25 October 2014

Nambal Ban


Pulang dari belanja di Pasar Modern Bintaro Sektor 9, mendadak ban terasa kempes pas keluar dari tempat parkir. Wah, bocor kayaknya. Sudah lama sekali aku gak ndorong motor, lha wong memang jarang sekali pakai motor. Seingatku terakhir aku dorong motor karena ban kempes itu sekitar 5-6 tahun lalu di Cikarang. Tapi pengalaman dorong motor akibat ban kempes yang paling berkesan adalah waktu masih kuliah di Bandung, tengah malam ndorong motor bareng Ruben sepanjang jalan Dago.


Untunglah gak sampai sekilo kami dah nemu tempat tambal ban, meskipun harus menunggu agak lama karena tukangnya sedang sibuk mengganti oli mobil pelanggan lain. Gak masalah, daripada capek ndorong lagi, lagipula aku belum terlalu kenal daerah ini jadi gak tahu alternatif tempat lainnya.


Kata tukang tambal bannya, ban luar sudah terlalu tipis. Sayangnya aku lupa nanya apakah bocornya kena paku atau bekas tambalan yang lama terbuka kembali. Soalnya kata Andre memang ban belakang pernah bocor juga.


Daripada bosen nungguin tambal ban, iseng aja motret sana-sini. Salah satunya ya motret kompresor ini :)

16 October 2014

Foodcourt Modern Bertema Klasik


Berhubung ada sedikit waktu buat jalan-jalan, aku mampir bentar di Little India untuk cari oleh-oleh. Sebelumnya aku mampir makan di salah satu foodcourt yang ada di mal City Square, tak jauh dari Mustafa Center. Meskipun sudah beberapa kali aku ke Mustafa Center, tapi aku belum pernah mampir di mal ini.


Tidak terlalu ramai, meskipun aku rasa masih di jam makan malam. Yang agak menarik bagiku adalah dekorasi foodcourt ini, yang notabene adalah Food Republic, mengambil tema suasana jaman kolonial. Kalau diperhatikan dekorasi gedung tiap gerai seperti bangunan yang ada di daerah Chinatown. Pilihan gerai di sini tidak selengkap foodcourt yang ada di Vivo City, mungkin karena pengunjungnya juga gak sebanyak di sana.


Bonus:
Hiasan lampu jalan di sepanjang jalan Serangoon Road dalam rangka menyambut hari Deepavali, salah satu perayaan besar bagi umat Hindu India.


Bonus 2 :
Nah, rupanya di dalam Terminal 3 Bandara Changi juga ada foodcourt, namanya SIngapore Foodstreet. Uniknya, dekorasi gerai di sini juga seperti mengambil dekorasi bangunan-bangunan lama jaman kolonial. Aku gak nyoba makan di sini, karena harganya hampir 2 kali lipat harga di foodcourt biasa (yang ada di basement Terminal 3). Tapi setidaknya tempat ini bisa jadi alternatif kalau kita sudah terlanjur masuk bandara (melewati gerbang imigrasi).

Pembersih Sampah di Sungai Singapura


Kayaknya baru kali ini aku lihat petugas kebersihan sedang melakukan patroli di Sungai Singapura. Dengan kapal kecil mereka mondar-mandir dan mengambil sampah-sampah yang mengapung di sungai.


Kapal ini, sepertinya juga milik petugas kebersihan, menurunkan salah seorang penumpangnya. Sepertinya memang dia itu menumpang di kapal ini, dan diantar ke daerah sekitar Raffles Place.
Oh ya, aku juga baru ngeh kalau ada perubahan dengan pinggiran sungai. Seingatku dulu tepi sungai ada pagarnya dan langsung curam, gak ada semacam tangga batu seperti ini.


Wajar saja kalau pemerintah setempat ingin menjaga sungai ini tetap bersih, terutama di daerah ini, karena tempat ini adalah salah satu tempat wisata andalan. Di seberang sana, katanya, merupakan tempat pertama kali Sir Raffles mendarat di Singapura. Jadinya tempat ini menjadi kombinasi yang pas antara wisata sungai (air), wisata sejarah dan juga wisata kuliner dengan banyaknya tempat makan di sekitar sungai.


Seorang turis tampak juga mengabadikan aktivitas para petugas kebersihan tersebut, termasuk memotret perahu tongkang wisata yang hilir mudik di sepanjang sungai.

