23 December 2019

Mudik 2019 : Hari Ke-2, Korea Fantasy


Sepertinya nama resmi objek wisata ini adalah Korea Fantasy, tapi aku rasa orang-orang lebih mengenal dengan sebutan Kampung Korea. Pernah sekilas lihat ada di acara TV, jadi agak penasaran juga dengan objek wisata baru di kawasan Ngancar, Kab. Kediri ini.


Tujuan, dan nilai jual tempat ini sudah jelas, ingin membuat pengunjung merasakan "suasana" di negeri Korea, dengan adanya berbagai dekorasi dan bangunan bernuansa negeri gingseng itu. Mulai dari lukisan bertema Korea, bangunan khas Korea, patung serta foto-foto bergaya Korea baik klasik maupun modern. Pihak pengelola juga menyediakan persewaan baju khas Korea, juga payung. Semuanya itu sekedar untuk memuaskan keinginan pengunjung berfoto-foto dan berselfie ria. Tempat ini tak ubahnya seperti studio foto bergaya Korea, itu saja. Tidak lebih.


El berhasil menemukan lokasi favorit : kolam renang dengan ratusan (mungkin lebih) bola plastik. Dia sangat senang bermain di sini dan enggan beranjak ke tempat lain, dan memang tidak banyak pilihan di kawasan yang tidak terlalu luas ini.


Salah satu spot foto yang bagus.


Di tengah panas terik siang itu, datanglah "dewa penyelamat" bagi anak-anak, - panitia yang membawa mobil tangki air bersih dan segera mengisi kolam dengan air. Kali ini, aku ijinkan El ikut bermain air, dan dia sangat antusias. Tentu saja agak sulit mengajaknya beranjak pulang.


Bagiku,selain foto-foto, tidak banyak yang bisa dinikmati di sini. Foto-foto pun sebenarnya kurang memuaskan mengingat banyaknya dekorasi plastik, terutama tanaman yang ada. Anda pohon-pohonnya beneran, pasti bakal bisa mengurangi hawa panas yang menyengat di sini.

Ada foodcourt, tapi yang dijual adalah makanan khas pinggir jalan - mie instant, bakso, teh botol dan sebagainya. Mana makanan Koreanya? Yang menarik di foodcourt ini ada suguhan karaoke gratis (katanya maksmal 2 lagu per orang), tapi yang diputar kebanyakan lagu dangdut dan campursari Jawa. Aku belum sempat mendengar adanya lagu Korea.


Bagiku, tempat ini jelas mengecewakan. Tiket masuk 10 ribu per orang jadi terasa mahal. Seperti yang kusebutkan sebelumnya, tempat ini hanya seperti studio foto bertema Korea. Ibu mertua sempat cerita, ada pengunjung yang berkomentar "biasa dolan ning Korea, Jepang, Singapur kok ndelok nggon kaya ngene". Bukannya sombong, tapi ada benarnya juga.

Ya, untuk tahap awal sih wajar-wajar saja, mungkin dana juga terbatas. Tapi kalau tidak ada perkembangan, mungkin orang hanya mau berkunjung sekali - dan kecewa. Belum lagi dengan udara yang panas dan berdebu. Kalau memang mau dipertahankan, konten bernuansa Korea perlu lebih ditingkatkan. Misal tanaman jangan plastik semua, ada suguhan musik, makanan, cinderamata yang khas Korea. Lebih bagus lagi kalau ada konten edukasinya, misal cerita singkat tentang sejarah Korea, hal-hal yang unik di Korea, budaya dan tokoh Korea. Kalau bisa lengkap begitu, bukan mustahil tempat ini bakal jadi rujukan sekolah-sekolah untuk berdarma wisata.


Di daerah sini banyak perkebunan nanas, sayangnya saat ini (juga tahun lalu) tidak pas musim panen. Aku penasaran bagaimana pemandangan saat panen nanas. Yang jelas, andaipun bagus,pasti jarang orang mau selfie di kebun nanas heehehhe.


Perjalanan kami akhiri dengan mampir makan di Rumah Makan Joglo Dau, tidak jauh dari Simpang Lima Gumul. Rumah makan ini bernuansa tradisional dan berpadu dengan galeri seni. Pantas saja banyak patung dan lukisan yang dipajang. Harganya termasuk mahal untuk daerah Kediri, dengan rasa yang tidak terlalu istimewa. Yang paling membuatku jengkel adalah ... banyak lalat.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...