19 September 2015

Menjajal Lensa Zoom 8x Untuk Smartphone


Minggu lalu aku "terjebak" iklan BukaLapak.com dan akhrinya membeli lensa zoom 8x yang bisa dipakai di smartphone ini. Dalam paket itu juga ada tripod mini, dan total harga sekitar 85ribu. Bukan yang paling murah, tapi aku lagi malas mencari-cari yang termurah. Barang dikirim dengan JNE regular dan 3 hari kemudian sudah sampai rumah.

Tidak terlalu mudah untuk digunakan dan bakal butuh waktu hampir 5 menit untuk memastikan lensa ini terpasang dengan benar. Jadi gak bisa dipakai untuk motret moment mendadak. Selain itu ada sedikit ruang antara lensa dengan sisi smartphone, yang mungkin membuat kualitas hasilnya jadi kurang maksimal, terutama terkait ketajaman. Tapi tidak terlalu mengecewakan juga untuk sekedar melengkapi kamera smartphone, apalagi harganya segitu.


Di atas adalah gambar dengan kamera biasa, tanpa lensa tambahan. Kalaupun dizoom maksimal dan dicrop bagian bunga yang ditengah itu, hasilnya masih terlalu kecil.


Nah ini hasil kalau pakai lensa tambahan yang 8x zoom tadi. Meskipun tidak terlalu tajam, tapi setidaknya aku bisa mendapat gambar bunga yang lebih baik. Masih bisa diterima. Btw, jarak bunga dengan kamera sekitar 2 meter. Setidaknya dengan ini, aku bisa memotret kupu-kupu atau serangga yang bermain ke taman tanpa membuat mereka ketakutan.


Selanjutnya aku coba untuk foto dengan jarak lebih jauh. Ini foto dengan kamera smartphone tanpa lensa tambahan, sudah aku crop agar gambar tampak lebih dekat.


Nah ini kalau pakai lensa tambahan. Seorang anak tetangga menyadari kalau aku sedang memotret, dan selama ini aku gak begitu sadar kalau dia tinggal di situ. Jarak foto sekitar 10 meter. Lumayan juga kalau hendak dipakai untuk memotret peristiwa dari jarak yang lebih jauh. Tidak tajam, tapi sudah cukup lumayan untuk ukuran kamera smartphone.

Selain masalah kemudahan pemasangan/penggunaan, masalah lain adalah lensa tambahan ini mengganggu kestabilan. Jadi hasil foto biasanya lebih kabur karena tanganku tidak stabil. Untuk mengakali hal ini biasanya aku pakai timer dan tripod.

Sepertinya perlu latihan lebih banyak agar bisa mendapat hasil yang lebih baik dengan lensa tambahan ini. Tidak terlalu istimewa, tapi dengan harga kurang dari 100 ribu, hasilnya tidak terlalu mengecewakan.

10 September 2015

Perkembangan Revitalisasi Situ Pondok Jagung


Sekitar akhir Juni lalu aku mengunjungi Situ Pondok Jagung yang baru saja mulai direvitalisasi. Sore ini aku mampir sebentar melihat perkembangan proyek ini yang sudah berlangsung setengah jalan dari waktu yang ditargetkan, kurang lebih 5 bulan. Kebetulan ada saudara sepupu tingga di sini dan aku niat mampir ke tempatnya.


Kondisinya sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Kalau sebelumnya ijo royo-royo karena lahan ini penuh dengan semak dan rumput, sekarang sudah dibabat habis. Beberapa areal diratakan, dan beberapa sengaja dibuat cekungan untuk penampungan air.


Tampak beberapa petugas pemadam kebakaran memanfaatkan genangan air untuk beraktivitas. Entah apa yang mereka lakukan, tapi aku sempat melihat salah satu personil membawa perahu karet ke tempat ini. Ok, kita tunggu 3 bulan lagi bagaimana hasil proyek ini, semoga bisa makin keren.

08 September 2015

Kalkun


Sudah lama aku tidak melihat unggas jenis ini secara langsung di alam bebas, kalkun. Awalnya aku pikir ini burung merak, tapi setelah mengingat-ingat lebih detil, ini adalah kalkun. Wajarlah, sudah lama tidak melihat baik kalkun ataupun merak, jadi agak rancu.


Makanya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan lalu begitu saja. Aku berhenti, mengambil beberapa foto, bahkan dalam jarak dekat. Tapi lama-lama aku mulai curiga, sepertinya salah satu kalkun tidak menyukai keberadaanku. Dia mulai mendekat, berkokok dan menunjukkan gelagat seperti hendak menyerang. Waduh ... minimnya pengetahuanku tentang unggas ini membuatku memilih menghindar.


