31 December 2008

Last Lunch This Year



Hari terakhir di tahun ini, selesai rapat akhir tahun, hampir semua staff yang hadir, makan bersama di kantin ayam bakar Pa'e. Masih ada beberapa karyawan yang "serakah", melanjutkan libur di akhir tahun, meskipun sudah dipaksa untuk hadir di hari ini.

27 December 2008

Supri's Wedding



Setelah menunggu cukup lama, Supri datang juga bersama rombongan pengantin wanita. Pagi hari resepsi sudah diadakan di tempat mempelai perempuan. Acara ngunduh mantu dilakukan langsung di hari yang sama.



Ruang tamu yang digunakan sebagai pelaminan cukup sempit, makanya agak susah memotret keseluruhan. Apalagi agak tertutup. Tapi justru kusen pintu dan jendela menjadi "frame" tersendiri.



Tamu yang hadir, terutama dari pihak mempelai wanita, ternyata melebihi perkiraan. Kursi yang disiapkan di tenda cuma sekitar 100 buah, sudah tidak mencukupi lagi. Akibatnya beberapa pengunjung, khususnya anggota keluarga sendiri, mengalah dan memilih duduk di luar tenda, sedikit di bawah pepohonan bambu agar teduh. Cuma ya resikonya sedikit gatal dan banyak semut.



Ah, namanya juga anak-anak, kerjanya main melulu. Gak peduli lagi panas, si Alan asik mengejar-ngejar kambing yang sedang merumput di lapangan.



Ini adalah Joko, adik Supri yang sudah terlebih dahulu menikah. Kunjunganku ke pernikahan Supri (sepupuku) juga menjadi kesempatan untuk silaturahmi dengan keluarga dari pihak Bapak, soalnya sudah cukup lama aku gak berkunjung ke sana, bahkan saat gempa Jogja pun aku gak sempat berkunjung, padahal rumah-rumah saudaraku ikut terkena dampaknya.



Lik Basuki, masih dengan gaya seperti dulu, tidak banyak berubah meskipun wajah sudah terlihat menua. Dia masih saja membujang, sementara keponakan-keponakannya sudah mulai menikah.



Kedua mempelai berpose bersama simbah putri, yang fisiknya sudah cukup lemah namun masih berusaha untuk bisa menyaksikan pernikahan cucunya.

Prambanan Temple After Earthquake

Terakhir kali aku mengunjungi candi Prambanan, kalau gak salah adalah waktu SMP atau SMA, itupun hanya di pelatarannya, tidak benar-benar mencoba menikmati.
Makanya, mumpung ada kesempatan, meski cuma sebentar, aku sempatkan mampir ke candi Hindu terbesar di Jawa ini.



Maskot candi prambanan, dengan busana Jawa lengkap dengan blangkonnya, bersanding bersama Sinterklas dan Badut. Perpaduan yang cukup aneh menurutku :D

Sinterklas dimunculkan karena bertepatan dengan perayaan Natal di bulan Desember, dan kalau diamati, hampir seluruh petugas mengenakan atribut terkait dengan Natal (seperti topi merah yang dikenakan penjual tiket). Bukannya mau protes, cuma menurutku kok agak dipaksakan dan gak pas. Di mal, gak masalah kalau kostum pegawainya menyesuaikan dengan hari raya tertentu. Tapi di tempat wisata yang punya ciri khas (dalam hal ini Candi Hindu di tanah Jawa), harusnya karakter asli tempat itu jangan dihilangkan. Bagaimana kalau sinterklas-nya pakai blangkon dengan batik bernuansa natal? Hehehehe ...



Salah satu candi (aku lupa nama candinya) masih dalam tahap renovasi setelah kompleks candi ini ikut rusak karena gempa Jogja 2006 lalu. Renovasi candi ini telah berlangsung cukup lama, dan sudah hampir selesai, dengan suntikan dana dari bantuan asing juga.



Ah, sayang sekali, pas mau lihat-lihat candi, kok hujan turun. Akhirnya kami ngeloyor langsung ke pintu keluar di sebelah utara, bersama para pengunjung lainnya. Batal deh melihat-lihat candi lebih dekat.



Ini pemandangan candi Prambanan dari sisi utara. Ternyata di sebelah utara candi ada lapangan cukup luas. Secara keseluruhan, kompleks candi ini tertata dan terawat cukup rapi, dengan beberapa taman pendukung, malah ada hewan rusa juga di sisi sebelah timur, mirip yang ada di lapangan Monas.



