30 September 2013

My Food Pics @ September 2013

Kepikiran membuat post berisi foto-foto makanan yang aku potret selama sebulan. Aku tidak terlalu sering memotret makanan, hanya saat kurasa cukup istimewa atau lagi benar-benar iseng saja. Karena tidak banyak, jadi postingnya dirapel juga :)


Mencoba menu kambing di Pepper Lunch Central Park, kebetulan lagi ada sedikit promo. Rasa karinya enak, tapi aroma kambingnya masih sedikit menyengat meskipun tidak terlalu mengganggu.


Nah, yang diatas steak di Waroeng Steak yang murah meriah di Jl. Kebayoran Lama. Sejak pindah kontrakan jadi jarang mampir ke sini karena jauh. Sebenarnya ada cabang yang dekat, tapi kalau dijangkau jalan kaki atau naik angkutan umum cukup melelahkan juga. Pas lagi ada perlu dekat sini, mampirlah buat makan siang.


Yang ini bukan makanan utama, cuma jeruk nipis pelengkap makan soto madura di samping Tomang Tol. Pas iseng sambil nunggu penjualnya mempersiapkan makanan.


Steak yang satu ini daging import jadi harganya juga bisa 10x lipat steak daging lokal. Makan di Rustiq Plaza Senayan karena ada acara kantor saja, lumayan bisa mencicipi makanan mahal. Soal rasa, pokoknya harus enaklah, kalau bilang gak enak jadi gak tega sama harganya. Kebetulan aku nyobain saos Wine *** (lupa detailnya), yg jelas gak halal, penasaran saja. Sepertinya masih lebih cocok saus jamur atau blackpepper saja.


Makan di Pizza Hut pasti identik dengan pizza. Karena lagi bosen makan roti, aku nyobain menu nasi di sini, nyoba yg Oriental Chicken. Hmm... tidak terlalu istimewa, tapi masih bisa dinikmati lah.


Nah, makan mewah terakhir bulan ini adalah Energy Ramen di Takigawa Central Park. Rasanya enak, porsinya pas. Sayangnya gak ada pilihan daging "haram" disini hehehe...

24 September 2013

Fogging for Mosquito


Seorang petugas menyemprotkan asap di selokan pinggir jalan, diiringi oleh Pak Ketua RT (sudah berlalu di depannya) dan beberapa anak kecil yang setia mengikuti. Padahal bau asap yang disemprotkan untuk mengatasi nyamuk ini sangat tidak menyenangkan.


Sejak pagi pak ketua RT sudah memberi pengumuman lewat pengeras suara di masjid tentang rencana pengasapan hari ini. Kupikir akan selesai sebelum makan siang, ternyata dari sekitar jam 9 hingga hampir sore kegiatan itu masih berlangsung.


Asap dari pengasapan ini terasa mengganggu, dan suara alatnya membuat kucing-kucing di rumah ketakutan. Nyamuk-nyamuk juga tidak segera menyingkir, cuma kecoa-kecoa yang langsung heboh berlarian keluar dari persembunyian mereka. Tapi tetap harus aku hargai usaha pihak RT untuk mengatasi masalah nyamuk ini, apalagi pengasapan ini juga gratis.

22 September 2013

Panning Practice


Sambil nunggu busway sepulang dari gereja (di halte JCC), iseng-iseng nyobain teknik panning. Intinya motret kendaraan yang sedang melaju, fokus pada satu kendaraan itu saja sehingga yang lain terkesan blur. Panning yang bagus akan memberi efek dinamis, seakan kendaraan itu melaju dengan kencang.


Sayangnya beberapa kali nyoba gak berhasil dengan baik. Milih objek dan memastikan hasilnya tajam saja sudah perjuangan.


Setelah beberapa kali mencoba, sepertinya jika objeknya makin dekat, hasilnya makin dramatis. Tapi tingkat kesulitan juga makin tinggi, terutama untuk mendapatkan ketajaman objek yang jadi titik utamanya. Yang, setidaknya iseng-iseng ini membantu membuang rasa penat karena kelamaan nunggu busway.

