23 December 2018

Penyerahan Anak El & Fe


Berangkat ke gereja pagi ini, Eyang Kakung sudah bisa berjalan sendiri tanpa menggunakan kursi roda, meski perlahan. Perkembangan yang cukup menggembirakan, karena artinya beliau bisa ikutan jalan-jalan meskipun tidak boleh terlalu melelahkan.


Hari ini dilakukan acara pemberkatan penyerahan anak untuk El dan Fe sekaligus, mengingat di GBI tidak mengenal adanya baptis anak. Seharusnya untuk El dijadwalkan tahun lalu, tapi gagal total karena dia sama sekali tidak mau masuk ke dalam gereja, dan memilih berkeliaran di luar. Kali ini, mungkin memang sudah waktunya, dia mau masuk ke gereja, meskipun dengan alasan bermain. Kebetulan ada anak yang membawa mainan yang menarik perhatian El, sehingga El sempat cukup lama betah di dalam gedung. Saat namanya dipanggil, aku segera menggendongnya dan dia tidak terlalu memberontak - meskipun harus dengan "tumbal" membawa mainan temannya itu. Untung sang anak rela meminjamkan mainannya, dengan sedikit paksaan dari orangtuanya yang pengertian.

Saat didoakan oleh Pak Pdt. Yosia, El anteng aja dalam gendongan, sementara Fe penasaran ingin menarik-narik tangan pak pendeta hehehe.

Semoga kalian berdua nanti bisa jadi saluran berkat yang luar biasa bagi Tuhan, memancarkan kasih dan cahaya Kristus sepanjang hidup kalian, mencintai Tuhan dan selalu hidup dalam pengenalan dan kasih Tuhan.


Selesai acara pemberkatan itu, El langsung beranjak keluar gereja. Sempat nimbrung sebentar di kumpulan anak-anak sekolah minggu yang sedang asyik makan es krim. Selanjutnya El minta jajan - baik mainan atau makanan - yang dijual di sekitar gereja.


Selamat hari Minggu!

PS: ini satu-satunya aktivitas luar ruangan bersama-sama dalam liburan kali ini. Setelah ini, kami semua "tumbang" dan menghabiskan liburan di rumah saja.

22 December 2018

Tidak Sabar Menunggu Kereta


El tanpak gelisah setiap kali ada kereta api yang lewat, dan berhenti di St. Gambir. Dia sudah sangat tidak sabar ingin naik kereta, sehingga setiap ada kereta berhenti ingin dimasuki. Dari posisi berdiri, duduk, ngesot hingga guling-guling saking ingin segera masuk kereta, dikasih tahu tidak mau mengerti juga.


Meski sudah memasuki masa liburan, tapi tidak terlalu tampak kepadatan di St. Gambir, seperti yang terlihat di ruang tunggu paling atas ini. Meski demikian, tiket kereta sudah terjual ludes. Bahkan saat masih menunggu di loby, aku sempat ketemu Rouf, teman SMA yang akan pergi ke Jogja dengan kereta yang sama dengan kereta yang aku pakai ke Kediri - yang jelas harganya lebih mahal ketimbang tiket kereta Jakarta - Jogja. Sayangnya aku gak sempat ngobrol banyak dengan temanku itu, padahal sudah cukup lama tidak bertemu. Aku di gerbong 8, sementara dia ada di gerbong 3. Agak sulit buatku bepergian karena harus mengawasi dua bocah.


Ini pertama kali bagi Fe untuk bepergian dengan kereta api - terutama bepergian dari jarak jauh. Aku sempat kuatir kalau dia bakal seperti El dulu ... tidak mau diem, pengennya diajak jalan-jalan terus, apalagi mengingat Fe juga sudah bisa merangkak. Untunglah justru sepanjang jalan Fe tampak sangat anteng, nyaman saja dipangku istriku sepanjang perjalanan.


Sementara El? Masih tidak bisa duduk diam di bangkunya. Meskipun tidak separah dua perjalanan sebelumnya, tapi El tetap ingin mondar-mandir jalan-jalan sepanjang gerbong, ingin bermain dengan anak-anak kecil yang ada di gerbong yang sama.Masalahnya,El punya kecenderungan "mengambil" mainan dari teman-temannya itu, yang tidak semuanya rela memberinya pinjaman. Sempat dia meminjam mobil mainan, dan terpaksa aku ambil paksa karena pemiliknya menangis :D

Ada satu insiden lumayan memalukan saat El bermain sendiri di bangku kereta. Aku sengaja tidak mengawasinya terlalu ketat, karena paham kemampuan dan kegemerannya, jadi aku awasi saja dari bangku sebelah. Pas dia berdiri di bangku, mungkin karena ada gerakan kereta yang berguncang mendadak, tahu-tahu El terjengkang ke belakang, jatuh di lantai kereta. Penumpang lain terkejut, mungkin was-was. Aku tenang saja, bergegas menggendongnya dan meletakkannya di pangkuanku sambil mengusap-usap kepalanya. El sempat menangis sebentar, tapi segera dia melupakan kejadian itu, dan kembali bermain seperti sebelumnya. Kapok? Tentu tidak.

Sebelum kereta sampai di Jogja, kedua bocah itu sudah tidur.

11 December 2018

Simbah Kangen Cucu Perempuannya


Suatu sore, mendadak dapat kabar mengejutkan dari ponselnya ibuku - dari rumah sakit mengabarkan kalau simbah masuk UGD. Walah ... bukan kali pertama, tapi tetap saja mengejutkan.

Dua hari lalu simbah memang secara mendadak mengatakan kalau ingin ke Jakarta, dan ternyata persiapan sudah dilakukan dan dia pergi cukup mendadak dari Jogja. Kakakku yang mencoba menghubungi pihak bis malam ternyata terlambat karena ibu sudah berangkat. Ya sudah, kami anak-anaknya cuma bisa pasrah.

Pagi ini sebenarnya aku ingin menemui simbah di gereja, tapi kondisi kurang memungkinkan, agak repot menjaga El dan Fe, jadi aku putuskan untuk menunggu saja. Ternyata dugaanku benar, ibu memang akan datang ke rumahku. Hanya saja, dalam perjalanan dia terjatuh di dalam angkot, kepalanya membentur sesuatu dan berdarah cukup banyak. Supir angkot cukup sigap dan baik hati segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Ibu mendapat 7 jahitan di dahi, tapi ya cuma itu, tidak ada masalah lain yang mengkhawatirkan. Malam itu juga ibu bisa pulang.


Aku bisa memahami betapa besar keinginan ibu untuk pergi ke Jakarta. Bosan terus-menerus di rumah, sementara biasanya beraktivitas. Rindu ingin bertemu dengan cucunya paling kecil yang belum pernah ditemui sejak lahir hingga hampir 9 bulan. Tapi alasan utama yang aku lihat adalah beliau ingin menambah pendapatan dengan berjualan di gereja, agar bisa membantu biaya perawatan bapakku.

Meski hanya sebentar dan jarang bisa bermain bersama cucunya, simbah tampak senang.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...