Showing posts with label Ship. Show all posts
Showing posts with label Ship. Show all posts

16 July 2022

Menjelajah Jembatan Cinta dan Pantai Ancol

Akhirnya jalan-jalan ke pantai lagi, atas info dari Yohan soal adanya pantai yang lebih bersih di bagian timur kawasan Ancol. Mulai dari Bandar Djakarta, aku berjalan menyisiri pantai ke arah timur.

Meski sudah ada banyak pengunjung dan juga pedagang, tapi bisa dibilang masih lumayan sepi. Masih bisa menjumpai burung-burung liar di tepi pantai dan di sekitar taman.

Dulu sering juga ke Ancol tapi urusan kerjaan, jadi gak terlalu banyak menjelajah dan juga suasana kurang menarik.

Jembatan baru ini baru kali ini aku lihat, disebut jembatan dermaga Cinta, karena kalau dilihat dari atas akan seperti membentuk hati. Di tengah-tengah ada bangunan yang ternyata sebuah cafe/restoran.

Kapal-kapal wisata mulai beroperasi dan banyak dimanfaatkan oleh pengunjung untuk menjelajahi perairan di pantai Ancol.



Di tengah maraknya penggunaan telepon genggam untuk mengambil foto, terutama selfie, ternyata di Ancol masih ada orang yang mencari nafkah dengan menawarkan jasa foto.

Pas lihat anak-anak kecil berjalan sambil membawa makanan ringan, aku pikir ada yang sedang pesta ulang tahun di sini. Eh ternyata memang ada yang jual jajanan tersebut.

Inilah pantai yang sempat disebut oleh Yohan, jadi banyak orang yang main di sini karena pasirnya lebih bersih. Katanya dulu tempat ini agak ekslusif, tapi sekarang sudah dibuka untuk umum.

Senang melihat perekonomian rakyat mulai menggeliat di kawasan wisata.

Beberapa patung yang ada di kawasan Ancol ini, entah mengapa banyak patung kuda.

Karena kawasannya cukup luas, sebenarnya pihak pengelola menyediakan layanan bis Wira-Wiri yang gratis. Tapi selama aku di sini, aku belum menemukan satupun bis tersebut. Justru yang aku temukan adalah bis TransJakarta, yang bayar. Tapi ya toh cuma 3500, jadi aku naik ini saja ketimbang harus nunggu lama. Dari pantai Ancol aku menuju halte bus Transjakarta.

Menaikin jembatan menuju halte busway Ancol ini membangkitkan nostalgia tersendiri. Dulu sering sekali berada di sini, jaman susah, saat harus mondar-mandir ketemu client untuk ngerjain proyek yang seperti gak kelar-kelar. Demi menghemat biaya, aku lebih milih naik angkutan umum ketimbang taksi atau sewa mobil, meskipun bisa ditagih ke kantor. Dari halte ini juga aku milih jalan kaki ke tempat client, toh paling cuma 1 kilometer kurang lebih. Waktu itu aku nikmati saja setiap perjalanan, anggap saja jalan-jalan.

Di luar urusan kerja juga kadang ke Ancol naik bis TJ juga, jadi  ya ke tempat ini lagi. Makanya benar-benar nostalgia, apalagi kalau diingat-ingat, selama pandemi aku dah gak pernah lagi naik bis TJ. Bisnya sendiri tidak banyak mengalami perubahan.


 Dari Ancol aku menuju stasiun Jakarta Kota, terus pulang naik Commuter Line lagi. Capek tapi menyenangkan, setidaknya gak terlalu bingung kalau kapan-kapan mau ajak anak-anak piknik ke Ancol.

14 March 2015

Sabtu Siang di Jakarta

Hari Sabtu biasanya aku malas jalan-jalan ke Jakarta, apalagi saat cuaca panas terik. Alasannya sudah pasti, malas dengan kemacetan yang ada. Tapi karena ada keperluan, menemani istriku, siang ini kami pergi ke Jakarta sebentar. Tapi ada beberapa hal menarik yang aku jumpai selama perjalanan singkat siang itu.


Berangkat dari Bintaro naik kereta api yang cukup lenggang meskipun gak kebagian tempat duduk. Yang menarik adalah iklan pembersih wajah, dengan ikut menggantungkan kemasan di samping pegangan penumpang. Lha orang kan bisa salah pegang, atau jangan-jangan memang itu sudah dikemas biar kuat juga untuk dijadikan pegangan.


Di sungai sebelah jalan Daan Mogot, seberang Samsat Jakarta Barat, beberapa petugas tampak sedang membersihkan sampah di sekitar dengan perahu yang agak unik ini. Terus terang baru kaliini aku melihat perahu jenis ini. Salut juga kalau ada tenaga kebersihan yang dikerahkan untuk membersihkan sungai-sungai di Jakarta dari tumpukan sampah, meskipun tanggung jawab kebersihan tetap ada di masyarakat.