Eee lha dalah, kalkun ini terus mengikutiku. Aku menyeberang jalan, dia ikutan. Aku menjauh, dia tetap ikut. Ampun dah. Untung saja kondisi sekitar lagi sepi, jadi tidak ada yang mengamati tingkah lakuku yang canggung dan aneh. Campuran antara takut, bingung dan malu :)

Sekitar 5 menit aku memilih untuk duduk di trotoar sambil menunggu kalkun itu menjauh dari motorku. Ketika kondisi mulai terlihat aman, aku segera mengambil motor dan ngacir ... jiah, pagi-pagi sudah sedikit olahraga gara-gara kalkun.

#turkey #street #indonesia

Kemarau Panjang Berdampak Pada Situ Parigi


Kangkung dan berbagai jenis rumput tumbuh subur hingga di tengah Situ Parigi.

Pagi ini mendadak aku pengen main sebentar ke Situ Parigi seusai mengantar istri ke stasiun untuk berangkat kerja. Cuaca cerah, jalanan juga tidak terlalu macet sampai di danau buatan itu masih belum terlalu panas. Agak heran melihat rerumputan makin menguasai danau dan airnya terlihat makin dangkal.


Awalnya aku sempat geregetan melihat beberapa batang pohon dipangkas dahannya sehingga sekitar danau tampak lebih gersang. Tapi aku mulai lega melihat ada beberapa pohon baru ditanam di tepi danau, kebanyakan sih pohon mangga. Lumayan, ada gerakan penghijauan yang dilakukan. Entah apakah dari pemerintah daerah atau swadaya masyarakat, aku tidak berhasil menemukan beritanya di internet.


Ternyata dampak kemarau panjang tahun ini (meskipun rasanya lama waktu kemaraunya sih masih kurang dari 6 bulan) cukup terlihat di danau ini. Sebagian besar wilayah danau tampak kering, padahal terakhir kali aku ke sini genangan air masih sedalam sekitar setengah meter lebih.

Eh, kok ada pagar bambu sampai di tengah danau itu, buat apa ya?


Sepertinya belum lama ada aktivitas pelestarian di sekitar danau, setidaknya tampak mulai banyak ditemukan tempat sampah seperti ini di beberapa sudut. Masih tampak baru dan kinclong. Selain itu juga ada beberapa bangku taman yang masih bagus catnya, cerah dan warna-warni. Kalau dilihat dari stiker yang tertempel di tempat sampah itu, kayaknya ada kaitannya dengan peringatan Hari Air Sedunia.


Gethek dan perahu saat ini tidak bisa difungsikan, lha wong airnya gak ada, seret! Jalan kaki aja dah cukup untuk menuju "pulau" di tengah danau.


Surutnya air danau membuat sampah tampak menumpuk di permukaan danau, dan juga di bagian bawah bendungan. Sampah segini banyak, dan sebagian besar sampah non organik, sumbernya darimana ya? Perlu ada sosialiasi intensif ke warga sekitar danau (termasuk warga perumahan elite di sekitarnya) agar tidak membuang sampah di sungai atau danau. Bisa?

Mungkin perlu dicoba pasang spanduk "Membuang Sampah Sembarangan Adalah Perbuatan Komunis dan Kafir" hehehe ... lebay sih :)

Sketsa Pagi di Jembatan Situ Parigi


Seorang pria paruh baya berjalan melintasi jembatan di ujung Situ Parigi, membawa karung seperti pemulung. Meskipun tidak ramai, tapi aku perhatikan banyak juga orang yang lalu lalang di tempat ini di pagi hari.


Beberapa kali aku jumpai anak sekolah berjalan kaki, ada  yang sendiri, berdua dan kadang rombongan melintasi jembatan yang hanya selebar satu meter. Cukup untuk dilewati motor, tapi kalau pakai motor ya lebih enak lewat jalan biasa di sebelahnya (tempat aku mengambil gambar ini).


Satu hal yang membuatku tertarik adalah masih adanya rombongan anak sekolah yang berjalan kaki saat berangkat. Padahal sekarang kebanyakan mereka diantar-jemput dengan kendaraan bermotor, khususnya yang ada di kota besar, dan kalau sudah SMP-SMA malah sering yang naik motor sendiri. Jarang aku melihat anak-anak yang bergerombol naik sepeda atau jalan kaki. Padahal sangat menyenagkan kalau bisa berangkat dan pulang sekolah bersama-sama, meskipun harus jalan kaki.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...