17 February 2016

Twilight on the Lake


Lalu lintas jalan raya tampak sudah sepi meskipun sebenarnya masih jam sibuk waktunya orang-orang pulang kerja. Matahari masih tampak menyala terang di ufuk barat meskipun sebentar lagi sudah akan menghilang.


Mumpung ada kesempatan aku ingin menikmati matahari terbenam di langit yang cerah sore ini. Akhir-akhir ini aku jarang sekali sempat menikmati suasana senja. Masalahnya, aku belum menemukan spot-spot yang menarik di sekitar rumah untuk bisa menikmati suasana senja itu, selain di Situ Bungur.


Jadi setelah berputar sebentar mencoba mencari alternatif lokasi, pencarianku tetap berujung pada danau kecil itu. Ada sih danau-danau lain, tapi perlu waktu untuk menjangkaunya, dan bisa-bisa ketika sampai sana langit sudah sepenuhnya gelap, gak seru lagi :)


Meskipun bukan pertama kali aku menikmati senja di sini, tapi tetap tidak membosankan. Apalagi ketika pas golden-hour dimana langit berawan tipis penuh warna khas senja tampak dramatis memantul di air danau yang tenang.



Saat hendak beranjak pulang, aku lihat ada kupu-kupu hinggap di rerumputan tepi danau. Di sisi timur danau tidak banyak bunga yang tumbuh, lebih banyak rerumputan liar dan pepohonan. Tapi tetap saja mengundang kupu-kupu untuk bermain menikmati senja yang tenang ini.


Eh, kok ada bunglon kecil juga. Ternyata kamera ponselku masih bisa menangkap gambar reptil kecil yang bersembunyi di batang rumput liar ini meskipun tidak terlalu tajam hasilnya.

12 February 2016

Pagi Sehabis Hujan


Kucing persia punya tetangga ini sering dibiarkan keluyuran dan "ngecengin" kucing-kucing kampung yang berkeliaran. Biasanya dia akan menghindar saat aku mendekat, tapi kali ini dia sedikit santai. Kasihan juga salah satu matanya sakit, seperti belek, dan kalau dicermati badannya kurus. Bulu yang tebal membuatnya tidak kelihatan kurus, tapi bulu-bulu itu juga tampak kumal tidak terawat.


Pagi ini cuaca sedikit mendung dan udara terasa segar setelah hujan turun semalam, dan masih menyisakan titik-titik air hujan di dahan dan dedaunan. Aku mengajak si kecil jalan-jalan ke taman, sekaligus keliling kompleks untuk menikmati udara sejuk dan sedikit berjemur meskipun langit mendung.


Kucing kecil bermata biru ini asyik bermain sendirian sambil memanjat pohon. Sayangnya ketika aku mendekat untuk mengambil gambar yang lebih jelas, dia malah turun dan menghampiriku.


... bunga kaktus di samping rumah tetangga ...


Sekelompok burung sedang bermain dn berkicau nyaring di rerumputan yang tumbuh tinggi menjulang di kavling kosong. Burung-burung itu seukuran burung gereja, tapi menurutku bukan burung gereja atau pipit. Kadang ada yang berkepala putih, sedangkan badannya coklat lebih terang ketimbang burung gereja. Salah satu alasan untuk menikmati pagi di sekitar rumah, bisa mendengarkan kicauan burung di bebas dan menikmati udara sejuk di pagi hari, Menikmati saat-saat "terlepas" dari kemacetan kota Jakarta.

06 February 2016

Menjelajah St. Palmerah


Sejak renovasi gedung Stasiun Palmerah menjadi lebih megah dan "modern", aku belum pernah menjelajah dari ujung ke ujung. Biasanya cuma lewat saja, mampir turun/naik kereta. Hari ini ada sedikit waktu longgar, jadi aku sempatkan untuk jalan-jalan bentar di stasiun yang tidak terlalu luas ini.


Ini jembatan penyeberangan di sebelah timur stasiun, yang menghubungkan stasiun dengan kompleks Senayan. Adanya jembatan penyeberangan seperti ini, di kedua sisi yang merupakan jalan raya, adalah solusi sangat tepat karena bisa mengurangi kemacetan. Sebelum ada jembatan penyeberangan seperti ini, solusinya adalah dengan lampu bangjo, yang meskipun membantu tapi sangat tidak nyaman, apalagi mental pengguna lalu lintas di kota ini yang hobi menerobos lampu merah.