20 September 2013

Short Story of Milo, Poor Cute Paralyzed Kitten


Tak kusangka kalau siang ini adalah terakhir kali aku memberi makan kucing kecil imut ini. Aku bela-belain beli makanan kaleng karena sejak semalam dia enggan makan. Aku cukup lega karena waktu aku beri makanan, dia makan meskipun sedikit. Lalu aku tinggal pergi untuk meeting di Kemang.


Kucing kecil ini lumpuh kedua kakinya, "dibawa" oleh tetanggaku ke depan rumah. Tetanggaku sih gak ngaku kalau dia yang bawa, tapi aku sendiri melihat dari balik jendela waktu dia membawanya. Merasa kasihan, kami memutuskan untuk merawatnya. Esoknya istriku membawanya ke dokter dan di-rontgen, tampak kalau tulangnya sudah remuk dan tidak bisa pulih lagi.

Dokter sempat bertanya, "Gimana, sanggup ngerawat?" Soalnya dengan kondisi seperti itu jarang ada yang mau memelihara. Ya gimana lagi, dah terlanjur kasihan. Dugaan istriku, biasanya kalau sudah seperti ini tidak bisa bertahan lama. Tapi aku lihat kucing ini punya semangat juang yang tinggi. Buktinya dia bisa bertahan. Meskipun lumpuh, gerakannya lincah. Dia berlari cukup cepat sambil menyeret kedua kaki belakangnya. Diapun senang bermain. Melihat tidak ada bekas luka, kecelakaan yang dialami sudah cukup lama dan terbukti dia bisa bertahan.

Istriku memberinya nama "Milo".


Agar gak keluyuran jauh, kami letakkan di kandang. Apalagi dalam kondisi seperti itu dia tidak bisa mengontrol sekresinya, buang air besar maupun kecil dilakukan setiap saat dan kapan saja. Lagipula kasihan kalau kemana-mana menyeret perutnya, bisa terluka.

Tapi dia gak betah di dalam kandag. Dia selalu berusaha untuk keluar, dan beberapa kali sengaja aku keluarkan agar dia bermain. Sangat ceria, bahkan dia selalu ingin mengajak kucing lain bermain. Biasanya Miow yang menemaninya bermain.


Aku kepikiran untuk membuat "kursi roda" agar dia tidak perlu menyeret-nyeret bagian belakang tubuhnya. Beberapa kali aku iseng membeli mobil-mobilan untuk diambil rodanya. Sempat tiga kali percobaan, tapi masih gagal. Hanya yang kedua yang cukup berhasil, sayangnya bahannya kurang kuat sehingga gampang lepas. Waktu aku coba pakaikan, dia langsung berlari kesana-kemari di jalanan. Tapi gak sampai lima menit dan berantakan lagi.

Agar dia lebih nyaman, di dalam kandang kami beri alas popok, seperti yang untuk bayi. Jadi dalam dua minggu terakhir itu kami belanja alas popok itu, dan tiap hari diganti karena selalu kotor. Kadang-kadang aku juga nyebokin dia, karena kotorannya sering belepotan di kaki dan ekornya. Sebenarnya kasihan juga dia kedinginan, tapi daripada kotorannya dikerubungi lalat, lebih kasihan lagi.


Karena kucing-kucing kecil lain yang ada di teras rumah sedang sakit parah, kami putuskan untuk memindahkannya ke dalam rumah, di teras lantai atas. Di sini tampak dia sangat tidak nyaman. Selalu berusaha untuk kabur, mengeong ingin keluar. Kadang aku sengaja membiarkannya keluar dan berjalan-jalan di lantai, tapi entah kenapa, dalam dua hari terakhir dia hanya bermanja-manja. Bukannya bermain, dia "ngintil" terus, dan kalau aku duduk, dia cuma bersender di kakiku.


