.

14 November 2018

Hati-hati Menyeberang Jalan


Ketemu lagi dengan makhluk ijo ginuk-ginuk ini, kali ini pas bukan lagi makan daun, tapi lagi menyeberang jalan :)


Hati-hati ya Lat!

11 November 2018

Mencoba Moka Pot


Setelah mencoba membuat ngopi dengan Vietnamese Drip, sekarang coba-coba bikin kopi dengan moka pot. Pesen yang murah saja dan di deskripsi produknya tertulis kapasitasnya 4 cup espresso. Angan-anganku,bisa buat ngopi bareng-bareng sekali masak, tidak seperti alat drip yang hanya cukup untuk satu cangkir kecil.


Ternyata eh ternyata, pada kenyataannya hanya tidakcukup juga untuk memenuhi satu cangkir kecil (200 ml). Sepertinya definisih cup yang dimaksud di sini berbeda dengan cup yang aku pahami. Tapi memang kalau baca-baca (dan nonton di tivi), espresso cup itu ya cuma kecil sekali teguk, mungkin sekitar 50 ml. Jadinya ya cukup untuk satu porsi kopi saja buatku.


Meskipun moka pot ini dimaksud untuk membuat kopi espresso, tapi karena tekanan yang mampu dilakukan dalam alat ini tidak sebesar alat press yang biasa dipakai untuk buat mesin espresso, hasilnya tidak "setajam" espresso. Gak masalah juga buatku, sudah cukup.


Salah satu yang aku sukai dengan kopi yang dibuat dengan moka pot ini adalah hasilnya sudah bersih tanpa ampas, tanpa harus pakai saringan. Selain itu proses memasak air juga sudah sekaligus, meskipun kadang masih perlu memasak air sedikit lagi karena hasilnya kurang banyak, dan terlalu pahit kalau tidak ditambah air putih lagi.


Karena kopinya dihasilkan langsung saat direbus, tidak seperti kalau pakai Vietnamese Drip, hasilnya tidak perlu menunggu lama dan kopinya masih panas. Oh ya, untuk membuat kopi dengan alat ini bubuk kopinya harus digiling sedang - sama dengan kalau mau pakai Vietnamese Drip. Jadi bubuk kopi untuk membuat kopi dengan V-Drip juga sama untuk memakai moka pot.

Sudah ngopi belum?

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...