Mungkinkah muara sungai Ciliwung disulap jadi tempat wisata seperti ini? Mungkin saja, asal warganya mendukung

#river #cleaning #boat #tourism #singapore #historical #takingPicture #working #water #bay #city

15 October 2014

Sore di Bedok Reservoir


Setelah pantai, sekarang giliran danau (entah asli atau buatan) jadi tempat tujuan untuk refreshing sore ini. Tepatnya di Bedok Reservoir, sebuah areal konservasi air tanah yang cukup luas, dengan taman yang rapi dan menjadi salah satu favorit warga untuk berolah raga. Ada tempat khusus juga untuk memancing, jadi gak bisa mancing di sembarang tempa.


Ternyata lokasi ini juga dipakai untuk berlatih olahraga air seperti dayung. Sebelumnya aku datang pas sudah gelap, jadi gak banyak aktifitas, apalagi waktu itu sedang musim hujan. Kali ini cuaca cerah dan belum gelap, jadi bisa melihat beragam aktivitas di sini.


Meskipun niat refreshing, karena sebenarnya masih jam kerja, aku manfaatkan waktu sejenak untuk mengecek kerjaan dan nyicil kerjaan yang sedang sangat menumpuk. Lumayan juga, sambil menunggu waktu makan malam. Koneksi internet juga lumayan. Cuma gak sempat nyari tempat yang nyaman, jadi seadanya saja diselingi lalu lalang warga yang berolahraga.

Republic Polytechnic


Ini kali kedua kunjunganku ke salah satu kampus di daerah Woodlands, Singapura. Kunjungan pertama kalau gak salah setahun yang lalu, hanya meeting singkat dan aku gak sempat jalan-jalan atau foto-foto untuk melihat sekeliling kampus.


Meskipun kayakna tidak seluas kampus UI Depok, tapi kampus ini cukup luas dan isinya gak cuma gedung. Ada banyak lahan terbuka hijau serta taman yang menarik. Saat kunjunganku kali ini suasana kampus sedang sepi, meskipun tetap ada beberapa mahasiswa yang mondar-mandir, tapi sepertinya kali ini bukan waktunya kuliah. Mungkin sudah masuk liburan atau di akhir semester awal dan menjelang liburan. Mungkin.


Lingkungannya asri, banyak pohon dan banyak kolam hias. Jadi terasa teduh dan adem meskipun cuaca sedang panas. Kantinnya juga banyak, aku amatin setidaknya minimal ada 3 foodcourt (bukan sekedar satu warung). Cuma aku hanya sempat nyobain satu foodcourt saja.

Jadwalku 2 hari meeting di sini, tapi untunglah setiap hari tidak pernah sampai full. Hari pertama aku pulang sekitar jam 4, dan hari ke-2 lebih cepat lagi, sebelum jam 2 sudah pulang.


Di sekitar gedung banyak selasar lengkap dengan tempat-tempat duduk. Bisa buat ngobrol, belajar atau makan bareng. Jadi cukup nyaman untuk istirahat di kampus sambil menunggu jadwal kuliah berikutnya. Seingatku dulu waktu di ITB banyak juga selasar, tapi minim tempat duduk. Jadi kegiatan siswa lebih banyak dilakukan secara lesehan. Entah kalau kampus sekarang gimana.


Hari pertama di kampus ini aku disambut dengan hujan ringan, lumayan adem dan menyegarkan. Padahal di sisi lain, terutama daerah tengah kota, cuaca masih panas terik, dan gerah.


Salah satu tempat parkir sepeda yang rindang dengan bunga-bunga disekitarnya. Tapi herannya kok malah ada yang parkir tidak di tempat yang disediakan, dan di tempat parkir (yang kebetulan ada tempat duduknya) malah dipakai untuk tidur.


Sebelum meninggalkan tempat ini, aku sempat melihat ada sekelompok grup musik yang sedang berlatih. Mereka memainkan musik khas Melayu yang kental nuansa Islami. Sepertinya musik seperti ini juga ada di daerah Sumatera, tapi aku belum pernah tahu. Agak khas, alat musiknya pun sederhana lebih banyak jenis perkusi.

Karena penasaran aku googling sebentar. Ternyata ini grup Wira, yang memainkan kesenian yang mereka mainkan adalah Dikir Barat, kesenian khas Semenanjung Melayu, yang bisa dimainkan dengan atau tanpa alat musik. Biasanya ada satu/dua penyanyi utama, dan beberapa orang yang menjadi pengiring atau penyanyi latar, yang bernyanyi sambil tepuk tangan. Kelompok Wira adalah kelompok Dikir Barat yang beranggotakan pria, sedang yang beranggotakan wanita bernama Endang.