Ini saat dia berhasil meloloskan diri dari kandang. Aku kaget juga awalnya kok tahu-tahu dia sudah ada di tangga. Setelah aku masukkan lagi ke kandang, ketahuan juga celah yang dia pakai untuk meloloskan diri. Dua hari lalu dia mulai rewel makan. Mungkin karena biasanya kami beri makanan kaleng, tapi karena stok habis, kami beri ikan rebus saja.

Kebetulan hari Kamis aku ada meeting hampir seharian, jadi tidak sempat mengawasinya. Pas pulang, kata istriku dia gak mau makan. Tapi waktu aku beri ikan tongkol yang baru saja direbus, dia sempat makan. Jadinya aku tenang, toh masih doyan makan.

Eh, esok harinya dia sama sekali tidak mau makan. Tidak tanda-tanda sakit, tidak tampak flu atau pilek, badannya juga tidak terlalu panas. Akhirnya aku beli makanan kaleng, dan ternyata dia mau makan, meskipun dikit. Sebelum aku tinggal pergi, aku sempat nyebokin dia dan membersihkan badannya. Di situ tampak kalau badannya jauh lebih kurus dibanding waktu pertama datang. Kasihan sekali. Kami berencana membawanya ke dokter besok, untuk diperiksa dan kalau sehat sekalian divaksin, biar lebih tahan. Soalnya sudah 3 kucing meninggal dalam seminggu ini.

Tapi ternyata rencana tinggal rencana. Malam harinya dia tampak lemas. Bukan lemas seperti kucing yang jarang makan, tapi seperti lumpuh. Dia kesulitan mengangkat badannya, padahal biasaya lincah sekali menyeret kakinya. Mulutnyapun tertutup rapat, enggan membuka. Istriku mencoba memberinya vitamin tidak bisa masuk karena mulutnya rapat tertutup. Penasaran, aku coba paksa buka mulutnya, dan bisa meskipun dengan susah payah. Aku berikan vitamin nutri gel ke mulutnya. Sempat tergigit juga jariku. Meskipun masih kecil, tapi giginya sangat runcing.

Tak beberapa lama istriku bilang kalau Milo stress karena susah bergerak, jadinya dia mencakar-cakar alas yang dia pakai. Aku kepikiran kalau kemungkinan dia dehidrasi, jadi aku siapkan oralit, buat pengganti infus lah kurang lebihnya, harapanku begitu. Setidaknya moga saja dia bisa bertahan sampai besok untuk kami bawa ke dokter.

Pelan-pelan aku semprotkan oralit ke dalam mulutnya, yang enggan terbuka. Agar bisa masuk, aku sedikit membuka mulutnya dengan satu tangan, tangan yang lain menyuntikkan air ke dalam mulutnya. Sepertinya dia gak suka dan langsung menggigit tanganku. Wuih, sakit juga, bahkan lebih sakit daripada gigitan kucing dewasa. Cukup banyak oralit yang masuk tapi kondisinya tidak membaik. Dia hanya bisa menggerakkan kepalanya, nafasnya mulai terlihat lambat, dan tangannyapun sudah tampak susah digerakkan.

Aku sedih melihatnya. Aku bopong, aku usap-usap dan aku sandarkan kepalanya ke telapak tanganku. Tak lama kemudian wajahnyapun mulai kaku, meskipun matanya masih terbuka. Aku pegang dadanya sudah tidak ada gerakan lagi. Berakhir sudah penderitaannya....

Untuk sesaat aku membopongnya dengan kedua telapat tanganku. Rasanya lebih menyesakkan dibanding waktu Miow, Ciko dan Ringgo meninggal. Pas tiga minggu lalu dia datang, tapi tiga minggu kebersamaan itu tampak sudah seperti memberi ikatan batin tersendiri. Sedih. Sayang sekali aku tidak bisa menguburkannya dengan baik. Selamat jalan sahabat mungilku ... Milo.

