Showing posts with label Fishing. Show all posts
Showing posts with label Fishing. Show all posts

30 September 2020

Pagi Yang Terik di Situ Bungur

Sekali-kali jalan-jalan ke Situ Bungur pas pagi hari, niatnya sambil olahraga. Tapi ternyata, meski belum jam 9, rasanya sudah panas menyengat. Sejak pagi sudah banyak warga yang nongkrong buat mancing di pinggir danau.


Kotak yang kosong di papan larangan ini sebelumnya adalah larangan memancing, terus dihilangkan. Gak mungkin melarang warga untuk memancing di tempat ini - sepertinya memancing menjadi hobi banyak orang, dan dimana ada tempat yang kemungkinan ada ikan yang bisa dipancing, bakal ada saja orang yang mancing - entah sungai, danau atau rawa, bahkan selokan.



 Pengunjung danau pagi hari tidak sebanyak saat sore. Mungkin karena bukan hari libur juga, lagipula memang panasnya gak bikin betah, beda dengan kalau sore hari sudah cenderung teduh.

21 May 2018

Mancing Ngabuburit


Menjelang waktu berbuka puasa, dia memilih menghabiskan waktu untuk menjala ikan di Situ Bungur.


10 August 2017

Sejenak Menikmati Kesegaran Pagi di Situ Bungur


Biasanya cuma mondar-mandir, pagi ini kami berhenti sejenak barang 1-2 menit untuk menikmati kesejukan pagi di tepi Situ Bungur.


Di atas ini foto panorama hasil gabungan dari 3 foto yang diolah oleh Google Photos. Meskipun kamera saat ini mendukung pembuatan panorama, akhir-akhir ini aku lebih suka memotret secara terpisah, upload ke Google Photos, dan menunggu panorama dibuatin oleh mesin itu hehehe.


Lama-lama aku jadi penasaran, para penjala ikan ini sepenuh waktu bekerja mencari ikan atau ini hanyalah kerja sambilan ya? Terus ikan apa saja yang biasanya mereka dapat. Memperhatikan mereka bekerja, waktu serasa melambat.

05 March 2017

Mancing Di Kolam Tak Bertuan


Pak Aman lagi serius menyiapkan umpan pancingnya, entah dari bahan apa saja. Beliau memang hobi memancing dan hari ini mengundang teman-teman, masih warga sekitar kompleks juga, untuk mancing bersama di kolam bekas pemancingan yang sudah lama tutup. Meskipun masih ada ikannya, tapi untuk kegiatan ini katanya sengaja ditebar beberapa ekor ikan, biar aktivitas memancing lebih menarik.


Meskipun tidak terlalu ramai, tapi peserta mancing ini lumayan juga, kayaknya lebih dari 10 orang, termasuk anak-anak. Oh ya, sebelumnya kolam ini sempat dipakai untuk berenang bocah-bocah kampung entah dari mana, tapi belakangan sudah mulai jarang ada yang berenang di sana.


Pak Aman menawariku ikutan memancing, tapi sejak kecil aku memang kurang tertarik dengan kegiatan ini. Mungkin karena dulu aku biasanya memancing di sungai, yang notabene agak susah mendapatkan hasilnya, sehingga terasa sangat membosankan. Mungkin akan beda kalau aku terbiasa memancing di kolam ikan, karena satu-satunya kenikmatan memancing yang aku rasa ya pas dapat ikan.


02 January 2017

Senja Itu di Situ Bungur


Seorang warga mengayuh rakitnya ke tepi untuk pulang selepas menjala ikan di Situ Bungur. Langit sudah mulai gelap dan matahari yang terbenam tinggal menyisakan sedikit sinarnya yang tertutup awan.


Sudah lama aku tidak bisa leluasa bermain di danau kecil dekat rumah ini, untuk sekedar menikmati matahari terbit atau tenggelam. Sore ini mumpung ada kesempatan dan sunset nya juga lumayan bagus, aku sempatkan untuk mampir sejenak. Tidak bisa berlama-lama, karena ada "tugas" menunggu di rumah.


