28 August 2016

Jalan Pagi


Sepasang burung sedang asyik bertengger di atas antena TV salah satu rumah tetangga. Masih banyaknya burung liar berkicau dan "bersliweran" di sekitar kompleks menambah harmonis suasana jalan pagi, termasuk udara pagi yang segar dan matahari yang bersinar cerah.


Sudah beberapa hari terakhir ini anakku sering bangun sebelum jam 6 dan dia akan senang kalau aku ajak jalan pagi. Pagi ini masih ada beberapa warga yang jalan pagi keliling komplek, jadi lumayan ada teman.

Seorang warga memberitahu ada anak kucing yang mati, tergeletak kaku di pinggir jalan. Aku berinisiatif untuk menguburnya, ala kadarnya di salah satu lahan kosong, sambil menggendong bocah. Merasa kasihan, salah satu tetangga menawarkan untuk menggendong anakku. Jadilah dia jalan pagi sambil menggendong anakku, yang anteng saja diajak jalan-jalan.


Sepertinya anak kucing yang mati itu adalah kucing yang ada di tengah ini, yang pernah aku jumpai 3 hari lalu bersama dengan induk dan saudaranya. Kasihan juga.

20 August 2016

Agustusan dan Kerjabakti (Lagi)


Seorang ibu berpakaian rapi melangkah meninggalkan lapangan tempat acara peringatan HUT RI di kompleks diadakan. Aku jarang sekali melihat beliau, mungkin karena jarang ikut di acara-acara tertentu. Kalau tempat-tempat lain mengadakan acara 17an di tanggal 17, pengurus memilih mengadakan di hari sabtu setelahnya.


Sayangnya ketika acara berlangsung anakku sedang sakit diare. Sejak pagi kami merawatnya dan membawa ke dokter. Jadinya untuk acara tahun ini aku absen, tidak bisa mengikuti sejak awal. Ketika aku ada kesempatan, acara sudah selesai.


Sehabis acara 17an itu, bapak-bapak bekerja bakti di pinggir jalan masuk kompleks. Soalnya ada rencana memperbaiki jembatan got yang ada persis di gerbang masuk perumahan, yang akan menyebabkan akses jalan tertutup beberapa hari. Untuk itu kami perlu menyiapkan jalan alternatif.


Menurut salah satu warga, dulu juga pernah dilakukan hal serupa, sehingga jalan alternatif sudah pernah dibuat. Yang perlu kami lakukan hanyalah membongkar seng penutup akses untuk jalan alternatif itu, tentu saja setelah dapat ijin dari pemilik lahan.


Sementara itu di RT induk akan ada acara pentas seni dalam rangka perayaan HUT RI ke-71 ini, setelah beberapa hari sebelumnya juga ada acara lomba panjat pinang. Meskipun sebenarnya warga kompleks adalah juga bagian dari RT ini, tapi karena sebagian besar warganya adalah pendatang, tidak banyak yang ikut serta. Makanya warga kompleks juga membuat acara sendiri, bukan sebagai tandingan, tapi memang sudah tradisi untuk mengakrabkan warga.

Selamat HUT RI ke-71, Dirgahayu Indonesia! Merdeka!

Sepeda Hias


Selain lomba panjat pinang, salah satu perlombaan khas HUT Kemerdekaan RI yang aku suka adalah sepeda hias. Waktu kecil dulu senang ikut lomba ini, meskipun hanya mampu menghias ala kadarnya, karena terbatas dana dan kreatifitas.


Sabtu kemarin sempat lihat rombongan Tk berpawai dengan sepeda hias, menarik. Kelihatannya kegiatan seperti ini sudah agak jarang, setidaknya jarang aku temui. Dulu bahkan sempat ada lomba sepeda hias antar SMP se Kabupaten.

19 August 2016

Ular Ijo


Pas lagi gendong bocah di depan rumah, ada penampakan ular warna hijau merayap di tembok tetangga depan rumah. Meskipun diameternya kecil, mungkin seukuran jempol tangan orang dewasa (halah), tapi panjangnya kurang lebih 1 meter.


Serba salah, pengen bunuh kok gak tega, tapi mau mengusir juga takut. Tetangga sebelah sudah siap-siap galah untuk menangkap ular ini, tapi akhirnya kami putuskan untuk membiarkan saja. Semoga tidak membahayakan warga.