Ternyata kampus Republic Polytechnic di Woodlands ini termasuk kampus baru, diresmikan tahun 2007 oleh Perdana Mentri Lee Hsien Loong. Sementara RP sendiri mulai didirikan tahun 2002.

#campus #singapore #students #diploma #polytechnic #building #park #music #malay #traditional #education

14 October 2014

Mie Kuah Sapi Porsi Jumbo


Seingatku waktu pelayannya tanya apakah porsi small atau medium, aku pesan yang small. Tapi kalau dilihat porsinya, ini sih porsi jumbo. Aku lupa nama kedainya, yang jelas malam ini aku makan di FoodRepublik di Vivo City. Setelah mutar-mutar nyari menu yang cocok, aku pilih menu mi kuah sapi ini aja. Mangkoknya besar dan isinya tidak menipu, benar-benar banyak. Lebih banyak dibanding ramen porso jumbo di Platinum, apalagi dibanding ramen di Ramen-38 yang mangkoknya doang menipu. Harga mie ini juga "cuma" sekitar SGD 5.


Ciri khas foodcourt di sini adalah interior yang dibuat terkesan seperti tempat makan tradisional jaman kolonial. Cuma heran aja, emang dulu ada yang majang sepeda di dinding kayak gitu ya :-?


Nenek ini setiap merapikan setiap nampan dan tempat makan yang sudah kotor. Wajah dan seragamnya benar-benar pas (matching) dengan interior tempat. Jadi saat makan di sini dan memandang petugas-petugas kebersihan yang rata-rata sudah lansia, bagaikan terlempar ke jaman kolonial :D

Salah satu tempat makan favoritku.

#noodle #mie #food #foodcourt #beefnoodle #singapore

Kapal, Kereta dan Kereta Gantung


Sebuah kapal kecil, gak tahu jenis apa, bersiap merapat di pelabuhan Singapura - HarbourFront. Ada beberapa penumpang yang turun dari kapal itu. Sore ini ada sedikit waktu luang, jadi aku nongkrong sebentar di VivoCity berharap bisa menyaksikan sunset di tepi pantai.


Kereta odong-odong versi mall, melaju pelan meskipun penumpangnya cuma satu anak kecil yang ditemani ayahnya. Di kota besar, hiburan seperti inpun tetap menarik minat anak-anak. Sementara di restoran sebelah sana .... #ahsudahlah


Ternyata keinginanku menyaksikan sunset yang dramatis tidak terwujud, karena sebelah barat tertutup dengan awan cukup tebal. Ya sudah, aku nikmati saja pemandangan Singapore Cable Car yang berlalu lalang di atas langit pantai. Sambil mengisi waktu, aku coba merangkum hasil meeting hari ini dan menyimpan ke laptop. Karena mendung juga, sinyal internet juga kurang bersahabat.

#transportation #sunset #ship #boat #train #mall #gondola #sky #cloudy

Sekitar Stasiun Woodlands


Seorang kakek dengan kendaraan listriknya menunggu untuk menyeberang jalan dari arah Admiralty Park di samping kampus RP. Daerah Woodlands adalah daerah di bagian utara Singapura, dan sudah dekat dengan perbatasan Malaysia. Seingatku, beberapa kali aku mampir ke tempat ini selalu pas cuaca hujan. Termasuk hari ini, meskipun udara masih panas, tapi baru saja turun hujan sehingga udara lumayan segar.


Sekitar stasiun Woodlands ada deretan pohon palem di sepanjang jalanan yang ada. Meskipun tidak tampak rindang, tapi setidaknya pohon-pohon itu sedikit mengurangi kegersangan daerah yang masih banyak lahan kosong ini.


Seorang pengendara sepeda menuntun sepedanya saat melintas jalur pejalan kaki yang menghubungkan jalan raya dengan stasiun MRT. Sepertinya khusus di tempat ini pengendara sepeda wajib menuntun sepedanya, dan meskipun jaraknya lumayan panjang, sebagian besar tertib menuntun sepedanya.