Jadi ingat ponakanku yang mengeluh kecewa waktu berkunjung ke Situ Gintung, katanya tidak seindah yang dia lihat di foto-foto. Kalau Situ Gintung aja dibilang jelek, apalagi Situ Bungur yang jauh lebih kecil dan sederhana. Tapi bagiku, dibandingkan tidak ada sama sekali, ya tetap tempat ini layak untuk jadi alternatif refreshing di Tangsel yang mulai padat dengan perumahan dan kendaraan.

20 March 2016

Situ Cipondoh, Kunjungan Pertama


Kalau dilihat di peta, Situ Cipondoh adalah genangan air terbesar di daerah Tangerang, bahkan kalau diperhatikan mungkin lebih besar ketimbang Situ Gintung (Tangsel) ataupun Situ Babakan (Depok). Sebenarnya aku gak begitu peduli dengan danau ini, hingga aku sadari ada seorang teman yang tinggal dekat danau ini.


Kebetulan hari ini aku ada perlu ke Grogol jadi pulangnya aku putuskan untuk coba mampir ke Cipondoh dan melihat seperti apa danau ini. Ternyata memang luas dan banyak pengunjung. Kebanyakan adalah pemancing, ada juga beberapa keluarga yang piknik sambil menikmati fasilitas yang ada di sana.


Kata temanku, kemarin ada acara di tempat ini dan cukup ramai sehingga menimbulkan kemacetan cukup parah. Mungkin bendera-bendera itu terkait dengan acara tersebut.


Setidaknya danau ini sudah cukup terawat, meskipun sekilas juga tampak kurang maksimal, dan setidaknya ada kepedulian tetang pentingnya peran danau ini. Tinggal menunggu pemimpin yang punya wawasan kreatif yang bisa menyulap danau ini jadi lebih menarik, bersih dan bermanfaat.

Kunjungan kali ini singkat saja, cuma numpang lewat. Setidaknya sudah tahu rute ke tempat ini, jadi tinggal nyari waktu luang saja untuk penjelajahan lebih lanjut.

30 October 2015

A Slice of Cloudy Afternoon


Beberapa nelayan tampak masih semangat mencari ikan di Situ Bungur meskipun matahari sudah hampir tenggelam dan cahayanya tertutup oleh mendung kelabu sore ini. Seingatku baru ini aku melihat jala yang diletakkan di tengah-tengah danau, biasanya hanya di bagian pinggir saja. Hmm... atau mungkin aku yang lupa.


Sudah lama tidak turun hujan di daerah ini dan sore ini langit tampak mendung. Udara juga terasa gerah. Aku berharap hujan turun malam ini, selain agar udara jadi lebih sejuk, tapi juga agar nyamuk bisa makin berkurang. Kemarau panjang membuat sungai di samping rumah jadi kecil debit airnya dan mengalir pelan sehingga jadi tempat yang cocok buat nyamuk berkembang biak. Air sungai juga baunya tidak sedap seperti comberan.


Di tepi danau yang lain ada perahu yang menarik perhatianku sehingga aku menghentikan sepedaku meskipun gerimis sudah mulai turun. Selain bentuk perahu yang unik, sepertinya perahu ini sengaja dibuat untuk keperluan Pesta Rakyat Situ Bungur minggu lalu, yang membuatku tertarik adalah adanya seekor kucing di atas perahu itu. Dia tampak tenang seperti menikmati berada di atas perahu.


Mendadak aku sedikit kaget melihat anjing kecil ini berdiri menatapku persis di belakangku. Waktu aku mulai beranjak dan hendak memacu sepedaku, dia tetap mengikuti. Tidak menggonggong, hanya menatap, tatapan yang membuatku salah tingkah. Ini anjing tertarik mengikutiku atau hendak menyerangku ya? Setelah mengambil beberapa fotonya, aku segera memacu sepedaku dan pulang. Anjing ini sempat ikut melangkah sebentar, tapi kemudian berhenti. #fiuhh

#lake #bamboo #afternoon #dog #cloudy #fisherman #fishing #ship

22 June 2015

Pemancingan Ditutup


Ini pertama kalinya aku motret areal (bekas) pemancingan di samping perumahan dari sebelah timur. Selama tempat pemancingan ini masih aktif aku agak enggan untuk masuk, sedangkan akses dari arah barat (dari perumahan) sengaja ditutup. Seingatku, saat air sungai meluap, kolam ini akan kebanjiran dan banyak orang dengan semangat memancing ikan di sana, tanpa bayar tentunya.