Masih di sungai yang sama, tampak sisa-sisa perahu yang sudah rusak terapung di permukaan sungai. Wah, sayang juga bangkai kapal ini terbuang sia-sia seperti ini. Di tangan orang yang kreatif, bangkai kapal ini pasti bisa dimanfaatkan.


Memasuki kawasan kampus Binus di Jl. Rawabelong, aku perhatikan ada pemandangan yang tidak biasa, yaitu adanya petugas pengatur lalu lintas di pertigaan Batusari. Biasanya pertigaan ini sangat semrawut, para pengguna jalan (terutama pengendara motor dan angkot), biasanya tidak sabar untuk menunggu lampu hijau menyala. Salah satu titik kemacetan yang pantas dihindari saat hari Sabtu siang, tapi kali ini terlihat cukup lancar.


Stasiun Palmerah sedang direnovasi besar-besaran, bangunannya diperbesar, hampir kayak Stasiun Tanah Abang. Yang membuatku tertarik, di sebelah kanan-kiri juga dibangun jembatan penyeberangan. Kalau dimaksimalkan nanti, bakal bisa mengurangi kemacetan di sekitar tempat ini, asalkan para pejalan kaki juga disiplin memanfaatkannya.

14 October 2014

Kapal, Kereta dan Kereta Gantung


Sebuah kapal kecil, gak tahu jenis apa, bersiap merapat di pelabuhan Singapura - HarbourFront. Ada beberapa penumpang yang turun dari kapal itu. Sore ini ada sedikit waktu luang, jadi aku nongkrong sebentar di VivoCity berharap bisa menyaksikan sunset di tepi pantai.


Kereta odong-odong versi mall, melaju pelan meskipun penumpangnya cuma satu anak kecil yang ditemani ayahnya. Di kota besar, hiburan seperti inpun tetap menarik minat anak-anak. Sementara di restoran sebelah sana .... #ahsudahlah


Ternyata keinginanku menyaksikan sunset yang dramatis tidak terwujud, karena sebelah barat tertutup dengan awan cukup tebal. Ya sudah, aku nikmati saja pemandangan Singapore Cable Car yang berlalu lalang di atas langit pantai. Sambil mengisi waktu, aku coba merangkum hasil meeting hari ini dan menyimpan ke laptop. Karena mendung juga, sinyal internet juga kurang bersahabat.

#transportation #sunset #ship #boat #train #mall #gondola #sky #cloudy

13 October 2013

Resort World Sentosa : Departure


Satu keluarga tampak sedang menikmati makan siang di bawah Waterfront Station, persis kayak masyarakat Indonesia yang piknik sambil makan dengan gelar tikar di lapangan rumput :)

Selesai bermain di Universal Studio, sebelum meninggalkan pulau Sentosa, aku sengaja naik kereta dulu ke Beach Station (stasiun paling ujung dari Sentosa Express) karena penasaran apa yang ada di sana. Mumpung naik keretanya dah gak bayar lagi.


Sepanjang jalan, banyak aku temui turis-turis yang sedang mengambil gambar dengan kamera atau smartphone. Kadang gaya pemotret tampak lebih heboh dibandingkan gaya objeknya, seperti dua pria dewasa yang mengambil foto di pinggir jalan ini.


Sampai juga di Beach Station. Dari atas stasiun tampak lautan lepas, dengan pantai yang hijau penuh pepohonan, tampak segar. Aku turun sebentar meskipun tenaga sudah tidak bisa kompromi lagi.


Di luar stasiun ada kucing hitam yang tidak terlalu gemuk ini, tapi jinak. Tidak banyak kucing liar di Singapura, tapi biasanya kucing yang ada cukup terawat, entah mereka dapat makan dari mana.


Karena sudah sangat capek dan ingin segera beristirahat, kami tidak berlama-lama di tempat ini. Juga tidak sempat berkeliling. Hanya sempat keluar stasiun sebentar, duduk di taman sekitar 15 menit, dan kembali masuk stasiun untuk pulang ke kota.


Pantai selatan pulau Sentosa tampak dari atas Beach Station. Tampaknya nanti aku perlu meluangkan waktu ke sini, sekedar menikmati pemandangan dan melihat-lihat.


Ternyata patung Merlion beukuran besar yang ada di pulau Sentosa berada dekat dengan Imbiah Station. Wah, andai saja tenaga dan waktu masih mendukung, aku bakalan singgah dan jalan-jalan di tempat ini. Makin menguatkan niatku untuk datang lagi ke sini suatu saat lagi.


