28 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-7, Waktunya Pulang


Hari ini di rumah saja, siap-siap untuk pulang. Andre dan pacarnya sudah lebih dulu berangkat pulang ke Jakarta, oleh-oleh juga sudah dibawa mereka. Jadi santai saja bermain di rumah menikmati cuaca cerah nan panas.


Kebetulan anak-anak juga santai saja bermain di sekitar rumah yang terlalu luas untuk ditinggali dua orang lagi. Eyang Uti dan Eyang Kakung bisa sejenak merasakan ramainya rumah dan melihat cucu-cucu bermain. Ah, sayangnya mas Timothy gak iku bergabung.


Meski belum pulih, kondis eyang kakung jauh lebih baik daripada tahun lalu. Beliau masih mampu jalan sendiri, bahkan juga mandi sendiri (dengan membawa kursi ke kamar mandi). Makanya kalau perjalaan tidak lama, beliau masih bisa ikut dan jalan pelan-pelan. Secara keseluruhan, liburan tahun ini menyenangkan, jauh sekali dibanding tahun lalu yang hanya pindah tidur karena semua sakit, termasuk eyang kakung sempat dibawa ke rumah sakit juga.


El sudah tidak sabar ingin naik kereta api lagi, ingin pulang bermain bersama temannya di rumah (aka si Upin). Seperti saat berangkat dari Jakarta, kereta Gajayana yang berangkat dari Kediri kali ini juga lebih awal, sekitar jam 4.15 sore. Sambil menunggu kereta tiba, El asyik bermain dengan anak sebayanya.


Enaknya berangkat lebih awal adalah kami bisa lebih banyak menikmati pemandangan alam, setidaknya sepanjang Kediri - Kertosono - Nganjuk. Dalam perjalanan pulang ini di dalam kereta banyak anak kecil juga, dan di bangku belakang ada anak sebaya El. Jadinya El dan Fe lebih sering bermain dengannya, - sesekali berebut mainan,, sampai mereka turun di Jogja. Banyak yang turun di Jogja, tapi banyak juga yang naik dari Jogja, jadi gerbong tetap penuh.  Setelah tidak ada teman bermain, El dan Fe istirahat, dan tidur tidak terlalu malam. Lumayan bisa istirahat sepanjang jalan.

27 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-6, Taman


Sejak dulu, kota ini minim angkutan kota (angkot), bahkan sebelum era transportasi online. Sebagai alternative, masih banyak becak beroperasi. Dengan maraknya ojek online, keberadaan mereka makin diabaikan, apalagi jumlah mereka yang sedikit dan jadwal operasional yang pendek. Ini aku ajak El naik angkot untuk pertama kali, pas sepi.


Meski tujuan kami adalah Taman Brantas, tapi kami turun di seberang sungai Brantas, melintasi jembatan lama. Jembatan lama masih digunakan meski kebanyakan yang melintas adalah becak dan roda dua. Fisik jembatan masih bagus, hanya kayu-kayu di bagian untuk pejalan kaki banyak yang perlu diganti.


Di samping jembatan Brawijaya yang baru ini ada 2 taman : Taman BMX Arena dan Taman Brantas. Seperti namanya, satu taman khusus untuk mereka yang ingin bersepeda gaya bebas, juga skateboard dan lainnya.


Cuaca pagi yang panas terik ini tak mengurungkan minat beberapa anak untuk bermain. El sendiri tampak antusias, sayangnya gak bawa sepeda. Tapi kalaupun bawa ya belum bisa nanjak-nanjak begini.


Di bawah jembatan baru yang melintas Sungai Brantas ini, ada yang menyewakan skateboard dan otoped. Sempat minat mencoba, akhirnya El mengurungkan niat karena sulit. Untung orangnya baik, gak perlu bayar duluan, boleh nyoba dulu.   Sewanya 10 ribu saja.