19 September 2013

Full Red Moon - Mid Autumn Day


Bulan tampak bulat sempurna di atas langit Jakarta yang cerah malam ini, masih tampak terang dan jelas meskipun kota ini penuh dengan polusi udara dan polusi cahaya. Yang agak unik buatku, bulan kali ini berwarna agak jingga, malah mendekati kemerahan.


Tadi siang bos cerita, kalau malam ini adalah festival kue bulan (Moon cake festival), yaitu bulan purnama di tengah musim gugur. Keturunan Tionghoa di berbagai negara merayakan saat ini, dan biasanya disertai dengan menikmati kue bulan dan teh tradisional.

18 September 2013

Sparrow and Antenna


Sore itu seekor burung nangkring di atas antena tivi tetangga sebelah. Biasanya sih bergerombol, tapi entah kok yang ini cuma sendirian, mungkin dia terpisah dari kelompoknya, atau sengaja memisahkan diri.


17 September 2013

In Memorial: Kucing Ringgo

Ternyata kucing ini hanya sanggup bertahan 1 hari lebih lama dibanding kedua temannya.



Kucing ini pertama kali tampak di samping rumah, mengeong-ngeong dengan suara nyaring meskipun badannya kecil. Ekornya panjang, lehernya kecil. Hampir sepanjang malam dia mengeong, sepertinya masih belum lepas susu, jadi masih ingin mencari induknya. Kata bocah-bocah yang main di depan rumah, kucing ini memang dibuang oleh pemiliknya. Oleh tetanggaku yang tinggal di samping rumah, kucing ini sengaja diletakkan di depan rumahku "Sini aja banyak temannya", sempat aku dengar kurang lebih dia berkata begitu.

Seperti Ciko, kucing ini juga selalu ingin masuk ke rumah. Tiap pintu dibuka, akan berusaha masuk dan langsung lari menuju dapur. Saat awal dia lincah, langsung bermain sendirian di sofa. Sayangnya, tak lama kemudian dia ketularan Miow. Mulai pilek dan matanya juga kena infeksi. Tiap diberi obat, biasanya sembuh, tapi tak lama kemudian akan kambuh lagi.



Kucing kecil ini adalah partner bermain bagi Ucil, sangat lincah bermain. Sayangnya pileknya seperti tidak sembuh-sembuh. Kami sering dibikin jengkel karena dia sering bersin dan menyemburkan ingusnya. Pada dasarnya dia juga manja, jadi kalau minta makan sering ngelendot-lendot di badan, bahkan di kepala. Sialnya, pas lagi dekat kepala dia sering bersin, dan ingusnya nyemprot kemana-mana.

Karena tidak terbiasa dengan toilet pasir yang ada di rumah, dia jarang kami biarkan tidur di dalam rumah. Biasanya tiap dia mengeong ada dua kemungkinan : lapar atau kebelet buang air. Seringkali saat kami suruh dia keluar, dia langsung menuju ke toilet pasir yang ada di teras dan segera buang hajat.



Akhirnya penyakitnya makin parah. Istriku sudah mencoba berbagai pengobatan, dengan salep antibiotik, vitamin, penguapan dengan Vicks dan sebagainya. Diantara ketiga kucing yang sakit bersamaan, kondisi Ringgo terlihat paling parah. Hidung ingusan sampai kuning, mata berair sampai kadang tertutup, dan mulutnya kesulitan untuk mengunyah dan kadang ngiler begitu saja. Pokoknya tampak kumal dan paling kasihan. Ditambah dengan hilangnya nafsu makan, tubuhnya makin kurus. Tapi dua hari sebelum meninggal dia menunjukkan gejala ingin makan, sayangnya tiap akan mengambil makanan seperti ada yang tidak nyaman. Makanya kami sempat senang melihat perkembangannya. Eh ternyata hari ini makin parah.

