27 June 2015

RIP Feri - Satpam Komplek


Minggu siang ada kabar dari grup whatsapp bapak-bapak komplek tentang meninggalnya salah satu personel satpam. Penasaran, aku segera menuju ke pos satpam untuk memastikan kabar itu, sekaligus penasaran satpam mana yang meninggal. Nama Feri agak asing bagiku dan ternyata benar, dia adalah satpam yang belum lama bergabung, yang selama ini tampak pendiam. Karena rumah sakit tempat jenasah disemayamkan tidak jauh dari rumah, aku bareng salah satu satpam datang ke rumah sakit itu. Di sana sudah ada ibu angkat dari Feri, seorang ibu berjilbab yang duduk mengenakan baju batik.


Dari sini aku juga baru tahu kalau ternyata Feri yatim piatu dan tidak punya kerabat dekat. Dia tinggal menumpang orang lain, dan sudah lama menderita penyakit hepatitis yang menyebabkan komplikasi. Penyakitnya sudah cukup parah dan sepertinya warga kurang begitu paham kondisinya. Dengan keadaan ekonomi yang bisa dibilang miskin, wajar kalau dia mengabaikan penyakit itu. Seorang tetangga pernah mengajaknya berobat di klinik gereja dan dari situlah diketahui penyakitnya, tapi sayangnya tidak ada pengobatan intensif yang dilakukan. Meskipun sebatang kara, tapi ternyata dia punya banyak teman yang cukup peduli dan hadir dalam pemakamannya. Beberapa orang dengan sigap mencari tempat pemakaman yang mau menerima warga "asing", karena sebagian besar tempat pemakaman umum di Jakarta hanya menerima warganya sendiri, yang punya KTP dan KK setempat.


Sebelum dimakamkan, jenasah dimandikan dan disholatkan di mushola komplek yang ada di blok G. Wah, aku malah baru tahu kalau tempat itu ternyata mushola, aku pikir tempat ngumpul anak-anak kecil doang. Aku datang sebentar sebelum jenasah mulai dimandikan, siapa tahu ada yang bisa aku bantu, seperti menyiapkan perlengkapan dan sebagainya. Tapi setelah pemandian jenasah dimulai, aku pulang.

Aku tidak mengenal dekat dengan almarhum, tidak seperti dengan satpam-satpam lain. Selama ini dia tampak pendiam, malah jarang senyum. Sedikit obrolan yang pernah aku lakukan dengannya adalah ketika dia mengomentari kucingku yang mengikutiku saat bepergian. Sejak itu dia mulai tersenyum setiap berpapasan denganku. Kemarin aku masih sempat melihatnya bertugas meskipun hanya tampak tiduran di pos jaga.

Selamat jalan kawan, penderitaanmu sudah berakhir, tenanglah engkau di sana.

24 June 2015

Situ Pondok Jagung


Matahari pagi bersinar cerah, terlihat dari balik pepohonan di sekitar Situ Pondok Jagung atau Situ Rawa Kutuk. Setelah sebelumnya aku gagal menemukan danau ini, akhirnya pagi ini ketemu juga. Karena gagal mencapai danau ini dari jalan Pondok Jagung atau jalan Rawa Kutuk, aku coba jalur lain yaitu melewati komplek Regency Melati Mas. Memang menurut peta sih lokasi danau lebih dekat dari komplek ini, sayangnya dulu aku tertipu dengan nama jalan yang sama dengan nama danau. Lokasi danau persis di belakang kantor kecamatan, dan bisa dimasuki dari jalan di samping gedung dinas pemadam kebakaran. Awalnya aku sempat ragu karena seperti jalan buntu, tapi coba cuek dan melaju terus dan ternyata ketemu.


Saat ini sedang ada proyek pemeliharaan berkala bukan dari pemkot Tangsel melainkan langsung dari Kementrian PU & PR dengan dana dari APBN. Menurut keterangan yang  sih proyek ini dimulai tanggal 12 Juni 2015 selama 150 hari dan menelan biaya 3,69 milyar rupiah. Syukurlah, ternyata pemerintah masih peduli dengan keberadaan tempat resapan air seperti ini. Padahal danau ini sudah terkepung oleh beberapa perumahan mewah seperti perumahan Alam Sutera, jadi harga tanah pasti sudah cukup melambung.


Ada dua alat pengeruk yang berada di lokasi. Karena baru saja dimulai, belum banyak perkembangan yang tampak. Sebagian besar danau bisa dibilang sangat dangkal dan penuh dengan sampah, terutama sampah berubah batok kelapa. Aneh juga, padahal kan gak banyak pohon kelapa di sini. Pokoknya kumuh banget lah.