Nah, ini juga baru kuketahui, ada angkutan berbentuk kereta yang bisa dimanfaatkan untuk mengelilingi kompleks candi, dari candi Prambanan sampai Candi Sewu di sebelah utara. Ongkosnya 10.000 per orang, dapat sebotol air mineral. Mumpung hujan gak jadi turun, aku nyobain ikutan, lagipula gak terlalu ramai, jadi gak perlu antri.



Kereta keliling itu berhenti sejenak di candi Sewu, sekitar 5 menit untuk memberi kesempatan pengunjung berfoto ria di kompleks seribu candi itu. Candi Sewu ini terkait erat dengan legenda Bandung Bondowoso, yang atas permintaan Rara Jongrang mencoba membuat seribu candi dalam satu malam.

Plaosan Temple



Mumpung sedang bawa motor ke Prambanan, aku sempatkan mampir ke Candi Plaosan, meskipun tidak sempat masuk ke dalam, karena waktu yang singkat. Dari sisi selatan, Candi Plaosan ini tampak dikelilingi oleh areal persawahan yang subur, dengan latar belakang gunung Merapi.



Meskipun terletak tidak jauh dari kompleks candi Prambanan (kurang lebih 1 km sebelah utara), dilihat dari bentuk stupa yang ada, candi ini merupakan candi Budha. Saat ini kondisinya sedang dalam tahap pemugaran, mungkin terkena imbas gempa Jogja di bulan Mei 2006 lalu.

http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Plaosan

Field of Taji



Lapangan sepakbola yang cukup luas di depan SDN Taji, Prambanan Klaten, memiliki kenangan tersendiri buatku. Sudah cukup lama aku tidak mengunjungi nenekku yang tinggal di dekat sini, terutama sejak aku merantau keluar daerah untuk kuliah dan kerja.

Waktu aku kecil, lapangan ini sering menjadi arena balapan kuda yang cukup populer, dengan peserta hampir dari seluruh Jawa, atau mungkin ada juga yang dari luar Jawa. Dulu aku cukup beruntung karena rumah nenek persis di pinggir lapangan, sehingga gak perlu bayar tiket untuk menontong pacuan kuda itu.

Sayangnya, pohon pete yang dulu sering aku panjat, sudah tidak ada lagi, mungkin ditebang. Setiap kali berkunjung ke rumah nenek ini, aku selalu menyempatkan diri memanjat pohon pete itu untuk beristirahat, menikmati angin pedesaan yang sejuk meskipun di musim kemarau.

Alan, Chubby and Healtier



Syukurlah, sekarang ponakanku yang satu ini sudah kembali gemuk dan lucu, berbeda dengan beberapa bulan lalu waktu aku berkunjung. Masih aktif dan cukup menyenangkan diajak bermain.

26 December 2008

Accident in Highway



Agak heran dan cemas juga aku waktu terjadi kemacetan setelah masuk tol Cikarang. Sempat cemas jika ternyata kemacetan hingga Jakarta, padahal aku sedang dalam perjalanan menuju stasion untuk berangkat ke Jogja. Ternyata kemacetan terjadi karena ada mobil pickup terguling di daerah Cibitung, selanjutnya lalu lintas lancar aman.

25 December 2008

Christmas in Javanese Style



Ibadah Natal di GKJ Nehemia kali ini mengambil nuansa daerah (Jawa) yang cukup kental. Dengan iringan gamelan Jawa di hampir seluruh tarian, serta fragmen singkat dengan para remaja yang mengenakan pakaian rakyat Jawa serta didukung dekorasi kandang domba yang khas kandang-kandang di desa.

22 December 2008

My New Cellphone



Akhirnya aku terpaksa beli HP baru, soalnya HP yang lama dicolong oleh teman kantor sendiri. Ah, memang keterlaluan benar tuh si Teguh, Teguh Ariyanto, pemuda asal Klaten yang kerja jadi driver di kantor.

Gak cuma HPku yang dicolong, tapi HP temanku juga ada yang ilang, termasuk duit beberapa ratus ribu yang disimpan di dompet. Ah bener-bener. Sekedar peringatan, hati-hati dengan account YM bose_lippo, karena dia lah yang ngembat handphoneku yang meskipun murah tapi cukup berharga buatku.

20 December 2008

Christmas with Intimacy



Natal di Cikarang kali ini mengambil tema Intimacy, tidak banyak suguhan kreasi yang ditampilkan, karena yang ingin ditekankan adalah keintiman dengan Sang Khalik. Keseluruhan acara mirip dengan acara ibadah seperti biasa, hanya dalam suasana dan dekorasi yang lebih megah.