Saat siang hari aku memberinya minum oralit, nafasnya sudah mulai berat dan pelan. Aku sudah menyerah, sepertinya gak ada harapan lagi. Aku usap-usap saja kepalanya sekitar 1-2 menit sebelum kutinggal pergi karena ada kerjaan. Satu jam kemudian waktu aku tengok lagi, badannya sudah kaku. Sedih juga.

16 September 2013

In Memorial : Kucing CIko



Kucing kecil ini adalah adiknya Lolo, kucing yang sudah lebih dulu kami adopsi. Pertama kali aku melihatnya melintas depan rumah, tapi diajak oleh tetangga belakang rumah, meskipun kemudian dibalikin lagi. Waktu itu induknya masih mau merawat, tapi setelah induknya disteril, dia berkelana sendiri.



Waktu datang ke teras rumah dan mulai bergabung tinggal di sana, dia sudah cukup besar, mgkn sudah 2-3 bulan. Cukup akrab dengan orang, dan rajin meminta makan. Dia lebih sering tinggal di taman punya tetangga depan rumah, meskipun tak jarang diusir oleh kakek penghuni rumah itu.



Kami tidak mengadopsinya, tapi merawatnya di teras rumah seperti Miow dan kucing liar lainnya. Tapi ternyata dia berharap bisa tinggal di dalam rumah. Dia selalu berusaha untuk masuk ke dalam rumah dan tinggal di dalam. Bukan hanya karena ingin mendapat makanan, tapi kadang dia sengaja tidur di dalam rumah, enggan pergi keluar. Pernah juga dia nyelonong masuk rumah, hanya untuk tidur di atas meja.

Pernah beberapa kali Ciko boker sembarangan di bawah tangga, atau mengencingi keset kamar mandi. Tapi setelah aku latih beberapa kali, dia jadi terbiasa menggunakan toilet pasir khusus kucing yang kami letakkan di teras lantai dua.



Kucing ini termasuk jinak dan manja. Tempat tidur favorinya adalah di atas sofa. Kalau ada orang duduk di sofa, dia akan sengaja naik ke sofa dan tidur di pangkuan. Jarang kucing mau dipangku, bahkan kucing-kucingku yang lahir di dalam rumahpun tidak mau aku pangku, kecuali Kucrut. Pernah aku kecapekan dan tertidur, eh tahu-tahu Ciko naik ke badanku dan tidur di dadaku :)

Saat awal bergabung dengan gerombolan kucing kecil di depan rumah, Ciko tidak banyak ikut bermain. Dia sekedar makan dan lebih banyak tiduran. Mungkin karena waktu itu dia langsung tertular penyakitnya Miow, jadi agak pilek dan kadang bersin-bersin. Salahnya, kami menganggap remeh penyakit itu. TOh dia masih doyan makan, jadi kami cuma memberinya vitamin, tapi tidak memberi pengobatan.

Kondisi Ciko sempat pulih, dan aktif bermain di dalam rumah. Tapi suatu hari, mendadak dia tidur saja dan tidak beranjak hingga siang hari. Padahal biasanya kucing-kucing heboh minta makan sejak subuh. Wah, mulai berbahaya pikirku. Aku coba beri makan, tapi dia malas-malasan. Waktu itu aku sempat bawa dia keluar rumah agar dia kena paparan sinar matahari biar lebih sehat.



Ternyata justru dia hanya tidur di taman rumah tetangga, dan seharian tidak datang minta makan. Biasanya tiap pintu rumah dibuka, dia akan lari menghampiri. Baru esok harinya aku lihat dia di taman, aku paksa bawa masuk ke rumah. Ternyata pas tiga kucing kecil : Ciko, Miow, dan Ringgo sakit parah. Jadi kami karantina mereka bertiga di kamar. Istriku coba memberi vitamin, antibiotik dan cairan karena mereka sama sekali kehilangan nafsu makan.

Setelah hampir 4 hari sakit mendadak, Ciko meninggal, bersamaan dengan Miow, di dalam kandang yang sama. Sedih juga.