Taman Brantas ini cukup asri dan masih terawat, masih baru. Katanya sih ramainya kalau sore hari, ya wajar, soalnya kalau siang begini (ini baru jam 10), panas terik luar biasa. Mungkin karena pepohonan belum terlalu rindang.


Tempat nongkrong ini katanya juga ditujukan sebagai alternative pengganti taman di alun-alun, yang sempit. Selain tempat nongkrong dan lari,ada toilet umum dan kandang merpati. Lengkap! Kalau kurang, ya monggo nyemplung ke sungai Brantas hehehe.


El bolak-balik naik turun di "lubang" skateboard itu, sampai capek ngikutinnya. Soalnya dia gak bisa naik sendiri karena licin dan curam, jadi harus aku topang.


Pembangunan jembatan ini sempat mangkrak bertahun-tahun, sebelum akhirnya dilanjutkan kembali tahun 2018 dan berhasil diresmikan bulan Maret tahun ini. Tampak kokoh dan megah meski tidak mewah dan diberi nama Jembatan Brawijaya.


Overall,  bermain di Taman Brantas cukup menyenangkan.


Rupanya El masih ingin bermain di penangkaran rusa. Jadi biar gampang nunggu ojek, aku ajak jalan menyeberang sungai Brantas dan menunggu di Taman Harmoni Kediri.


Sampai di tempat penangkaran rusa langsung disambut oleh pedagang kangkung. Salah satu pedagang langsung mengenali El dan berkata "Eh, datang lagi". Seperti kemarin, kami membeli kangkung lumayan banyak, toh masih terhitung murah dan menyenangkan bagi El.





Pulangnya aku lagi-lagi mengajak El jalan kaki, memang tidak nyaman dalam cuaca yang panas terik. Tapi biar dia terbiasa, toh harusnya tidak terlalu jauh dan ada pemandangan sawah yang bakal jarang dia temui di Jakarta. Tapi ya itu, kalau diajak jalan gini El malas-malasan, jalannya lambat dan sering berhenti karena capek.


Lagi-lagi El minta bermain di taman yang baru saja dibangun di lapangan Sukorame, diberi nama Taman Sukorame. Kecil dan berisi sedikit sarana bermain, dan menurut si ibu baju merah, taman ini memang belum diresmikan.

Aku amati kota Kediri sedang membuat banyak taman kota. Baguslah, jadi makin asri.

NB: meski sepanjang jalan El mengeluh capek, tapi sesampainya di rumah dia bukannya istirahat, tapi masih aktif bermain.

26 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-5, Rusa dan Renang


Kemarin El sempat melihat kolam renang waktu pulang dari Selomangleng, dan merengek untuk pergi berenang. Karena tidak ada agenda apa-apa hari ini, aku mengajaknya pergi berenang pagi ini. Syaratnya, berangkatnya jalan kaki, melewati areal persawahan, di cuaca yang sudah panas terik meski agak sejuk karena angin. Meski jarak hanya kurang lebih 1 km, tapi El agak malas-malasan jalannya, jadi makan waktu lama.


Saat memasuki kawasan Brigif 16 Wira Yudha, sudah ada beberapa pedagang di pinggir jalan, salah satunya menjual mainan gelembung sabun. Langsung saja El minta dibelikan dan semangat bermain gelembung sabun itu di taman dekat penangkaran rusa. Karena asyik dengan gelembung sabun, awalnya El tidak terlalu tertarik dengan rusa.


Di areal penangkan rusa ini ada banyak rusa, entah apa tujuan dan keuntungan penangkaran ini bagi pihak Brigif. Tapi yang jelas, adanya tempat ini memberi banyak manfaat bagi masyarakat sekitar : menjadi ajang pendidikan bagi anak-anak yang ingin mengenal satwa yang tidak mudah dijumpai di pemukiman ini, dan juga memberi pengalaman untuk kontak langsung dengan rusa sambil memberi makan kangkung. Bagi warga sekitar, ini memberi kesempatan untuk mencari rejeki, salah satunya dengan menjual kangkung, yang pastinya juga diambil dari petani sekitar. Udara yang masih sejuk dan penuh dengan pohon rindang membuat tempat ini juga nyaman untuk beristirahat.


