10 March 2005

Return To Indonesia



Hari ini kami kembali ke Indonesia, melalui bandara Fukuoka menuju Denpasar, Bali. Dengan waktu yang cukup terbatas, kami masih sempat beli oleh-oleh sebentar, malah sempat di-survey juga.



.. Jepang yang bergunung-gunung ...



Pesawat cukup kosong, berbeda dengan waktu kami berangkat. Mungkin karena besok adalah hari raya Nyepi, sehingga praktis penerbangan keluar-masuk Bali akan ditolak, dan wisatawan juga tidak bisa bebas menikmati pulau Bali.



... tiba di Bandara Ngurah Rai, kembali merasakan panasnya negeri khatulistiwa :)

09 March 2005

Going to work



Berangkat kerja pagi-pagi ..
Udara di Iizuka sudah cukup sejuk, tidak terlalu dingin seperti di Tokyo.

08 March 2005

Room of Single :)



Yah, beginilah kamar bujangan ... tempat tinggal Juli dan Rofiq di Iizuka, tempat aku menginap. Jadi berasa seperti di Indonesia aja :))



... si Juli dan gantungan jemurannya :))

Welcome to Iizuka



Tujuan terakhir kami adalah Iizuka. Dari Osaka kami berangkat ke Fukuoka menggunakan shinkansen. Pas nyampe dan pengen motret shinkansen, aku baru sadar kalau ternyata memori card tertinggal di Osaka, waktu semalam memindahkan foto ke laptop :(



... dari Fukuoka kami naik kereta api ke Iizuka, perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Lamanya perjalanan tidak terlalu terasa, karena kereta yang nyaman dan pemandangan yang cukup indah.



... melintasi pedesaan menuju Iizuka, dengan perbukitan di kanan-kiri jalan ..



Aku diminta pak Iwan untuk menghubungi Pak Siboro. Agak grogi juga, pertama kali pakai telpon umum di Jepang :)

Mt. Fuji



Wuih, akhirnya bisa motret gunung Fuji yang terkenal dengan cukup jelas. Kebetulan dalam perjalanan Tokyo-Osaka melintasi samping gunung ini, dan pesawat yang cukup sepi memungkinkan kami untuk motret dengan leluasa dari dalam pesawat.

07 March 2005

One day in Osaka



Menunggu ... di dekat stasion Umeda, Osaka.

Sepanjang hari ini kami ada di Osaka. Pertama bertemu dengan Konda, kemudian ke kantor Dynax cabang Osaka. Selain itu, kami manfaatkan untuk jalan-jalan karena Pak Iwan sudah tidak ada janji bertemu orang lain lagi di tempat ini.



.. salah satu sudut kota Osaka ...



Pak Iwan bertanya ke bagian informasi, menanyakan lokasi pusat penjualan komputer yang terdekat di daerah Namba. Katanya di situ banyak benda elektronik yang murah, termasuk pernak-pernik komputer.



Namba Park, salah satu pusat keramaian di Osaka, menjadi tujuan kaum muda-mudi untuk berbelanja.



Pak Iwan sedang mendengarkan penjelasan dari petugas informasi tentang halte bus antar kota yang paling dekat dari tempat tersebut.
Aku benar-benar salut dengan petugas informasi ini, selama 15 menit lebih dia mencari informasi tentang lokasi halte terdekat, agar bisa memberikan informasi yang cukup rinci. Benar-benar disiplin dan profesional, meskipun cuma sebagai petugas informasi.



... the blue lights ... menambah keindahan malam di kota ini.

Public Clocks in Osaka



Di Osaka aku nemuin dua jam yang cukup unik, karya-karya eksterior modern yang menarik.

Haneda Airport



Hari ini ada jadwal bertemu calon partner di Osaka, yang cukup jauh dari Tokyo. Jadwalnya jam 10 pagi, jadi harus berangkat subuh. Semalaman mencari alternatif transportasi, dari bis hingga sewa mobil ternyata gagal, akhirnya naik pesawat. Untuk penerbangan domestik, digunakan bandara Haneda, sementara penerbangan internasional menggunakan bandara Narita.

