06 May 2016

Big Bad Wolf Book Sale Jakarta 2016


Setelah beberapa kali melihat provokasi dari teman-teman di medsos tentang acara ini, aku memutuskan untuk datang sendirian, mumpung hari libur. Meskipun judulnya mengandung kata Jakarta, tapi lokasinya ada di BSD, Tangsel yang masuk ke wilayah Banten. Dari rumah naik motor sekitar 40 menit karena sedikit macet saat memasuki wilayah BSD.


Tadinya aku pikir pas aku datang akan sedikit lebih sepi, karena pas dengan waktu jumatan. Ternyata salah. Antrian tetap padat, meskipun memang kebanyakan yang ngantri bersamaku adalah wanita dan anak-anak.

Tidak ada biaya masuk ke pameran, tapi karena hanya satu pintu masuk membuat antrian cukup panjang hanya untuk masuk ke lokasi pameran di Hall 10 ICE BSD ini. Aku sedikit jengkel dengan pola antrian yang kurang teratur (gak jelas harus jadi berapa jalur meskipun sudah ada tali pemisah). Akibatnya aku sempat beradu mulut dengan seorang ibu yang ngomel karena merasa antriannya diserobot. Jadi jalur antrian sebetulanya cukup lebar, bisa muat 3-4 orang atau jalur). Tapi karena banyak yang datang bergerombol maupun berduaan, jadi seringkali cuma ada 2 orang, dan ini menghalangi orang lain di belakang karena tidak boleh menyerobot. Seharusnya, meskipun datang bersama, kalau mau fair ya antrinya depan belakang, bukan saling menyamping. Ah entahlah, susah ngasih penjelasan. Belum lagi banyak ibu2 yang bawa anak-anak (bukan bayi) pakai stroller, yang benar-benar makan tempat.


Seorang ibu sedang menjelaskan isi sebuah buku di dalam ruang pameran. Menarik, mengajarkan anak-anak untuk gemar membaca sejak dini. Tak heran kalau banyak anak-anak yang dibawa ke pameran ini, karena tersedia banyak pilihan buku anak-anak. Tapi kebanyakan sih buku import. Karena aku rasa anakku belum cukup untuk membaca buku dalam waktu dekat, aku gak berencana untuk membeli buku anak-anak. Moga saja tahun depan dan seterusnya ada acara serupa.


Suasana di dalam pameran saat lagi penuh-penuhnya. Ampe desak-desakan, untung gak pakai acara saling berebut. Sebenarnya di sini aku menemukan beberapa buku menarik, terutama yang terkait dengan sejarah dan seni. Karena gak kebagian keranjang belanja, aku malas menenteng-nenteng buku yang hendak aku beli, jadi aku putuskan untuk mencatat dulu dan mengingat lokasinya. Tujuannya biar kalau sudah lengkap daftarnya, aku tinggal mengambil buku-buku itu dan mulai mengantri. Begitu rencananya.


Gak sengaja ketemu kenalan lama yang jauh-jauh datang dari Cikarang, melintasi 3 provinsi (lebay) hehehe. Aku sekedar menyapa dan basa-basi sebentar, dan kamipun kembali asik mencari buku-buku yang ingin dibeli.


Seorang kru panitia sedang memeriksa kardus-kardus berisi buku yang masih tertumpuk rapi, bersebelahan dengan  kardus-kardus bekas yang ditumpuk berantakan di sudut ruang pameran.

Akhirnya aku keluar dari tempat pameran tanpa membawa pulang buku satupun. Melihat antrian menuju kasir yang begitu panjang, aku menyerah. Toh buku-buku itu tidaklah mendesak untuk dimiliki, hanya sekedar ingin aku koleksi saja. Jadi tidak ada cukup alasan untuk membuang waktu berjam-jam demi mendapatkan buku-buku murah itu. Mungkin lain kali.


Beberapa media meliput langsung acara yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, termasuk Metro TV dan RTV.

Meskipun aku tidak berhasil membawa pulang satu bukupun setelah melewati antrian panjang dan berputar-putar dalam kepadatan manusia yang haus buku (murah), tetap saja ada pelajaran penting. Lain kali kalau ada acara ini, kalau datang sendirian minimal perlu datang dua kali. Pertama sekedar mengumpulkan daftar buku, yang kedua untuk membeli (datang langsung antri kasir). Ada teman bercerita bahwa dia perlu dua jam untuk sekedar mengantri di kasir. Cara lain adalah datang berdua dan berbagi tugas, salah satunya langsung antri di kasir dan satunya mencari buku.

Mungkin lain kali :)

03 May 2016

Pagi Cerah Yang Sejuk


Butiran air hujan bercambur embun masih tampak segar dan berkilauan terkena sinar matahari pagi. Aku yakin itu air sisa hujan semalam yang cukup deras, yang pagi ini masih menyisakan udara dingin meskipun matahari sudah bersinar terang di ufuk timur.


Mumpung masih ada sedikit waktu, aku luangkan pagi ini untuk nongkrong sejenak di jalan sekitar Kampung Lio, salah satu spot menarik untuk menikmati matahari terbit. Langit cerah dengan sedikit awan tipis di sebelah timur, menambah indah lukisan pagi ini.


Ternyata sudah ada kupu-kupu yang cukup rajin mencari makan di pagi hari, di antara bunga-bunga liar yang ada di lahan kosong dekat gelanggang olahraga.


Bunga khas tempat ini, boroco yang banyak tersebar dengan liar di daerah ini. Meskipun tampak indah, tapi sepertinya bunga jenis ini tidak terlalu populer. Mungkin karena komposisi bunganya yang kurang serasi untuk ditaruh di taman. Tapi aku suka.


Kalau ini entah tanaman apa, semacam rumput liar saja. Tapi bunganya menarik, apalagi ketika terkena cahaya matahari pagi menghasilkan efek berkilau keemasan. Seringkali, hal-hal indah di alam ini dihasilkan oleh tanaman yang sederhana dan sering kita abaikan.


Rupanya aku tidak sendirian menikmati matahari pagi di tempat ini. Ada seorang bapak yang mengajak anaknya ke tempat ini untuk menikmati cahaya pagi yang belum terlalu terik menyengat.


Dalam perjalanan pulang berpapasan dengan orang yang berangkat kerja dengan memakai sepeda. Ah, jadi pengen sepedaan pagi-pagi juga. Harus mulai nyari waktu yang pas nih buat olahraga lagi.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...