In Memorial : Kucing Miow


Istriku pertama kali menemukan Miow di belakang rumah, mengeong-ngeong sendirian di tengah hujan. Karena kasihan, dibawalah ke teras rumah dan dirawat. Sehat, perutnya gendut, nafsu makannya bagus. Sayangnya karena masih kecil, dia sempat kesulitan makan, hanya bisa menggigit sedikit demi sedikit.

Tiap pintu rumah dibuka, dia akan langsung menerobos masuk, mengeong-ngeong minta makan. Suaranya yang kecil membuatnya aku panggil Miow. Karena buncit dan bulunya masih njegrak, Andre sering menyebutnya ulat bulu :)


Karena terlalu dini pisah dari induknya, dia jadi kurang terlatih membersihkan diri sendiri. Akibatnya badannya bau. Geregetan, istriku memandikannya. Setelah mandi dia langsung ngambek dan lari ke luar pagar, meskipun cuma ndekem di depan rumah, gak pergi jauh. Tapi memang kucing ini kalau ngambek selalu lari keluar pagar, dan duduk di depan rumah.



Makannya agak rewel, tapi selalu ingin makan seperti gak ada kenyangnya. Kalau aku keluar rumah, dia sering "ngintil" hingga jauh. Tapi akhirnya berhenti juga dan balik lagi ke rumah.



Sayangnya daya tahan tubuhnya tidak bagus. Belum ada sebulan dia tinggal di teras rumah, dia sudah sakit dan tidak mau makan. Kami bawa dia ke dokter untuk diobati. Tapi pemulihannya tergolong lambat. Batuk dan pilek yang dideritanya awet berminggu-minggu. Kadang sempat pulih, tapi kemudian kumat lagi.

Setelah flu dan pileknya mereka, ada satu masalah lagi - kebiasaan mencret. Selain tidak pandai membersihkan diri, dia juga tidak pandai cebok. Seringkali setelah buang air besar, masih ada kotoran yang tersisa dan berceceran di lantai. Kadangkala malah dia seperti tidak sadar mencret di lantai, sambil berkeliaran minta makan. Capek juga jadinya harus berulang kali membersihkan lantai.



Sempat kami bawa lagi ke dokter, dan sementara diduga karena cacing. Karena kewalahan membersihkan lantai, Miow kami kurung dalam kandang. Setelah beberapa hari (cukup lama juga), kondisinya membaik dan kami keluarkan dia.



Kami mulai senang waktu kondisinya membaik, sudah mulai jarang mencret dan mulai pandai membersihkan diri. Kami tetap belum mengijinkan dia bermain di dalam rumah, takut masih mencret sembarangan.

Sayang sekali, bersamaan dengan sakitnya Ciko, penyakit Miow mendadak kumat. Tidak hanya flu, tapi dia mulai gak doyan makan. Biar gak keluyuran, sempat kami karantina di kamar kosong bagian belakang, bersama Ciko dan Ringgo yang juga sakit. Istriku dengan telaten memberi air gula-madu, memberi antibiotik dan vitamin. Kondisinya makin parah karena masih tidak mau makan, dan setelah 4 hari, aku menemukannya sudah terbaring kaku di dalam kadang, bersama dengan Ciko yang juga sudah kaku.

Sedih juga. Dulu sering menganggap remeh kalau ada yang cerita nangis waktu kucingnya mati. Eh, giliran ngalamin sendiri, kok mewek juga.

14 September 2013

My Neighbour's Girl Wedding


Janur kuning dan informasi nama mempelai terpasang di depan gang yang berujung di samping rumahku. Mempelai wanitanya adalah anak dari tetangga belakang rumah, aku sendiri gak kenal, tapi dapat undangan karena kenal baik dengan kedua orangtuanya.


Acara pernikahan diadakan di jalan depan rumah, persis di depan masjid. Tidak terlalu mewah, seperti layaknya acara pernikahan di kampung, tapi acara berlangsung dari pagi (jam 10) hingga malam hari dengan suguhan organ tunggal. Saat siang masih tidak banyak tamu, tapi pas malam tampak makin banyak tamu yang datang.