06 March 2005

Wandering Alone in Fuchu



Wah, hari ini terjadi musibah. Sebenarnya aku diajak Pak Iwan bertemu dengan rekan bisnisnya di suatu tempat. Namun karena satu dan lain hal, berangkat terburu-buru, padahal orang Jepang tidak suka kalau terlambat. Sebenarnya aku sudah siap menunggu Pak Iwan di atas, sementara beliau bersiap-siap. Namun karena aku ada di ruangan khusus, aku gak mendengar waktu Pak Iwan memangil-manggil dari bawah. Karena terburu-buru, akupun ditinggal.

Aku sempat bingung sendirian di dalam. Karena bosen, aku milih keluar, kebetulan pintu bisa dibuka dari dalam, cuma tidak bisa dibuka dari luar tanpa kunci. Akibatnya aku tidak bisa lagi masuk ke kantor itu dan harus menunggu Pak Iwan kembali, apalagi aku gak punya nomor telpon yang dibawa pak Iwan.

Tapi dengan kejadian ini, justru aku bisa bebas sendirian jalan-jalan, dan cukup banyak hal menarik yang kutemui.



Beberapa anak (mungkin anak SD) bermain bola di taman. Mereka datang dengan bersepeda. Kalau diperhatikan, tempat itu seperti arena pertunjukan, mungkin dalam acara tertentu sering dijadikan panggung hiburan :).



Ibu dan anak perempuannya sedang bermain bulutangkis di taman, mengisi hari libur dengan rekreasi yang menyehatkan.



Di Jepang, permainan baseball sangat populer, seperti halnya permainan sepakbola di Indonesia.



Ada gereja Katolik di kawasan ini, persis bersebelahan dengan lapangan baseball. Waktu aku lewat sih sudah sepi, mungkin ibadahnya sudah berakhir.



Bunga di tepi jalan, yang sudah mekar menjelang datangnya musim semi. Atau jangan-jangan dia mekar selama musim gugur.



Mau gak mau aku harus beli kaos tangan ini, karena udara masih cukup dingin, bahkan dalam cuaca yang sangat cerah, apalagi kalau malam.



Sayang sekali sepeda yang ada di samping kantor Dynax itu terkunci. Kalau tidak, pasti aku bisa jalan-jalan lebih jauh lagi berkeliling kota Tokyo.
Di Tokyo masih cukup sering menemukan orang menggunakan sepeda, hanya saja mereka menggunakan trotoar sebagai jalur sepeda juga.



Jalanan yang lengang, rapi, asri dan bersih. Udaranya juga terasa bersih, pokoknya nyaman deh buat jalan-jalan.



Ah, istirahat dulu. Mumpung sepi dan ada tempat yang cukup nyaman dan pas untuk membuat self-portrait. hehehe ..





Sekelompok ibu-ibu sedang memainkan alat musik tradisional dan menggunakan taman sebagai tempat berlatih. Alat yang seperti gitar kecil itu namanya samisen.
Karena kadang gerimis turun, mereka sering terpaksa berpindah tempat.



Ini bukan pohon sakura, meskipun mungkin mirip, apalagi bunga ini juga belum ada daunnya sehabis musim dingin. Kalau gak salah ini tergolong jenis bunga choya.



Entah apa yang dimainkan oleh ketiga bocah itu, mojok di tepi kolam yang sedang kering. Melihat mereka aku jadi teringat permainan gameboard yang telah kukenal sejak kecil. Tapi kusangka mainan mereka pasti lebih canggih dibandingkan mainan yang kukenal waktu kecil dulu.



Seorang wanita sedang mengajak anjingnya jalan-jalan sepanjang taman. Entah apa jenis anjing ini, tapi kata Yohan, perawatan untuk anjing ini cukup mahal.



Patung musisi yang cukup cantik, makin melengkapi keindahan taman kota tersebut.



... kran air siap minum...
Di Jepang orang terbiasa minum air langsung dari kran karena katanya sudah cukup higienis.



Biasanya kalau di kota, masalah waktu jalan-jalan adalah kalau lagi kebelet dan pengen buang air. Tapi di sini gak masalah, karena di taman tersedia WC umum yang bersih dan nyaman.



Dua gadis sedang menikmati makan siang, di tengah taman yang cukup sepi dan sejuk, suasana yang cukup pas buat refreshing di hari Minggu.



Seorang kakek sedang bermain lempar-lemparan :), nampaknya asik juga. Selain sehat, juga melatih ketelitian dan ketepatan.

