17 September 2019

Cibinong Dengan Kereta Api


Pagi ini perlu menjadi saksi dalam sidang perceraian kakakku di daerah Cibinong, dan biar hemat aku putuskan naik kereta api. Sebenarnya naik kereta api kurang praktis dari sisi jarak, karena aku harus memutar dari St. Jurangmangu -  St. Tanah Abang - St. Manggarai -  St. Bojonggede. Seandainya jalur yang sama aku tempuh dengan angkutan darat biasa, bisa jadi jaraknya dua kali lipat dari jalur bisa. Tapi kalau pakai mobil, selain mahal, juga waktu tempuhnya bisa tidak pasti karena adanya potensi kemacetan.


Aku turun sejenak di Stasiun Citayam, karena menurut peta Commuter Line ada jalur menuju St. Cibinong. Kalau dilihat di peta, ada dua alternatif tempat turun yaitu St. Cibinong dan St. Bojonggede. Karena aku pernah melewati St. Bojonggede, aku penasaran untuk naik yang ke arah jalur St. Cibinong, yang sebelumnya adalah jalur rel mati dan dihidupkan kembali sekitar tahun 2015 dan berujung di St. Nambo, Bogor. Nah, karena menurut keterangan petugas kereta, kereta menuju Nambo tidak lama lagi akan datang, makanya aku penasaran dan turun di St. Citayam yang merupakan stasiun transit (sebelumnya aku naik kereta menuju St. Bogor).

Tapi setelah berhitung-hitung, aku kembali naik kereta menuju St. Bogor dan turun di Bojonggede. Dari sana aku lanjut naik ojek biasa (tarif 25 ribu) menuju Pengadilan Negeri Kelas 1 Cibinong. Lumayan jauh juga, tapi cukup cepat dan lancar dengan motor.


Nah, pulangnya aku berniat untuk mencoba jalur Nambo, dengan naik kereta di St. Cibinong. Dari kantor pengadilan, jaraknya lebih dekat kalau dibanding dengan St. Bojonggede. Tapi ternyata, kereta baru akan tiba menjelang jam 2 siang (waktu itu jam 12 lebih dikit). Alamak, ternyata jadwal kereta yang melalui jalur ini sangat jarang, beda dengan jalur normal Jkt-Bogor yang cukup banyak. Kata petugasnya, kalau mau naik kereta dari sini memang harus memastikan jadwal keretanya dulu ... pantesan stasiunnya sepi dan terlihat beberapa orang santai saja di luar stasiun.

Alhasil, aku terpaksa naik ojek balik ke St. Bojonggede. Rugi, tapi ya lumayan dapat pengalaman dan pelajaran. Satu pelajaran lagi adalah soal ojek online vs ojek tradisional di sini. Meskipun ojek online sudah bisa diterima, tapi aksesnya tetap dibatasi khususnya untuk menaikkan penumpang. Mereka tidak boleh menjemput penumpang berdekatan langsung dengan pintu stasiun, jadi ada beberapa titik penjemputan tertentu yang jaraknya lumayan jauh dari pintu stasiun. Contohnya di St. Cibinong ini, salah satu titik jemput adalah di Indomart yang ada di Jl. Raya Bogor, dan harus jalan kaki hampir 500m dari pintu stasiun. Begitu juga di St. Bojonggede, tapi aku lupa lokasi kalau di sana. Untunglah, tidak ada batasan untuk mengantar, jadi penumpang tetap bisa diantar sampai ke pintu stasiun.


Bangunan lama St. Bojonggede yang tetap dipertahankan meskipun stasiun ini sudah mengalami sedikit renovasi, minimal ada penambahan wilayan stasiun. Sangat menyenangkan melihat PT KAI tetap mempertahankan bangunan lama, yang sepertinya kebanyakan masih peninggalan jaman kolonial, bisa dilihat juga di beberapa stasiun lama.

Btw, total waktu tempuh naik kereta dari Bintaro ke Cibinong adalah 2 jam, sementara naik taksi bisa kurang dari itu, mungkin cuma 1 jam kalau tidak macet :) Aku ingat waktu lebaran kemarin, mengandalkan Google Assistant di Google Map, jarak tempuh tetap hampir 2 jam, tanpa lewat tol. Lewat tol bakal lebih cepat lagi.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...