Sudah lebih dari satu bulan tempat ini ditutup. Sewaktu masih menjadi pemancingan umum, tiap hari Rabu, Sabtu dan Minggu pasti ramai pengunjung. Sekarang sepi, meskipun kolamnya masih ada. Kabarnya tempat ini akan diganti menjadi pabrik tahu, waduh! Waktu aku tanya ke pak RT soal penutupan tempat pemancingan ini, katanya karena kontraknya sudah habis.


Minggu lalu pak RT melakukan "amal", sengaja menyebar ikan lele ke kolam tersebut dan mengundang teman-teman, termasuk warga perumahan untuk memancing bersama, gratis. Anak-anak kecil yang sudah memasuki masa libur sekolah juga ikut mancing dengan gembira. Salut buat pak RT yang dermawan.


Di samping kolam, pinggir sungai, ada deretan pohon bambu kuning. Ternyata di atasnya banyak burung pipit bertengger. Sayangnya aku lagi gak bawa kamera yang bagus, jadi tidak bisa mendapat foto burung yang bagus.

27 March 2015

Sisi Lain Situ Parigi


Udara pagi masih terasa sejuk di sekitar Situ Parigi meskipun matahari sudah bersinar terang. Pagi yang cerah, tapi sisa-sisa hujan semalam masih meninggalkan kabut tipis.


Cahaya matahari pagi masih terhalang pepohonan yang cukup rindah dan juga beberapa gedung tinggi di sisi timur danau. Angin yang hanya berhembus pelan membuat air danau tampak tenang meskipun sebenarnya danau ini tidak dalam.


Seorang pria tampak membawa senapan angin menuju danau, seperti hendak berburu burung atau mungkin satwa lain. Belum banyak aktivitas warga pagi itu di sekitar danau. Belum banyak orang yang datang memancing juga.


Serangga air serta ikan-ikan kecil menyebabkan riak-riak kecil di permukaan air.


Sejak aku datang pertama kali ke sini, belum pernah aku melihat perahu itu digunakan. Mungkin nelayan lebih suka pakai gethek bambu untuk menyusuri danau kecil ini, atau entahlah. Tampak bagian lambung perahu sudah berlumut dan ditumbuhinn tanaman seperti jamur.


Tanda-tanda pendangkalan danau bisa dilihat dari sampah-sampah yang ada di permukaan danau. Sampah-sampah ini seperti tersangkut sesuatu, bukan mengapung. Sebenarnya air danau ini mengalir seperti sungai, tidak diam saja.


Salah satu ciri khas ketika danau seperti ini dekat dengan pemukiman warga, adalah tumpukan sampah di tepi danau yang sangat berantakan. Ciri khas orang kampungan yang tidak terlalu peduli soal sampah.


Seorang pemuda sedang memancing sendirian di sisi danau sebelah barat. Ini adalah bagian yang dulu belum sempat aku jelajahi. Sisi ini lebih rindang, tapi dekat dengan pemukiman warga dan terkesan kumuh. Resiko ada di tepi danau yang penuh dengan pepohonan rindang adalah banyak nyamuk.


Di sekitar danau tidak banyak bunga, selain beberapa bunga liar. Tapi di rumah-rumah sekitar danau ada banyak pekarangan dan kebun yang penuh bunga, dan sebagian bunganya sampai berada di luar pagar.


Sengaja aku petik beberapa untuk iseng mengisi waktu, sebelum matahari mulai bersinar terik.