Beberapa aktivitas turis di sekitar Imbiah Station, dekat dengan patung Merlion. Seperti biasa, sebagian besar aktivitas adalah berfoto ria. Jaman sekarang foto sudah jadi kebutuhan pokok, entah sekedari disimpan atau diupload ke berbagai jejaring sosial. Toh gak harus dicetak, jadi biaya operasional tidak memberatkan seperti jaman penggunaan foto analog.


Dengan Sentosa Express kami meninggalkan Sentosa Resort World menuju Vivo City, melewati pelabuhan ini. Tampak kapal-kapal besar berlabuh, dan di belakang itu ada gondola yang cukup tinggi yang juga bisa mengantarkan wisatawan menuju pulau Sentosa.


Hmmm.... Christmas comes early in Vivo City :)

Universal Studio Singapore : Madagascar


Wahana pertama yang kami kunjungi adalah Madagascar : A Crate Adventure. Ini harusnya wahana paling akhir, tapi kami ambil arah belok kiri setelah masuk, bukannya ke kanan. Di sini kami lupa memanfaatkan kartu Express, jadinya antri pakai jalur biasa. Untung pengunjung waktu itu belum banyak, jadi tidak lama menunggu.


Wahana ini tidak terlalu menantang, cuma naik perahu seperti halnya wahana Istana Boneka di Dufan. Tapi tentu saja hiburannya lebih atraktif dan menarik, menyajikan ulang film pertama Madagascar, tentang petualangan Alex, Marty, Melman dan Gloria :)


Hiasan di depan perahu ini sederhana, tapi tampak eksotik dan keren.


Di wahana ini tidak ada larangan memotret. Jadi aku coba memotret sebisa mungkin, dalam kondisi cahaya yang kurang dan perahu yang bergerak terus. Hasilnya tentu saja tidak terlalu maksimal. Aku enggan menggunakan lampu kilat, takut mengganggu pengunjung lainnya.


Sambil melewati setiap adegan yang ada, dengan sound effect dan tata cahaya yang bagus, aku coba mengingat-ingat kembali bagaimana cerita di film ini. Sayangnya aku gak berhasil mengingatnya. Sepertinya harus nonton lagi nih.


Waktu melihat air mancur menutupi jalur kapal, semua berpikir bakal basah kuyup. Wah, aku sudah siap-siap mengamankan kamera. Untunglah, waktu kami melewati "gerbang" itu, airnya berhenti mengalir, menyisakan cipratan kecil di sisi kanan-kiri. Jadi praktis cuma yang duduk di paling pinggir yang agak kena air :)


... akhir dari petualangan ... Tidak terlalu menegangkan tapi tetap menarik. Harusnya memang cocok untuk dinikmati di bagian akhir, jadi seperti relaksasi setelah menikmati wahana-wahana yang (katanya) lebih menegangkan.


Oh ya, ada wahana lain di areal Madagascar ini yaitu Marry-Go-Round, komedi putar, dengan tema Madagascar. Tapi kami sudah malas antri, jadi melewatkannya saja.

12 October 2013

At East Coast Park


Touch down at East Coast Park. Kesampaian juga buat jalan-jalan santai di pantai, meskipun ini sebenarnya ada pantai hasil reklamasi. Tapi harus diakui, taman yang ada di sepanjang pantai ini benar-benar di rawat, dengan pepohonan rindang, jalur olahraga (jalan kaki dan sepeda), serta bangku-bangku taman yang cukup nyaman dan bersih. Tak heran kalau banyak yang memanfaatkan tempat ini untuk berolahraga, toh gratis.

 .
Karena lokasi yang tidak jauh dari bandara Changi, selalu bisa terlihat pesawat berlalu lalang di angkasa


Secara umum pantai ini terlihat bagus, meskipun tidak istimewa. Sampah juga banyak ditemui di pinggir pantai, ya gak jauh beda dengan kondisi pantai Ancol atau pantai di sepanjang laut Jawa. Tapi bagiku tetap saja jauh dari kesan kumuh dan nyaman buat tempat "melarikan diri" dari penatnya suasana kota.


Rumput yang terawat dan pepohonan  yang rindang dipinggir pantai membuat pantai ini tampak nyaman. Apalagi tidak banyak orang yang gelar tikar di rerumputan hehehe...


... duduk-duduk sebentar di pantai. Udara yang segar membuat panasnya matahari pagi ini tidak terlalu terasa menyengat. Untunglah cuaca pagi ini juga cerah, jadi aku bisa jalan-jalan.