Di bagian selatan masih ada sedikit areal yang tergenang air, ya mungkin cukup dalam. Tapi selain itu, isinya lebih mirip rawa-rawa dengan banyak tumbuhan di atasnya.


Kebanyakan adalah tumbuhan liar sejenis pakis, menghampar jauh hingga ke ujung di jalan Rawa Kutuk. Kita tunggu saja sekitar 6 bulan lagi apakah ada perubahan yang berarti di danau ini, semoga makin lestari dan indah.


Sebelum pulang aku mampir sebentar di warung yang jualan nasi kuning. Harganya sedikit lebih mahal dari nasi kuning yang biasa aku beli (9000 dibanding 7000, kalau pakai telor jadi 12000), tapi rasanya tidak mengecewakan.

22 June 2015

Pemancingan Ditutup


Ini pertama kalinya aku motret areal (bekas) pemancingan di samping perumahan dari sebelah timur. Selama tempat pemancingan ini masih aktif aku agak enggan untuk masuk, sedangkan akses dari arah barat (dari perumahan) sengaja ditutup. Seingatku, saat air sungai meluap, kolam ini akan kebanjiran dan banyak orang dengan semangat memancing ikan di sana, tanpa bayar tentunya.


Sudah lebih dari satu bulan tempat ini ditutup. Sewaktu masih menjadi pemancingan umum, tiap hari Rabu, Sabtu dan Minggu pasti ramai pengunjung. Sekarang sepi, meskipun kolamnya masih ada. Kabarnya tempat ini akan diganti menjadi pabrik tahu, waduh! Waktu aku tanya ke pak RT soal penutupan tempat pemancingan ini, katanya karena kontraknya sudah habis.


Minggu lalu pak RT melakukan "amal", sengaja menyebar ikan lele ke kolam tersebut dan mengundang teman-teman, termasuk warga perumahan untuk memancing bersama, gratis. Anak-anak kecil yang sudah memasuki masa libur sekolah juga ikut mancing dengan gembira. Salut buat pak RT yang dermawan.


Di samping kolam, pinggir sungai, ada deretan pohon bambu kuning. Ternyata di atasnya banyak burung pipit bertengger. Sayangnya aku lagi gak bawa kamera yang bagus, jadi tidak bisa mendapat foto burung yang bagus.

19 June 2015

Kecambah dan Cangkang Telur


Kalau gak salah, jaman SMP (atau SMA ya?) dulu pernah ada praktikum biologi yang melibatkan kecambah kacang hijau. Ya praktiknya simpel sih, cuma disuruh mengamati pertumbuhan kacang hijau dari benih sampai bertunas, cukup dengan meletakkannya di atas kapas basah.


Selanjutnya aku baca di internet tentang beberapa manfaat cangkang telur, terutama karena dia mengandung kalsium, duh lupa linknya dimana. Salah satunya adalah untuk menumbuhkan benih. Terinspirasi dari dua hal itu, aku iseng aja bikin eksperimen ini, meletakkan biji kacang hijau di atas kapas basah dan aku letakkan di cangkang telur yang sudah kosong.


Seingatku cuma butuh waktu 2 hari saja biji kacang hijau itu langsung tumbuh, menjadi kecambah. Karena aku letakkan di luar rumah, tiap hari aku perlu "menyiraminya" agar kapas tetap basah. Ternyata pertumbuhan awalnya termasuk cepat. Dalam empat hari, batangnya sudah tumbuh sepanjang ini.


Lumayan juga bisa jadi objek foto-foto iseng di depan rumah :)
Awalnya istriku merasa aneh dengan benda ini sehingga dia menyingkirkannya, untung masih di sekitar taman di teras.


Setelah cukup puas dengan eksperiment pertama ini, aku coba menanam tunas ini ke tanah. Siapa tahu bisa tumbuh cepat dan bisa panen kacang hijau hehehe ...


Sepertinya lain kali coba eksperimen dengan benih lain yang lebih banyak. Ngumpulin ide dulu, sambil mencari waktu luang yang ada :)


10 June 2015

Mendung Yang Menambah Keindahan Pagi


Matahari pagi seperti terlambat terbit karena terhalang oleh mendung di ufuk timur. Perlahan tapi pasti, sinar pagi tampak semakin terang menerangi pagi yang dingin. Hujan yang turun kemarin masih menyisakan udara dinginnya di daerah Pondok Aren yang biasanya panas menyengat.