Yang cukup mengejutkan (mungkin buatku sih) adalah hadirnya salah seorang peserta Idol 2, Harry. Dia menyanyikan lagu Miracle, dan Long Time Ago In Bethlehem. Meski gak jadi juara Idol, harus diakui, kualitas suaranya beda, enak bener ndenger dia nyanyi secara live gini.

14 December 2008

My Ignored House



Hari ini aku ngajak Arik mengunjungi rumah yang sudah lama kuabaikan. Pas datang sempat kaget juga, lha kok rumahku dipagarin. Selain itu halaman depan dan belakang juga ditanamin aneka sayuran.

Ah biarlah, daripada yang tumbuh ilalang. Waktu kutanya tetangga masalah air, ternyata air PDAM belum masuk, jadi bisa dibilang masih cukup sulit air di tempat ini.

10 December 2008

Ana's Birthday



Bagio, dengan penuh perasaan, menyuapi Ana.
Ana ultah beberapa hari lalu, tapi karena bertepatan dengan hari libur, maka perayaan dilakukan hari ini. Ibunya membuatkannya nasi kuning untuk dibagi-bagi di kantor.



Make a wish ... Kue itu persembahan dari para wanita di kantor, dipesan secara mendadak.



Kegilaan para gadis di kantor memang belum berakhir. Kali ini giliran Ana yang kebagian kado nyentrik, ya gak jauh beda lah tampilannya dari kertas pembungkus kadonya itu.

09 December 2008

Stop at Cikini



Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, kereta yang seharusnya berhenti di St. Gambir terpaksa berhenti cukup lama di St. Cikini karena katanya ada kerusakan sinyal dari St. Manggarai. Cukup lama kereta berhenti di Cikini, sampai akhirnya kami memutuskan untuk turun saja di stasiun ini dan menunggu bis dari sini.

Setidaknya aku jadi tahu lokasi Cikini, yang selama ini hanya aku tahu dari lagu Kr. Kemayoran... hehehe. Akupun melangkah keluar stasiun sambil berdendang "Cikiniii ii .. ke Gondangliaaaa .....".

07 December 2008

Verdian Wedding : Party



Selesai acara pemberkatan, seluruh keluarga langsung menuju tempat resepsi diadakan, di kediaman mempelai wanita. Deretan kado dan seserahan sudah disiapkan, sayang aku gak sempat membuat list apa saja yang diserahkan tersebut.



Kedua mempelai sungkem dihadapan orangtua masing-masing, secara bergantian. Menurut MC, ritual ini wajib ada, dan tidak boleh dihilangkan. Ritual lain, mungkin seperti menginjak telor, memecah kendi atau melempar sirih, boleh saja dihilangkan. Tapi sungkem kepada orangtua tidak boleh dihilangkan, karena sebagai wujud rasa hormat dan ucapan syukur kepada orangtua.



Sebenarnya tenda yang dipasang untuk acara resepsi ini cukup megah, ruangan juga cukup luas, tapi entah kenapa, di dalam rasanya sumpek. Mungkin karena orang yang datang cukup banyak, atau mungkin juga penyusunan tempat duduk yang tidak pas sehingga terkesan sempit. Di pojok kiri itu adalah panggung yang menampilkan musik dengan iringan cukup lengkap, gak cuma organ tunggal. Penyanyinya pun ada 3.



Foto bersama ... ritual tidak resmi yang rasanya tidak boleh dihilangkan juga :)
Akhir kata, selamat menempuh hidup baru buat Mas Ver dan Mbak Sinta.

Verdian Wedding : Blessing



Tetap tersenyum, meskipun sedang dijemur di bawah teriknya matahari siang itu. Kedua mempelai bersiap-siap memasuki ruang pemberkatan, di gereja baptis, namun harus menunggu terlebih dahulu selagi ruangan dipersiapkan.



Domas, manggala dan kedua pasang orangtua berjalan beriringan di belakang pengantin.



Seperti biasa, sebelum diberkati di gereja, terlebih dahulu urusan dengan negara (melalui catatan sipil) dibereskan dulu. Selain mempelai dan orang tua, hadir pula para saksi untuk mendukung legalisasi pernikahan sesuai hukum negara. Proses inilah yang seringkali makan biaya tak sedikit, sehingga banyak pasangan yang memilih menikah "tidak resmi", maksudnya tidak sah secara hukum negara karena belum tercatat dan tidak memiliki akta pernikahan, meskipun secara hukum agama sudah dinyatakan sah.



Inilah para manggala, yang kebetulan keduanya merupakan adik dari masing-masing pengantin.