13 August 2016

Pasang Lampu Jalan


Seorang warga sedang mengelas tiang besi untuk memasang lampu yang baru. Hari ini bapak-bapak kompleks kembali berkumpul untuk kerja bakti, meskipun agenda utamanya cuma memasang lampu jalan - satu lampu saja :) Aku dah bawa arit, eh gak kepakai.


Ini lampu LED sumbangan salah satu warga untuk penerangan jalan. Sepertinya sih lumayan terang.


Dari dua puluhan orang yang datang, praktis hanya 5-10 orang yang bekerja, yang lain mendukung saja. Toh kalau dikerjakan oleh tenaga profesional, paling cuma butuh 2 orang. Yang penting ngumpul-ngumpulnya, sambil ngegosip dan ngobrol ngalor-ngidul. Bahkan sempat beberapa orang "dijemput paksa" supaya ikut bergabung, mumpung lagi libur.


... dan selalu saja ada ulah konyol ...


Meskipun tidak semua bekerja, tapi kekompakan untuk berkumpul seperti ini patut dihargai. Saat ini, terutama di kota besar dan kawasan perumahan elit yang warganya serba sibuk, bisa dibilang sangat sulit mengumpulkan warga untuk sama-sama berdiskusi membangun lingkungan sekitar. Meski obrolan bisa dilakukan di media sosial, tapi tetap saja ketika berkumpul bersama akan terasa beda, semua bisa berpartisipasi dan ikut mengetahui kondisi secara langsung.


Bonus : edisi nekat yang berhasil dicegah warga, saat ada yang mencoba membantu dengan tangga bambu yang sangat panjang, kuatirnya bakal melengkung dan patah. :)

Gotong-royong adalah salah satu budaya bangsa yang sangat perlu dipertahankan, untuk melawan kerakusan kapitalisme dan individualisme.

07 August 2016

Kerja Bakti Menyambut HUT RI


Salah satu debut kepengurusan kompleks yang baru adalah mempersiapkan kegiatan terkait perayaan HUT Kemerdekaan RI ke 71 tahun ini. Secara spontan, ketua pengurus mengirim broadcast ajakan untuk memasang bendera di sekitar perumahan.


Ada satu rumah warga yang memasang bendera menggunakan gagang sapu, jadi terlihat sangat mungil dan jadi bahan tertawaan warga yang kerja bakti. Berhubung pemilik rumah sedang tidak ada di tempat, kami berinisiatif untuk mengganti tiangnya dengan bambu agar lebih panjang. Tak lupa seorang warga mengirim foto penggantian tiang bendera ini ke grup agar pemilik rumah sadar, dan ngakak. Tindakan sederhana yang membuat suasana jadi meriah.


Salut dengan pasangan suami-istri ini, tampak selalu kompak dalam setiap kegiatan bersama.


Atas usulan salah satu warga senior, kami hanya memasang umbul-umbul di sepanjang jalan utama, tanpa memasang bendera kecil-kecil. Alasannya biar praktis, dan bendera-bendera kecil itu cenderung cepat rusak dan malah akan bikin kotor, sementara kalau umbul-umbul lebih mudah untuk dibongkar pasang dan bisa dimanfaatkan untuk tahun-tahun berikutnya. Tahun lalu kami memasang bendera-bendera yang kecil dari plastik, dan pemasangannya benar-benar menyita waktu.


Pria berkaos putih ini belum jadi warga resmi, tapi dia punya aset tanah di kompleks. Kebetulan dia datang pas ada kegiatan, jadi oleh pengurus segera diajak bergabung supaya kenal, dan paling penting supaya paham kewajibannya untuk ikut serta menyumbang iuran hehehe.


... ini salah satu senior yang rajin melakukan provokasi agar warga terlibat aktif untuk meramaikan setiap kegiatan di kompleks ...


Oh ya, untuk tiang yang dipakai memasang umbul-umbul menggunakan bambu yang bisa kami dapatkan di depan rumah salah satu warga. Lumayan menghemat, apalagi di perkotaan sudah agak susah mendapatkan pohon bambu.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...