Stasiun Woodlands sendiri terintegrasi dengan terminal bisnya. Jadi di bagian atas adalah stasiun MRT, sedang bagian bawah terminal bis. Aku perhatikan ada beberapa tempat yang seperti ini, atau setidaknya tidak berjauhan jaraknya dan terhubung langsung cukup dengan berjalan kaki, seperti di Tampines, Bedok dan Ang Mo Kio.


Tak ketinggalan tempat parkir sepeda, selalu ada di dekat stasiun. Di sini aku perhatikan parkiran sepeda cukup banyak tersedia.


Burung dara, dan tentu saja burung Myna dan gagak, banyak berkeliaran di sekitar stasiun. Apalagi daerah ini masih banyak pepohonan dan juga lapangan rumput yang luas.

12 October 2014

Burung Liar Di Taman Bandara CGK


Taman-taman yang asri dan di dalam lingkungan Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng (CGK) mengundang banyak burung liar untuk mampir dan bermain. Bukan sekedar burung pipit atau merpati, tapi burung-burung yang menurutku agak sulit ditemukan di Jakarta.


Salah satunya burung ini, bulunya tampak tebal dan membuatnya terlihat tambun. Ada beberapa burung seperti ini sedang bermain di taman dekat ruang tunggu Terminal 2, sedang bermain dan membersihkan diri.


PS: foto di sini sedikit diolah dan dipertajam dengan aplikasi Camera360.

#birds #airport #cengkareng #jakarta

Seputar Teras Depan Rumah


Halaman rumah ada sepetak kecil lahan untuk taman, meski sangat kecil, tapi sudah jauh mendingan daripada ga ada sama sekali. Tapi kami belum sempat mengolahnya, karena masih fokus mberesin bagian dalam rumah, dan dana juga masih terbatas. Jadinya sekitar teras depan kami biarkan saja seadanya seperti waktu ditinggalkan oleh pemilik lama.


Sisa-sisa semen, kerikil dan cat masih banyak berserakan di taman. Tapi yang menyenangkan adalah munculnya tunas-tunas tanaman baru, kecil tapi tampak segar. Aku berusaha sebisa mungkin rutin menyirami taman yang gak seberapa ini setiap hari. Minimal biar tanaman yang ada bisa tumbuh, dan syukur-syukur muncul tanaman baru. Biar hemat.


Bunga inipun dulu sebenarnya dibiarkan terbengkalai di lantai atas oleh pemilik lama, sengaja tidak dibawa. Eman-eman, aku bawa saja ke depan dan aku rawat sebisanya. Lumayan, masih tampak segar dan berbunga, memberi variasi warna di taman. Ada beberapa bunga jenis ini yang bisa aku selamatkan dan masih hidup sampai sekarang.


Di sudut taman ada sebatang pohon besar sebagai bagian dari taman. Awalnya aku pikir itu batang pohon mati saja, sekedar pelengkap taman. Tapi kata tukang yang renovasi rumah, itu adalah pohon mangga yang masih hidup. Ternyata benar, di beberapa tempat muncul tunas-tunas baru. Wah, bisa berbuah gak ya, lumayan buat rujakan.


Kucing-kucing rumah selalu ingin keluar rumah karena merasa bosan di dalam. Salah satu aktivitas favorit para kucing saat di luar rumah adalah bermain tanaman, dan memakan rumput.

Ada sisa-sisa kayu yang sengaja masih aku simpan, siapa tahu suatu saat bermanfaat. Tapi jadinya ya membuat teras terkesan berantakan begitu. Belum ada cukup waktu luang untuk membereskannya.

10 October 2014

Fat Straw


Seorang bule menemani dua rekannya yang sedang menunggu pesanan minuman di Fat Straw, Gandaria City. Mereka tampak berbincang dengan asyik, meskipun aku gak paham apa yang mereka bincangkan. Aku sendiri memilih menunggu sambil duduk di pojokan yang ada colokan listriknya :)


Siang ini aku sengaja nunggu di kedai Fat Straw ini, bukan di kedai kopi seperti biasanya. Sekedar nyari alternatif, termasuk nyari yang lebih murah. Kalau di Starbuck atau Coffee Leaf, minimal aku harus merogoh kocek sekitar 30-50 ribu untuk ongkos nongkrong (bonus minuman tentunya). Di sini aku pesan paket minum yang sudah lengkap, harga 28 ribu.


Mungkin alasan dia pakai nama fat "gemuk" adalah karena bentuk cup-nya yang relatif tambun atau bantat, dibanding cup di kedai teh lainnya. Desain tutup cup-nya juga simple dan menarik. Soal rasa, hmm... aku baru nyoba menu andalan mereka, teh susu dengan bobba.