Sepertinya inilah pernikahan yang aku hadiri atas undangan orangtua mempelai dan aku sama sekali tidak mengenal kedua mempelai. Biasanya aku hanya menghadiri pernikahan teman-temanku saja, atau teman-teman istriku.


Nah, terbukti memang benar bapak satu ini ada hubungan saudara dengan pak Budi dan bu Warni (tetangga yang punya hajatan). Rupanya memang dia adik kandung pak Budi, yang juga aku baru tahu kalau mereka bermarga Siregar :)

13 September 2013

Old-fashioned Way, Coffee Cup on a Plate


Pas beli es buah di perempatan dekat rumah, aku lihat pemandangan menarik : sebuah cangkir di atas piring kecil. Dugaanku cangkir/mug itu berisi kopi, dan piring yang jadi alas itu dipakai untuk minum kopi.


Aku sendiri tidak pernah minum dengan cara seperti ini, tapi sudah lama aku menyaksikan orang-orang tua, dan juga pengunjung warteg minum dengan cara itu, nampak nikmat sekali. Kok gak langsung minum dari cangkirnya? Entah, mungkin piring dipakai untuk sedikit mendinginkan. Yang jelas ada kenikmatan tersendiri tampaknya.

Belum pernah aku melihat orang minum kopi dengan cara ini di Starb$$k atau cafe lain di mal :)

12 September 2013

Tugu Kemanggisan


Eh, ada yang baru di pertigaan (atau perempatan) kantor pajak Kemanggisan Raya ini. Sebuah tugu kurang lebih 3 meter ada di tengah-tengah taman. Dulu aku sering nunggu angkot di tempat ini waktu tinggal hampir selama 8 bulan di Budi Swadaya. Menurut sebuah spanduk di sisi jalan, tugu ini diresmikan tanggal 9 September.


Ternyata yang tidak hanya tugu Kemanggisan, tapi taman dan lapangan kecil di sampingnya juga sudah rata dengan tanah, sepertinya hendak dilakukan pelebaran jalan. Sayang sekali kalau tempat ini berubah jadi jalanan, kemacetan tidak akan berubah, tapi taman bermain dan area terbuka jelas hilang. Padahal Jakarta, khususnya di kawasan gak elit, sangat kurang taman bermain. Belum lagi pepohonan rindang yang dikorbankan dari pembangunan ini.

Moga saja pemerintah terkait sudah memikirkan masak-masak pembangunan ini, dan bisa mengganti kerindangan pohon yang sudah banyak hilang di kota besar ini.

06 September 2013

Silhouette & Double Reflections


Cahaya yang terang dari luar sementara cahaya di dalam ruangan yang cukup redup membuat efek siluet yang baik bisa tertangkap. Sedangkan lantai yang mengkilat dan kaca etalase yang bersih menghasilkan efek cermin (pantulan) dari vertical dan horizontal.


Entah mengapa, sering sekali aku melihat samping outlet Pull&Bear di mal Central Park Jakarta ini jadi favorit pengunjung untuk berfoto narsis.

Sepertinya aku jadi penasaran untuk mencoba mengambil foto semacam ini di tempat serupa, mungkin bisa jadi koleksi yang menarik.

02 September 2013

Activities During Blackout


Pas sudah hampir waktunya tidur listrik mati. Kalau tidur di kamar bakalan kepanasan, belum lagi nyamuk bejibun karena harus buka pintu. Jadi mendingan sekalian saja tidur di teras, dengan lilin dan obat nyamuk bakar.


Tak lupa ditemani raket nyamuk, karena nyamuk-nyamuk cukup bandel dan tidak mudah diusir dengan obat nyamuk bakar.


Untunglah lampu padam cuma satu jam, jadi langsung bisa lanjut beraktifitas lagi. Tapi mood untuk lembur sudah hilang, jadi lanjut saja aktifitas foto-foto iseng.


Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...