05 March 2005

Street Musician



Dalam perjalanan pulang dari Shinjuku ke Fuchu (sendirian lho ... hehehehe), agak heran mendengar lantunan musik di dekat stasion. Ternyata ada seseorang sedang menyanyi dengan iringan gitar. Entah dia pengamen atau bukan, namun kok rasanya gak ada tempat buat naruh uang. Sementara dua orang di depannya aku juga gak yakin apakah mereka teman atau sekedar orang yang menikmati musiknya.

Visiting Shinjuku



Hari ini mampir di Shinjuku, ada beberapa orang yang ingin ditemui Pak Iwan. Namun karena datang lebih awal, kami jalan-jalan dulu di balaikota, pusat pemerintahan kota Tokyo.



Nampaknya tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata. Sebagai kantor pemerintahan, kok rasanya tempat ini jauh dari nuansa ekslusif, berbeda dengan kantor berpagar tinggi yang sering kutemui. Mungkin karena lokasinya menyatu dengan areal perkantoran dan perbelanjaan .. mungkin :)



.. dan seperti biasa, tempatnya bersih dan rapi.



Ketemu dengan Shino (tengah) dan Komatsu (kiri). Shino pernah kuliah di UI mengambil sastra Indonesia, dan cukup akrab dengan artis Dian Sastro. Sementara Komatsu berniat memulai bisnis tenaga kerja, dan tertarik untuk menyalurkan tenaga kerja Indonesia ke Jepang.



Karena pak Iwan ada pertemuan reuni sekolah bisnisnya, aku memilih jalan-jalan sendiri di sekitar gedung balaikota Tokyo, daripada bengong di pertemuan yang pasti ngobrolnya bahasa Jepang doank.
Di sini bisa puas berfoto ria, termasuk berfoto diri :)



... bbrrrerr, dingin amat anginnya, padahal dah pakai jaket tebal.
Di belakang tampak sepasang muda-mudi sedang berlatih menari, atau semacam drama.



.. eksterior yang cukup modern di salah satu sudut Shinjuku, tersusun dari batubata.

At Ueno

Hari ini bangun agak siang, dan kantor sepi karena hari libur. Rencananya ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi (untuk bertemu calon rekan bisnis), seperti ke Ueno dan Shinjuku.



Dalam perjalanan ke stasion kami melewati taman yang cukup asri. Beberapa tanaman sudah mulai memunculkan warna musim semi sehingga tampak menarik...



... dan banyak burung dara di taman tersebut.



Di stasion Fuchu. Meski tidak mengalami hujan salju, namun aku masih bisa melihat salju secara langsung. Gundukan putih di sebelahku itu adalah salju yang turun beberapa hari sebelumnya. Aku cukup beruntung, di penghujung musin dingin ini masih bisa merasakan salju di Tokyo :)



Di Ueno kami menemui rekan Pak Iwan, yang kedua-duanya bukan orang Jepang asli. Sang suami keturunan China, sedang istrinya dari Bandung :).



Sedang ada promosi pariwisata di Jepang bagian utara, menyambut datangnya bunga sakura, yang katanya cuma berlangsung 2 minggu di awal musim semi. Cherry blossom, istilah bule-nya.



Makan siang di restoran yang murah-meriah, untuk ukuran Jepang (yah, meskipun untuk ukuran Indonesian masih agak mahal, apalagi buat mahasiswa). Semacam restoran plasmanan, dan di sini juga tersedia bermacam sushi, daging/ikan segar mentah :)
Menu ini lebih dapat dinikmati, dibanding menu jamuan elite waktu di Hiroshima 2 malam lalu.



Keramaian kota terlihat dari restoran. Di bawah jalur kereta, ada biksu dari kuil yang mencari sedekah. Dia hanya berdiri dan diam, tanpa mengganggu pejalan kaki. Tempat di bawah jalur kereta sepertinya pusat perbelanjaan yang murah meriah, sayangnya gak sempat mampir, toh juga gak niat belanja.

Menurut Pak Iwan, Ueno ini semacam daerah pinggiran Tokyo, kawasan yang tidak terlalu elit. Banyak orang asing (imigran) di sini, khususnya dari negara berkembang seperti asia tenggara, asia selatan dan timur tengah.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...