Entah mengapa sinyal bolt maupun xl agak jeblok di tempat ini. Untung ada koneksi wifi yang cukup kencang, hampir 1Mbps dan lancar karena gak banyak pengunjung. Juga aku bisa menebak dengan tepat password wifi di tempat ini tanpa harus tanya ke pelayannya. Sepertinya sudah jadi standard di warung-warung, password wifi selalu pakai nama menu andalannya :)

08 October 2014

Bumbu Instant


Dapat jatah daging kurban dari bu RT, sayangnya istriku lagi berpantang makan daging dan juga gak bakal sempat masak di hari kerja. Jadinya aku sendiri yang masak dan makan sendiri :) Butuh tiga hari untuk menghabiskan daging kambing dan sapi ini, mungkin satu kilo, kurang lebih. Hari pertama aku masak nasi goreng saja. Hari kedua aku nemu bumbu instant ini di Indomaret, bumbu sambal goreng. Rasanya ya lumayan, meskipun jelas beda kalau dibanding bikin bumbu sendiri. Hari ketiga aku masak sop, dengan bantuan teman :) Yang paling mantap ya hari ketiga itu, bumbunya lengkap.

04 October 2014

Bintaro - Depok via Tanah Abang

Beberapa waktu lalu aku sempat menyarankan seorang teman dari Depok untuk datang ke Bintaro naik KRL saja, lebih mudah. Tapi dia memilih naik motor ke Fatmawati dan sambung dengan taksi. Tidak terlalu lama karena kebetulan tidak kena macet. Secara teori, harusnya dengan KRL lebih cepat, waktu tempuh total mungkin cuma sejam lebih dikit. Hari ini aku coba buktikan teori itu.


Kerumunan calon penumpang KRL terlihat di Stasiun Manggarai, terutama untuk calon penumpang menuju Bogor. Aku terpaksa naik kereta dari Manggarai karena waktu menunggu kereta di Tanah Abang, keretanya masih siap-siap di St. Pasar Senen. Pas kebetulan ada kereta ke arah Manggarai, kami naik saja, dengan harapan akan lebih banyak kereta ke arah Depok dari stasiun ini.


Benar juga, gak sampai sepuluh menit kereta dari arah St Kota sudah datang. Meskipun penuh, tapi tidak sampai berjubel seperti pada saat hari kerja di jam sibuk. Memang, secara waktu, kalau kami memutuskan untuk tetap menunggu di St. Tanah Abang, paling beda waktunya 15-30 menit, tapi tadi di St. Tanah Abang calon penumpang sudah sangat banyak :)

Hitungan kasarku, dari Bintaro ke Tanah Abang sekitar 20 menit. Tanah Abang ke Manggarai sekitar 5 menit. Sedang Manggarai ke Kampus UI Depok sekitar 20 menit juga. Jadi harusnya total waktu gak sampai sejam, atau kalau hitunganku meleset, ya tetap saja cuma sejam lebih sedkit, gak sampai 1.5 jam. Masalahnya adalah waktu tunggu kereta yang tidak pasti, membuat perjalanan bisa memakan waktu selama 2 jam :)


Perjalanan pulang sedikit lebih cepat. Karena kami ingin langsung naik kereta yang ke arah Tanah Abang, kami harus menunggu kereta yang dari Bogor kurang lebih 15 menit. Saat menunggu, ada 2 KRL dari Depok ke arah Kota yang sudah melintas. Sebenarnya frekuensi KRL Jakarta - Depok ini terbilang cukup sering, kalau pas normal, paling 5 menitan. Tapi tetap saja penumpangnya penuh.

Sampai di St. Tanah Abang, sudah ada kereta jurusan Parung Panjang yang siap berangkat. Kami sudah pasrah saja, berjalan santai karena niat untuk naik kereta berikutnya. Ternyata kereta itu gak segera berangkat. Jadi meskipun sudah sangat penuh, kami putuskan untuk naik kereta itu, toh cuma 20 menit ini. "Sudah biasa", kata istriku. Jadi waktu tunggu saat kami pulang lebih cepat dibanding saat kami berangkat. Alhasil perjalanan pulang tidak sampai memakan waktu 1.5 jam.

#train #station #commuterline #jakarta #krl #transportation #waiting #people #snapshot #railway

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...