Baru setelah bosan dengan gelembung sabun, El mulai tertarik memberi makan rusa - sampai habis sekitar 5 ikat kangkung. Per ikat dijual 2 ribu, dan 5 ribu dapat 3.


Di seberang penangkaran, tepatnya di lereng bukit Maskumambang sedang ada pekerjaan, entah akan dibangun apa. Moga saja pembangunan yang bermanfaat dan tetap memperhatikan lingkungan,  terutama bukit ini.


Akhirnya berenang juga di kolam renang milik Brigif 16/WY. Sepertinya kolam renang ini baru, kondisinya masih bagus, bersih dan terawat. Begitu juga dengan ruang ganti pakaiannya, lebih bagus dibanding yang selama ini dipakai El di BSD. Ada kolam khusus anak-anak dengan wahana permainannya, ada juga kolam renang umum untuk dewasa.


Tarif masuknya 12 ribu untuk dewasa dan 7 ribu untuk anak-anak. Ah, sangat murah dibandingkan dengan di Jakarta. Mungkin karena waktu liburan, jadi tempat ini ramai dengan anak-anak sekolah. Lucunya, El bertemu dengan salah satu orang tua yang menemani anaknya berenang, dan dia menganggap ibu itu adalah guru sekolahnya. Jadi aku sempat kaget waktu El nempel terus ke beliau, bermain dengan anaknya bahkan sempat dibopong oleh sang ibu. Waduh, malu juga. Untung beliau tidak masalah.


Rasanya pengen nyebur di sini, sayangnya tidak ada orang lain yang bisa mengganti untuk mengawasi El. Oh ya, aku sempat ditegur petugas karena memakai sendal  di lokasi kolam. Seharusnya sandal disimpan di rak sepatu yang disediakan.

Seperti dugaanku, agak susah mengajak El pulang. Waktu akhirnya dia mau diajak pulang, baru ketahuan kalau aku tidak membawa celana ganti. Aku hanya membawa baju ganti, handuk, popok dan celana dalam. Awalnya aku pikir El hanya akan berenang dengan celana dalam, tapi sampai di kolam renang aku suruh dia tetap memakai celana pendeknya.

Jadinya dia pulang hanya memakai baju dan celana pendek hehehe. Kami pulang naik ojek, yang kebetulan dapat driver perempuan. Untung jaraknya tidak jauh hehehe.


Usai berenang dan ganti baju di rumah, aku ajak El ke cafe untuk beli kopi dan makanan. Aku ingat kemarin dia merengek minta french fries, makanya aku cari tempat yang menjualnya tak jauh dari rumah. Tapi rupanya dia lebih tertarik bermain table hockey ketimbang makan. Yo wis, yang penting hepi.


Sebenarnya di menu tidak ada kopi hitam, tapi waktu aku tanya ternyata bisa dibuatin,meski konsekuensinya di struk ditulis manual hehehe. Belakangan aku kurang suka kopi susu ataupun kopi kreamer, perut sering mual.

25 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-4, Nganjuk


Tante Utik ikut bercengkerama dengan kami di atas kursi roda, sementara El dan Fe asyik nonton video di handphone bersama Kila. Kaki tante retak karena masalah "sepele", jatuh di selokan, dan butuh waktu lama untuk pulih. Semoga cepat sembuh.