Seorang bocah berpose, atau bermain ya :-?, di depan mesin tiket otomatis. Baru pertama kali ini aku lihat mesin seperti ini di Indonesia, mungkin karena sudah lama aku gak bepergian dengan kereta api. Tapi melihat lebih banyak yang antri di loket biasa ketimbang di mesin ini, sepertinya menunjukkan sosialisasi penggunaan mesin ini agak kurang. Atau jangan-jangan memang fungsinya beda kali ya? Sayang aku belum sempat meneliti lebih rinci fungsi dan cara penggunaan mesin itu.


Di ujung utara ada toilet dan juga mushala (prayer room). Toiletnya bersih dan rapi, mudah-mudahan selalu terawat dan nyaman seperti itu. Ada beberapa kursi untuk nongkrong atau menunggu, tapi tidak banyak. Mungkin perlu lebih banyak lagi kursi-kursi untuk calon penumpang bisa beristirahat sembari menunggu kereta yang sering datang terlambat, apalagi tempat ini terbilang sangat lega (kosong).


... ini mas petugas keamanan lagi main petak umpet kali ya hehehehe ....


Salah satu pedagang asongan yang masih bertahan berjualan di dalam kereta api meskipun sudah ada larangan dari pihak PT KAI. Aku perhatikan ada beberapa emak-emak yang berjualan seperti ini, dan "kucing-kucingan" dengan petugas, meskipun sebenarnya para petugas juga sudah tahu. Mungkin dalam tahap tertentu, para petugas berusaha menutup mata, asalkan tindakan pedagang asongan ini tidak terlalu mencolok dan mengganggu. Entahlah.


Kereta sudah datang! Untung ada mas-mas berbaju merah jambu yang "nyetop" kereta itu hehehe ... gak lah, dia melambai ke masinis. Meskipun sudah ada renovasi bangunan utama stasiun, tapi tetap saja ada bagian peron yang berada di luar bangunan utama. Meskipun ada atap penutup, tetap saja para penumpang dengan mudah akan kepanasan saat cuaca panas, dan kena hujan ketika hujan lebat turun.

Overall, menurutku stasiun yang baru ini adalah yang paling bagus, tentu saja dalam kapasitas pengetahuanku yang terbatas. Bahkan dibanding St. Gambir ataupun St. Sudirman, masih lebih bagusan ini, cuma fasilitasnya saja yang mungkin tidak selengkap St. Gambir atau St. Kota. Oh ya, satu lagi yang menarik adalah bangunan stasiun yang lama masih tetap dipertahankan dan digunakan, jadi unsur sejarahnya masih terpelihara.

Majulah perkeretaapian Indonesia!

05 February 2016

Ke Tanjung Duren Selatan


Jalanan yang dulu setiap hari aku lewati karena kontrakan rumahku ada di ujung jalan itu. Aku perhatikan sekarang ada lebih banyak mobil yang diparkir di sini, dan adanya penutup mobil, sepertinya bukan mobil milik tamu yang berkunjung di daerah ini.

Meski sudah pindah ke wilayah Tangsel, aku masih mempertahankan KTP DKI, yang notabene alamatnya masih di Tanjung Duren Selatan. Akibatnya, ketika anak lahir di Tangsel, urusan akta kelahiran tidak bisa diusahakan oleh pihak rumah sakit, jadi harus berangkat mengurus sendiri.


Setahun lebih tidak datang ke sini, ternyata kantor kelurahan sudah direnovasi dan berdiri megah. Tapi pas aku sempat kebingungan mencari pintu masuknya, lagipula gedung ini seperti tidak ada penghuni alias kosong melompong. Padahal ini kan hari jumat. dan bukan hari libur. Ternyata gedung baru ini belum digunakan dan operasional kelurahan masih menggunakan bangunan sementara di RW 02. Untunglah para pekerja bangunan berbaik hati menginformasikan tentang lokasi kantor sementara itu.


Dari ujung gang aku langsung bisa mengenali lokasi kantor sementara itu, dari banyaknya motor yang diparkir di depannya. Rumahnya kecil, membuat ruang pelayanan masyarakat jadi terkesan sempit. Sudah ada mesin antrian di sana, tapi tidak dimanfaatkan secara maksimal. Jadi ya cuma bisa duduk menunggu dan berharap ada petugas yang lagi senggang dan mengenali kalau kita warga yang ingin dilayani. Kurang lebih itu yang aku rasakan.

Ternyata ada beberapa syarat yang harus aku lengkapi untuk mengurus akta kelahiran, salah satunya adalah surat rekomendasi dari RT/RW. Waduh .... bakal lama nih prosesnya. Jadinya aku putuskan untuk minta tolong salah satu (mantan) tetangga dulu untuk membantu mengurus akta kelahiran ini, biar gak repot bolak-balik.


Bonus: pas pulang ke Tangsel naik kereta, ketemu bentar dengan teman se-SMP di St Palmerah.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...