30 April 2022

Saturday NIght with Kids

Beberapa hari lalu, waktu El sedang pulang kampung dan aku hanya berdua dengan Fe, aku sempat ajak Fe bermain di "pasar malam" di kompleks Pertamina. Saat itu akhirnya Fe punya kesempatan naik odong-odong, sesuatu yang dia inginkan sejak lama. Meski sebentar, tapi sudah puas. Saat pulang, dia melihat tempat bermain memancing boneka dan ikan plastik. Saat itu Fe meminta agar kapan-kapan diajak main mancing mainan itu.

Mumpung ada waktu, malam ini aku mengajak anak-anak ke pasar malam tersebut dan membiarkan mereka bermain memancing mainan plastik. Mainan sepele, tarifnya 5000 per anak sekali main, tapi tetap saja menyenangkan bagi anak-anak itu.

Bagi anak-anak, bermain ya bermain saja, hal sepele pun bisa menyenangkan, karena imajinasi mereka masih belum dicemari dengan berbagai batasan.


 Anak-anak sempat protes waktu aku ajak main setelah hampir setengah jam, tapi memang sudah malam, dan pandemi masih belum sepenuhnya berlalu.

29 April 2022

Roasted Chicken di DNNA Public Farmers Market

Penjelajahan kuliner kami kali ini membawa kami ke Farmers Market di Bintaro Sektor 9, karena aku penasaran dengan beberapa tempat makan di sana. Awalnya aku mau ajak anak-anak ke tempat nasi hainam, tapi saat kami sampai sana tempatnya masih belum buka. Entah karena kepagian atau karena sedang bulan puasa. Jadinya aku memilih tempat yang mungkin bisa ada makanan yang cocok juga buat anak-anak, tempat yang menjual ayam panggang - DNNA Public.

Kami pesan ayam panggang tanpa nasi, jadi makan pakai kentang goreng.

Tentu saja Fe cuma makan kentang gorengnya, sedang ayamnya aku dan El yang makan. Enak, tapi tidak terlalu istimewa.

Karena sedang malas minum kopi, aku pesan mojito, sedang anak-anak minum es teh manis seperti biasa. Saat itu tempat ini sedang kosong, hanya ada satu pengunjung yang sepertinya kenal dengan pegawainya (yang juga sendirian).

Sebenarnya tempatnya bagus, seperti cafe pada umumnya, dan juga ada sudut tempat beberapa merchandise terkait musik yang terkesan retro.

Sayangnya, saat kami di sana, di lantai atas, ada satu pengunjung lain, hanya sendirian, dan dia dengan santainya merokok meski ini ruangan ber-AC dan jendela juga tidak dibuka. Saat pegawa datang dia juga ngobrol dengan santai, tidak menegur. Bagiku ini kesan yang tidak bagus.

Waktu kami turun untuk pergi, pegawai (perempuan) sedang berada di toilet ... merokok. Aduh, pegawainya juga gak tertib gini. Ah sudahlah.

... foto-foto dulu sebelum pulang....


 ... dan juga bermain di sekitar kompleks ruko ini.

---

Update: lima bulan berikutnya, saat aku datang ke sini lagi, tempat makan ini sudah tutup.

27 April 2022

Ambrolnya Plafon Kamar Kami

Siang itu, waktu sedang serius kerja di ruang tamu dan anak-anak asyik bermain di depan tivi, aku mendengar suara gemuruh dan gedebug di kamar. Sebelumnya memang terdengar suara kucing berantem di loteng, sesuatu yang sering terjadi.

Penasaran, aku segera mengecek kamar yang untungnya sedang kosong dan mendapati sebagian dari plafon sudah ambruk di atas tempat tidur, meninggalkan lobang cukup besar di langit-langit. Plafon ini berbuat dari kalsiboard yang tahan air (dan katanya tahan api) sebagai pengganti papan kayu triplek yang mudah patah dan keropos kena air. Kalsiboard ini berat, jadi kebayang kalau misalnya aku tertimba saat sedang tidur, pasti sakit. Sebagai orang Jawa, mau gak mau aku merasa beruntung meski sedang dapat musibah.

Di atas tempat tidur aku lihat ada dua kucing betina (emak kucing dan roro), rupanya mereka yang sedang berantem dan membuat papan kalsiboard ini ambrol. 


 Patahan papan yang masih utuh ini aku coba timbang dan beratnya sekitar 7 kilo lebih, juga masih solid, tidak rapuh. Aku yakin, ini bukan pertama kali kucing-kucing berantem di atas papan ini, sehingga akhirnya membuat bagian ini patah dan jatuh.

Karena tukang langganan sedang sibuk dengan kerjaan lain, untuk sementara aku hanya menutup loteng dengan papan triplek yang aku punya dan juga beberapa lembar karton. Selain agar tidak ada kucing yang jatuh saat melewati loteng, juga agar kotoran dari atap tidak langsung masuk kamar dan juga AC tidak terbuang sia-sia karena ada lobang di loteng. Cukup melelahkan juga membersihkan kamar dari bekas ambrolnya sebagian loteng ini sendirian.

Sekali lagi, aku tetap bersyukur, karena waktu itu tidak ada seorangpun di kamar, terutama anak-anak, jadi tidak ada yang jadi korban.