Om Har sedang mengamati para tukang mengayak pasir untuk merenovasi rumah warisan keluarga ini. Beliau sempat cerita, kalau tahun lalu sempat ada bantuan dari pemda berupa material bangunan untuk renovasi, tapi pengerjaannya ditanggung sendiri. Karena sifatnya bantuan, bahannya ya ala kadarnya, tapi lumayan untuk memperbaiki rumah sederhana ini. Setidaknya sekarang aku lihat lantainya sudah tidak lagi hanya dari tanah. Untuk proyek kali ini sudah bukan dari bantuan pemda lagi, sepertinya ada penambahan ruangan di bagian belakang.


Mumpung ada sepeda nganggur, kami manfaatkan buat jalan-jalan keliling. Awalnya hanya Andre, terus El ingin ikut. Karena belum terbiasa dan kuatir kakinya tersangkut di roda, aku mengikat kaki El di bawah sadel, sekenanya. Ternyata ikatan itu kendor dan membuat kaki El menghalangi pedal. Jadi separuh perjalanan Andre tidak mengayuh dengan pedal, tapi dengan menjejakkan kaki.

Aku sempat bersepeda sebentar dengan Fe, dia duduk di sadel, sementara aku di boncengan. Tidak la karena keburu turun hujan rintik-rintik.


Dalam perjalanan pulang, sempat terjadi kemacetan akibat hujan deras dsertai angin kencang. Sepanjang jalan, sudah memasuki wilayah Kediri, tampak beberapa pohon patah dan ada baliho yang rubuh, disertai genangan air karena sungai meluap. Yang parah adalah terputusnya aliran listrik membuat beberapa SPBU tidak beroperasi. Untung kami masih bisa mmbeli bensin eceran di pinggir jalan karena mobil hampir saja kehabisan bbm. Baru setelah hampir memasuki kota, ada SPBU yang beroperasi dan mobil langsung diisi penuh.

Mudik 2019 : Hari Ke-4, Selomangleng


El senang dan serius sekali bermain mancing-mancingan di kawasan wisata Goa Selomangleng. Sepulang dari gereja kami langsung menuju ke sini untuk makan pagi, dan usai makan El langsung tancap gak bermain. Oh ya, soal makanan, aku perhatikan harganya cukup wajar, gak jauh beda dengan di kaki lima. Padahal kadang malas makan di objek wisata karena sering nembak harganya, aji mumpung dinaikin gak masu akal.


Awalnya El pengen main istana balon ini, tapi batal karena pas datang belum siap. Baru sekitar 30 menit kemudian sudah tampak ada anak-anak bermain, tapi El sudah asyik dengan mainan lain. Fe menyusul kemudian, ikutan mancing-mancingan setelah bosan jalan-jalan sama Omnya.


Meski sudah bertahun-tahun sering lewat di sini, tapi bagiku ini kali pertama aku masuk ke kawasan ini. Sebelumnya cuma lewat ke Goa dan museum, tapi gak eksplorasi apa saja yang ada di ini. Di panggung itu tampak ada kelompok seni yang sudah siap pentas, tapi entah jam berapa mulainya.


Ada odong-odong yang dihias bak kereta kencana dengan dekorasi naga jawa. Lumayan rame juga, banyak pengunjung yang suka berkeliling. Karena waktu terbatas, El dan Fe tidak sempat naik kendaraan ini, mungkin lain kali.


Kami terpaksa mengajak kedua bocah pulang lebih cepat karena rencananya siang ini mau berkunjung ke Nganjuk. Tentu saja keduanya menolak, dan harus berhadapan dengan dramatisasi bayi-bayi ini, yang merengek ingin terus bermain.

Mudik 2019 : Hari K-4, Natal


Tiap hari Natal di Kediri, kami agak ragu apakah bisa ikutan ibadah di gereja atau tidak. Soalnya ibadah Natal hanya sekali jam 5 pagi. Yup, artinya sebelum jam 4 sudah harus bangun dan siap-siap. Kabar baiknya, mulai tahun ini jam ibadah berubah jadi jam 6. Kami bisa bersiap cukup tepat waktu, syukurlah semalam anak-anak tidak ada yang begadang.