Duduk-duduk sambil memandang pantai yang dipenuhi kapal-kapal yang berlabuh di kejauhan, di bawah pohon cemara yang rindang -- cara yang murah meriah untuk menikmati akhir pekan. Kayaknya lain kali perlu mencoba untuk bawa laptop di sini dan bekerja di pinggir pantai :)


Kapal-kapal berbagai ukuran bisa terlihat di kejauhan. Aku ingat setiap kali akan mendarat atau terbang dari bandara Changi, di bawah bisa terlihat juga kapal-kapal di pinggir pantai, sepertinya itu kapal yang sama yang terlihat dari pantai ini.

Lain kali pengen ke sini lagi, mungkin pinjam sepeda biar tidak terlalu capek jalan kaki :)

#beach #ship #park #morningwalk #travelling

06 June 2013

Vacation at Ayer Island


Akhirnya ... sampai juga di Pulau Ayer. Waktu tiba, angin bertiup cukup kencang sehingga di dalam kapal rasanya tergoncang-goncang cukup merepotkan. Tadinya semula kru kapal sengaja menggoyang-goyang kapal, iseng amat. Ternyata memang angin cukup kencang dari arah barat.

Saat kami datang, sudah ada beberapa pengunjung yang bermain speadboat yang disediakan di sana dengan tarif kurang lebih 300 ribu per jam.


Hal pertama yang dilakukan, dan seterusnya juga selama di pulau ini sih, adalah bernarsis ria. Gak yang muda, gak yang tua.


... dan mertuaku adalah yang paling getol berfoto ria dengan gayanya yang khas sesuai jamannya :)


Foto bareng .... sayangnya background terlalu cerah sehingga orangnya jadi tampak gelap.


Ini tempat welcome drink, dapat minuman jus jeruk gratis ketika tiba di lokasi ini. Paket yang kami ambil juga termasuk makan siang. Pulau ini sepertinya mengambil tema Papua. Hiasan-hiasan, bentuk rumah serta nama-nama tempat dikaitkan dengan Papua dan kebudayaannya.


Ada cukup banyak arena permainan anak di tempat ini di lapangan yang penuh dengan pasir putih yang lembut.


Ternyata bapak mertuaku sengaja membawa keker dari rumah. Niat bener.


Bersantai dulu di tepi pantai, menikmati angin dan ketenangan pantai, sambil memandang kota Jakarta yang terlihat samar-samar di kejauhan.


Di pulau yang tidak tidak terlalu luas ini, ada cottage di atas air dan ada juga yang di daratan. Air di pantai bagian ini tampak sangat jernih sehingga dasarnya terlihat.


Beginilah rumah-rumah di daratan, yang sepertinya mengadopsi bentuk rumah di salah satu suku Papua. Jadi kepikiran, kalau punya rumah kayaknya asik juga kalau punya teras panggung seperti itu.


Ini pantai di sisi timur, di sini tidak terlalu berangin karena waktu itu angin berhembus dari arah barat. Dari jauh tampak kapal-kapal yang lebih besar.


Di pantai sebelah timur ini juga banyak pohon kelapa, jadi berasa banget suasana pantainya hehehe...


... akibat masa kecil yang bahagia, ... jadinya ingin mengulanginya ....


Pantai di sisi selatan dengan deretan cottage di atas air... tenang dan indah.


... begini keadaan restoran yang ada di anjungan tepi pantai... Angin yang bertiup sangat kencang membuat pengunjung lebih memilih makan di dalam ruangan.





Sayang sekali angin bertiup sangat kencang sehingga kami tidak sempat menikmati permainan air yang disediakan. Awalnya aku ingin nyobain sepeda air, yang harganya terjangkau. Tapi karena angin dirasa terlalu kencang dan membuat ombak dianggap berbahaya, maka permainan air ditutup, termasuk speedboat yang ada pas kami pertama datang.


Sebenarnya menurutku pantai di sini cukup bersih dan enak buat mandi dan berenang, jauh lebih bersih dibanding air di pantai Ancol. Sayangnya aku ragu-ragu apakah boleh berenang di pantai atau gak. Waktu aku lihat ada pengunjung yang cuek berenang di pantai dengan ombak yang besar itu, aku sedikit iri.


... giliranku narsis ... tapi memang tempat ini nyaman buat meditasi, tenang. Cuma aku gak bisa tahan lama di situ, masuk angin coy!


... memandang kapal-kapal nelayan yang berlalu lalang di sekitar pulau ini...


Jam 4 sore kami pulang ke Jakarta. Kondisi angin masih tetap kencang, dan air laut tampak lebih tinggi dibanding waktu kami pertama datang. Andai saja biaya ke sini lebih murah dan ada jaringan internet yang lebih baik, kayaknya enak kalau sering-sering istirahat ke sini, sejenak melarikan diri dari kota Jakarta yang bising dan sumpek.

Recommended place!

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...