Anggota keluarga yang turut menyaksikan upacara pemberkatan, dengan seragam warna-warni : merah, hijau, kuning. Lha kok kompak kayak bangjo, lampu lalu lintas di persimpangan jalan.



Kedua mempelai secara bergantian menyematkan cincin pernikahan di jari manis pasangannya.



Tindakan simbolik yang baru kutemui adalah penyalaan lilin setelah pengantin resmi diberkati sebagai pasangan suami-istri. Ada 3 buah lilin, awalnya 2 lilin paling pinggir dinyalakan, sementara lilin yang ditengah padam. Kemudian kedua mempelai mengambil kedua lilin yang menyala, dan bersama-sama menyalakan lilin yang ditengah. Setelah lilin di tengah menyala, kedua lilin yang dipegang masing-masing mempelai dimatikan.

MC, kurang lebihnya, menyampaikan makna tindakan simbolik ini, sebagai keputusan untuk menyalakan api/terang kehidupan bersama, sebagai satu kesatuan suami-istri, dan memadamkan ego masing-masing agar kebersamaan terpancar secara sempurna.



Acara pemberkatan nikah ini diringi dengan gamelan jawa, alunan gending-gending tradisional yang merdu dan hikmat. Kalau tidak salah, semua pemain adalah sesama warga jemaat gereja baptis tempat kedua mempelai tersebut beribadah.

Verdian Wedding : Preparation



Selesai dirias, tantenya mas Ver langsung minta dipotret. Setelah potret di dalam ruangan, dia pengen juga potret di luar ruangan. Katanya mumpung make-up belum luntur kena keringat.
Semula dia berharap foto yang dihasilkan akan tampak lebih langsing, tapi ya apa mau dikata, kenyataannya seperti itu.



Kakak beradik ini sudah siap tanding, masing-masing hendak mencabut keris pusaka. Untung saja segera dilerai orangtuanya, sebelum terjadi pertumpahan darah menjelang pesta pernikahan. Wes, persis ketoprak.



Sebelum berangkat ke tempat resepsi, foto bersama dulu sekeluarga, dengan latar belakang pohon natal yang baru semalam dihias dan dipasang lampunya.



Sementara para suporter cilik gak mau ketinggalan juga, berpose dengan kostum seadanya di lantai atas, dengan latar belakang gugusan gunung Klothok nan menghijau di musim hujan.
Dari momen ini aku belajar penggunaan lampu kilat meski dalam pencahayaan yang cukup. Biasanya, jika aku arahkan fokus ke objek (orang), objek akan tampak terang, namun latar belakangnya terlalu terang (over exposure), sebalinya jika aku fokus di latar belakang (awan dan langit biru), objek akan jadi gelap (under exposure). Aku iseng-iseng (karena malas belajar teorinya), fokus aku arahkan ke latar belakang, sementara lampu kilat aku nyalakan. Hasilnya cespleng, kayak foto di studio saja :).



Berangkat ke tempat resepsi, harus jalan kaki dulu karena kendaraan gak bisa masuk ke dalam gang depan rumah.

05 December 2008

Fan Without Fan



Sekilas aku gak terlalu curiga dengan kipas angin ini, yang tergantung di salah satu gerbong kereta api Senja Utama Semarang, kelas bisnis. Hanya saja, lama-lama heran juga, kipas ini berputar, namun kok rasanya gak ada angin. Setelah aku amati lagi, ternyata tidak ada baling-baling di dalamnya. Lho ... percuma donk. Pertanyaannya, siap yang iseng ngambil baling-balingnya????

01 December 2008

Another Birthday Party



Ultahnya bulan lalu, namun baru sempat dirayakan sekarang karena ultah bertepatan dengan hari libur. Dengan ultah kali ini, Pak Iwan semakin mendekati kepala 4.



... waduh, lama bener sih motong kuenya, Pak. Lihatlah wajah-wajah memelas kelaparan itu :)



Sekrat teh botol pun dihadirkan untuk memeriahkan acara, biar gak seret makan cake.



Acara makan-makan perayaan ultah dipindah waktu makam malam, soalnya siang banyak yang berhalangan dan waktu juga terbatas. Acara kali ini diadakan di Selera, dekat Hompimpa, lokasinya lumayan juga karena dekat danau, dengan bangunan yang khas pedesaan, hanya saja interiornya terkesan minim.



... iseng-iseng, sambil menunggu hidangan disiapkan ...



.. laparrrr ...., jadi bengong ...



Saat menunggu makan, beberapa kucing menghampiri. Dengan santainya Exa bermain-main dengan kucing tersebut, sementara itu Dian ketakutan setengah hidup waktu Exa membawa kucing itu mendekat.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...