Meski sudah siap lebih awal, tetap saja terlambat dan kebagian jatah tempat duduk di balkom, paling belakang. Masih lumayan sih, kami datang belum pas waktu kotbah.


Sempat duduk selama 10 menit, akhirnya El tidak betah dan beranjak ke luar ruangan. Sementara Fe masih betah dipangku Bunda hingga akhir ibadah. Awalnya El hanya di teras atas, terus ada info soal promo mi gelas, ya sudah, turun saja untuk makan mie gratisan. Lumayan buat ganjal perut. Selanjutnya El hanya bermain di seputar gereja, kebanyakan di kawasan TK di samping gereja. Tidak seperti tahun lalu yang sampai keluyuran di jalanan. Setidaknya aku masih bisa mendengar kotbah yang disampaikan cukup jelas, yang isinya agak "nyindir" karena menyangkut soal mengajar anak beribadah.

.

Usai ibadah, antrian bersalaman dengan pendeta dan para pelayan ibadah terjadi cukup panjang. Biasa, karena hanya satu kali ibadah pagi, jadi jemaat yang datang banyak. Ditambah lagi ada tambahan pemudik seperti kami. Sebenarnya ada juga ibadah sore hari, tapi biasanya pengunjungnya sangat sedikit.


Masih sempat foto-foto dengan Eyang.

24 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-3, Hutan Pinus Plapar


Hari ini kami mengunjungi salah satu tempat yang (katanya) cukup populer di media sosial, Hutan Pinus Plapar di daerah Selopanggung. Lokasinya searah dengan jalur menuju Goa Maria Poh Sarang, jadi perjalanan cukup mendaki dengan pemandangan alam yang bagus dan udara yang sejuk.


Walaupun ada beberapa dekorasi di sini, tapi tampak sederhana dan nyaris tenggelam oleh keasrian pohon-pohon pinus di sini. Bahkan panggung foto yang seharusnya memiliki latar belakang hamparan lereng Gunung Wilis ini jadi tertutup oleh hijaunya daun pinus. Tapi minimnya dekorasi ini tidak mengurangi keindahan dan kenyamanan tempat ini. Jauh lah, kalau dibanding dengan dekorasi plastik di Korea Fantasy kemarin.


Masuk tempat ini gratis karena pada dasarnya tempat ini adalah food court, jadi biasanya pengunjung datang untuk makan. Semula aku pikir hanya ada satu warung milik pengelola, tapi ternyata warungnya banyak dan bermacam-macam. Kami pesan makanan standar, mi, roti bakar, mantau, teh, kopi dan kopi jahe.


Minum kopi jahe di tempat yang sejuk dan rindang seperti ini memang nikmat, meskipun porsinya kecil. Jelas tidak mengecewakan. Kontur tanahnya berundak-undak, cocok untuk bermain anak-anak aktif seperti El,tapi ya harus dalam pengawasan ketat. Saat berkeliling,ada warung makanan Jepang (ramen dan sebagainya), dan jenis warung lain tapi kami tidak sempat eksplorasi.


Pas saat mau pulang, terlihat ada warung yang menjual makanan tradisional seperti nasi jagung. Jadi kami mampir bentar untuk beli bungkus buat eyang putri.


El merengek untuk beli mainan di warung itu, tapi tidak aku ijinkan. Dia juga merengek minta es krim, padahal sudah beli ketiga kali. Untung harganya murah, dan ada porsi kecil seharga 3ribu, cukup lah.

Masalah di sini mungkin kalau pas hujan bakal becek karena jenis tanahnya. Juga lokasi yang di pinggir jalan, meski sepi tapi tetap agak mengganggu juga kalau ada kendaraan lewat. Juga sesekali tercium aroma kotoran kuda, padahal sebelumnya cuma ada dua ekor kuda yang lewat. Katanya sih ada peternakan dekat sini. Soal lalat, ya wajar kalau ada, tapi masih bisa diatasi.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...