05 March 2015

Menyongsong Senja di Situ Ciledug


Sebuah pusat perbelanjaan megah di samping danau buatan yang cukup besar di kawasan Pamulang, Tangerang Selatan. Sore ini, meski sempat sedikit salah jalan, aku bisa sampai ke Situ Ciledug (atau Situ Tujuh Muara) dalam waktu sekitar 30 menit bersepeda dari rumah. Sampai tempat ini matahari masih belum tenggelam.


Meskipun bukan akhir pekan ataupun hari libur, tampak beberapa orang sedang memancing di sini. Kalau diperhatikan, hampir di setiap danau atau sungai, pasti ada saja yang nongkrong untuk mancing. Tampaknya banyak juga orang yang punya hobi mancing, kalau dikelola dengan baik, mungkin bisa dimaksimalkan sebagai daya tarik wisata dan juga untuk menambah pendapatan daerah.


Perkampungan kumuh di sebelah timur danau, entah mereka penghuni resmi atau penghuni liar. Tapi bisa dipastikan mereka kurang begitu peduli dengan kelestarian dan kebersihan danau. Aku masih ingat waktu pertama ke sini, salah satu warga dengan santai melempar sekantong sampah ke danau. Sekarang pohon-pohon di tepi danau mulai ditebangi. Entah apakah itu perintah resmi dari pemerintah daerah atau inisiatif warga, tapi agak disayangkan juga karena bagaimanapun juga keberadaan pohon sangat penting.


Suasana senja yang bisa aku abadikan dari tempat ini kurang begitu dramatis karena awan mendung cukup menghalangi sisa-sisa cahaya matahari yang sedang terbenam. Tapi aku tetap bersyukur melihat keindahan alam ini. Cuma agak mengganjal adalah melihat permukaan danau di sisi barat yang begitu dangkal, padahal ini masih musim hujan, dan permukaan tanah bisa terlihat.


Sebuah pohon mati yang tumbang di tepi danau tampaknya sering dimanfaatkan untuk nongkrong sambil memancing. Sisi sebelah timur ini, yang dekat dengan jalan raya belum sempat aku jelajahi waktu pertama kali aku ke sini.


Kata salah satu pemancing yang ada saat itu, kalau mau ambil foto di sini bagusnya pas pagi hari. Hmm... saran yang menarik, tampaknya aku perlu menjadwalkan kembali berkunjung di tempat ini saat pagi hari.

24 February 2015

Senja di Situ Sasak Tinggi Pamulang


Sore ini aku memacu sepedaku menuju Situ Sasak Tinggi atau Situ Pamulang atau Situ Kedaung, berharap dapat menikmati golden hour di sore yang cerah ini. Butuh waktu sekitar 30 menit bersepeda, dan aku bisa sampai tepat waktu di sisi barat danau ini, sisi yang kurang pas untuk menikmati matahari tenggelam.


Akupun bergegas memutar arah untuk menuju sisi sebelah timur danau, yang penuh dengan perumahan penduduk, baik kompleks ataupun perkampungan. Sedikit menebak-nebak arah, dan beruntung bisa menemukan jalan tembus ke tepi danau di sisi timur. Tapi pemandangan yang aku temukan di sana membuatku prihatin.


Selain jalan tembus yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, sebenarnya sekitar danau sudah ditutup oleh tembok. Tapi di samping tembok, persis di tepi danau justru menjadi tempat sampah umum. Kalau dilihat dari kantong-kantong plastik yang menggantung di pagar itu, besar kemungkinan warga secara asal-asalan melempar sampah dari luar pagar. Geleng-geleng juga melihatnya. Melihat lokasi tempat sampah ini, kecil sekali kemungkinan pemerintah daerah akan secara rutin membersihkan sampah itu. Tapi entahlah.


Dari sebelah timur pemandangan senja tampak menarik, meskipun kurang begitu dramatis karena adanya jalan raya dengan beberapa perumahan di sekitarnya. Apalagi ada semacam "pabrik" di sana, entah bangunan apa, cukup besar.