Meskipun langit tampak mendung, tapi perhatikan tidak akan turun hujan dalam waktu dekat, makanya pagi ini aku luangkan waktu untuk jalan-jalan, pakai motor. Karena bingung mau kemana, aku melaju saja ke arah Graha Bintaro, terus mutar ke arah Parigi Baru, melewati Vihara Siddharta.


Di salah satu sudut Jalan Manungga, dapat spot yang lumayan menarik untuk menikmati matahari pagi. Ada tanah kosong yang tidak terlalu kumuh dan menghampar tannpa halangan pepohonan ataupun perumahan. Meski ada sedikit sampah, tapi tidak terlalu mengganggu.


Dari tempat ini bisa kelihatan menara Masjid Bani Umar, sayangnya masih tampak terlalu jauh. Aku sudah coba cari tempat-tempat lain yang lebih dekat ke masjid unik itu, sayangnya tidak menemukan tempat pas. Agak sulit karena sekeliling masjid itu sudah penuh dengan pemukiman warga, sehingga pandangan selalu terhalang pepohonan ataupun perumahan.


Bunga ini adalah bunga liar yang dulu sering aku lihat di desa. Sepertinya bunga ini tidak terlalu bernilai komersial, soalnya jarang aku lihat bunga ini ada di taman atau dijual. Mungkin karena tanamannya kurang bagus meskipun memiliki bunga yang cukup menarik kalau dilihat dari dekat. Mungkin juga karena terlalu mudah tumbuh di tanah liar, entahlah. Mungkin belum waktunya saja hehehe...


Nah kalau ini di lokasi yang sering dipakai untuk offroad, sebelah timur dari Masjid Bani Umar. Ini juga spot yang menarik untuk menikmati matahari terbit, karena pandangan ke arah timur tidak ada halangan selain beberapa kabel listrik. Tapi yang membuatku menarik kali ini adalah burung-burung liar yang bermain di rerumputan. Aku hanya sempat memotret satu burung ini, yang tampak sedang asyik makan sementara teman-temannya sudah terbang menjauh waktu melihatku datang.


Awan mendung di langit sudah mulai terurai, tidak terlalu pekat, dan membentuk awan yang lembut seperti hamparan kapas. Langit yang sama, dengan gumpalan-gumpalan awan ini juga terlihat di kota Jakarta, soalnya salah satu temanku memposting foto-foto langit pagi ini di facebook, dengan pemandangan awan seperti ini. Indahnya pagi ini!

07 June 2015

Ladang di Tengah Kota


Di Jakarta masih ada lahan-lahan kecil yang dimanfaatkan sebagai ladang untuk menanam sayuran atau bunga. Salah satunya aku jumpai di Meruya, Jakarta Barat.


Tapi biasanya ini terjadi bukan di tengah kampung melainkan di pinggir perumahan besar. Kadang-kadang ada kavling yang belum diisi dan dibiarkan kosong oleh pemiliknya, kemudian ada warga (entah atas ijin yang punya atau tidak) mengelola lahan itu. Kenapa jarang terjadi di kampung? Soalnya kalau di kampung pasti sudah dibuat rumah petak untuk dikontrakkan, ampe empet-empetan, pokoknya cari duit sebanyak-banyaknya.

Fogging


Beberapa warga menyaksikan aktivitas pengasapan yang diadakan minggu pagi ini di seluruh lingkungan perumahan. Sudah adanya 3 anak yang terkena DBD membuat pengurus RT bertindak cepat, salah satunya dengan melakukan pengasapan ini.


Adanya teknologi informasi dan jejaring sosial membuat komunikasi dan koordinasi warga menjadi cukup mudah, salah satunya dengan adanya grup di BBM atau Whatsapp. Kali ini pak RT tinggal memberi pengumuman ke (sebagian) warga terkait rencana pengasapan, juga iuran yang akan ditarik dari setiap warga untuk kegiatan ini. Meskipun cara penarikan iuran masih dilakukan door-to-door oleh security, tapi setidaknya informasinya sudah diterima (sebagian besar) warga terlebih dahulu.


Pak RT menawarkan ke tiap warga apakah akan di-fogging sampai ke dalam rumah atau cukup di luar saja. Aku memilih cukup di luar saja, soalnya repot kalau sampai masuk ke dalam, harus mengamankan kucing-kucing terlebih dahulu.

Sebenarnya pengasapan ini tidak terlalu efektif untuk membasmi nyamuk karena makin lama nyamuk makin kebal. Paling-paling kecoa-kecoa pada mabok dan berkeliaran keluar dari sarangnya hehehe... Tapi aku rasa bukan berarti tindakan ini sia-sia, setidaknya ada usaha, dan meskipun sedikit pasti ada manfaatnya. Semoga!

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...