Sayangnya di sisi timur danau ini tidak semuanya ada jogging track atau jalanan yang cukup nyaman. Jogging track yang ada cuma sedikit, selebihnya masih tanah biasa yang cenderung becek, sebagian ada tanaman kangkung. Meski demikian tetap saja banyak pemancing yang memanfaatkan tempat itu untuk memancing. Sayangnya langit sudah mulai makin gelap jadi aku tidak sempat menjelajah lebih lanjut. Mungkin lain kali.

Situ Regoso, Satu Lagi Danau Terbengkalai


Ternyata di daerah Rempoa ada satu lagi danau yang terdaftar di DBMSDA Pemkot Tangerang Selatan. Pagi ini aku menyempatkan diri untuk mampir, lokasinya mudah ditemukan apalagi di website DBMSDA ada peta yang cukup jelas. Mungkin aku pernah lewat tempat ini, tapi gak sadar kalau ada danau. Tempatnya tersembunyi di belakang sebuah kolam pemancingan dan deretan rumah penduduk.


Kondisi danau ini nyaris sama memprihatinkan dengan Situ Legoso. Arealnya sudah sangat menyempit, terhimpit pemukiman penduduk, baik perumahan elit maupun (terutama) perumahan ala kadarnya.


Beruntung, pemandangan di sini masih sedikit lebih menarik dibanding danau di balik kampus UIN yang megah itu. Apalagi ketika matahari bersinar cerah seperti ini. Menurut website ini, http://dbmsda.tangerangselatankota.go.id/index.php/situ/85-situ-rompong, luasnya masih 15ha, itu data tahun 2011. Kalau memang data itu benar, minta ampun deh. Lha ini aja luasnya lebih sempit daripada Situ Bungur yang gak nyampe 4ha. Ini yang buat data pakai cek dan ricek gak ya, lha wong kalau dilihat di peta yang ada di website itu juga luasnya gak seberapa.


Persis seperti Situ Legoso, dan situ-situ lainnya, pinggiran danau ini jadi tempat pembuangan sampah. Tapi masih tidak separah kondisi di Situ Legoso lah, pokoknya Situ Legoso mah situ paling parah hehehe (ups, ada dua situ yang belum aku kunjungi). Di sini juga belum dibangun jogging track atau pembatas atau tanggul yang cukup memadai. Jadi agak membingungkan proyek apa yang dikerjakan oleh Bina Marga di sini.


Menurut aturan, jarak sempadan bangunan dari danau adalah 50 meter, tapi ya terbukti banyak bangunan penduduk yang mepet dengan danau. Bangunan inipun terpotret jelas di website Bina Marga tersebut. Kok gak ada penertiban? Simple, gak ada dana dan kepentingan hehehe ... #ngawur.

Rapatnya pemukiman warga dengan danau ini membuatku tidak bisa banyak mengeksplorasi danau dari sudut lain, soalnya agak sungkan juga. Agak risih juga tahu-tahu nongol di pelataran rumah orang terus foto-foto, dah gitu gangnya sempit-sempit pula.


Pemancing adalah orang yang selalu aku temui di setiap danau. Murah meriah, gak perlu bayar, dan yang pasti lebih menantang karena belum tentu mendapat hasil. Kalau mancing gampang dapat ikan, mendingan beli aja di pasar hehehe, kan justru tantangan memancing adalah bagaimana melatih kesabaran untuk mendapat ikan. Kecuali kalau memancing sebagai  mata pencarian utama, ya harus di tempat yang gampang dapat ikan.


Bonus:
Ini bukan Situ Rompong, melainkan "terduga" Situ Kayu Antap yang sudah sirna. Situ Kayu Antap ada dalam daftar 9 situ di Tangerang Selatan, tapi gak masuk ke dalam website Bina Marga Pemkot Tangsel. Berbagai berita mengabarkan adanya pencaplokan oleh salah satu pengembang properti di sini. Cukup lama aku putar-putar di sekitar Rempoa mencari keberadaan danau ini, namun gak ketemu. Kalau melihat di peta dan menebak-nebak dari informasi di Google sih sepertinya tempat ini, yang dikelilingi oleh tembok.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...