24 April 2022

Makan Siang di Subway Bintaro

Aku tahu waralaba Subway, yang menjual beragam sandwich, waktu sering bepergian ke Singapura. Hanya saja, dulu aku tidak terlalu terkesan dengan sandwich, mungkin karena memang aku tidak begitu suka dengan sandwich ataupun burger. Hanya saja, bosku sangat suka Subway dan menganggap sebagai jajanan paling sehat. Selanjutnya beberapa kali aku melihat "iklan terselubung" dari waralaba ini dari drakor yang aku tonton.

Makanya ketika aku tahu kalau Subway buka cabang di Bintaro, tepatnya di sektor 9, aku jadi penasaran ingin mencoba lagi. 

Beberapa waktu lalu aku sempat coba mampir untuk beli sandwich di sini, tapi langsung pulang ketika melihat antriannya yang panjang. Kali ini saat aku jalan-jalan dengan Fe, aku amati tempatnya sedang agak sepi, jadi aku coba beli. Karena gak paham, aku pilih saja sembarang, pakai roti yang gandum, separuh saja (6 inch) dan memilih daging sapi panggang (roasted beef). Toppingnya standard saja, juga saosnya.

Setelah pesanan selesai, Fe aku minta duduk di kursi berbentuk cup yang lucu ini.

Meski awalnya aku bermaksud membawa pulang makanannya, tapi karena masih ada tempat duduk di luar, aku putuskan untuk makan di tempat saja. Rotinya lembut, rasa daging, sayur dan saosnya enak, pas sekali. Beda dengan kalau makan burger di mana saja (McD, BK dsb). Mungkin karena saat ini aku sudah mulai terbiasa makan sandwich, kadang bikin sendiri versi sederhana, kali ini aku bisa menikmati sandwich dari Subway ini. Enak, dan pastinya aku bakal beli lagi meski gak bisa terlalu sering karena harganya masih aku anggap mahal, lebih mahal dibanding beli burger di McD atau BK, tapi secara rasa memang pantas.

Fe sendiri masih belum tertarik dengan sandwich, dan karena tidak ada kentang goreng, dia hanya makan potato chips yang kebetulan juga dijual di sini.


 Sebelum pulang aku penasaran dengan jalan di samping kompleks Subway ini (yang juga ada Starbuck) dan padang golf, jadi aku belok sebentar untuk melihat ujung dari jalan ini. Ternyata jalan ini berujung di cluster Discovery, setelah sampai gerbangnya kami putar balik dan pulang.

18 April 2022

Kucing Roro Melahirkan Lagi (Kali Ketiga)

Setelah hamil beberapa lama, hari ini kucing Roro, kucing betina mungil bermata satu, melahirkan keempat bayinya di keranjang kucing yang sudah disiapkan Andre. Kucing ini sudah pernah 2 kali melahirkan, masing-masing selalu 4 bayi. Sayangnya, semua bayi itu meninggal sebelum masuk usia sebulan, karena sakit mendadak.


 Dugaan kami, bayi-bayi kucing itu mati karena serangan kutu. Soalnya secara tempat, suhu dan makanan terjamin. Induknya rajin menyusui, kami juga berikan tempat yang nyaman agar mereka tidak kedinginan, dan tidak ada kucing-kucing lain yang sakit. Tapi memang saat itu, semua kucing memiliki kutu, termasuk kucing Roro. Sepertinya kutu-kutu ini menghisap nutrisi para bayi kucing sampai mereka gak bisa bertahan.

Belajar dari pengalaman ini, saat Roro kembali hamil karena belum sempat disteril, Andre mulai memberi obat kutu ke semua kucing di rumah. Kali ini agak lebih mudah karena semua kucing di rumah tidak terlalu akrab satu sama lain, jadi kami tidak terlalu kuatir kalau obat kutu akan terjilat oleh kucing lain. Meski demikian, kami memberi obat kutu ke tiap-tiap kucing dewasa secara bergantian.

Sebagai hasilnya, sekarang bayi-bayi kucing ini bisa lahir cukup sehat, dan tidak ada kutu yang menempel di mereka. Semoga kali ini mereka bisa bertahan sampai dewasa.

17 April 2022

Bukber 2022

Bapak-bapak kompleks berfoto bersama di halaman samping mushola dalam acara buka puasa bersama yang diadakan kembali, mumpung PPKM sudah mulai dilonggarkan. Meski demikian, acara tetap menerapkan protokol kesehatan sebisa mungkin.

Dibalik foto ini, ada cerita lucu, karena tanpa sengaja seseorang menginjak kotoran kucing dan menimbulkan bau gak sedap, tapi mencoba bertahan demi bisa foto bersama.

Gantian ibu-ibu yang berfoto bersama, tentu setelah kotoran penyebab bau terlebih dulu disingkirkan.

Anak-anak aku ajak juga untuk bergabung dalam acara ini, dan tentu saja mereka antusias. Selain dapat bermain dengan teman sebaya, juga jarang sekali mereka punya kesempatan bermain malam-malam. Biasanya aku melarang mereka bermain di dalam mushola, kuatir ada yang gak berkenan dan kuatir mereka bikin berantakan. Tapi kali ini aku biarkan, toh banyak anak juga bermain dan banyak orang dewasa yang membantu mengawasi mereka.

Bu Bambang yang aktif menjadi fotografer tak ketinggalan memotret anak-anak yang sedang bermain.

Kesempatan yang cukup langka bagi anak-anak ini bisa berkumpul bersama, apalagi saat pandemi seperti ini.

Seingatku sudah 2 tahun tidak ada acara buka puasa bersama akibat pandemi, kalaupun ada kumpul-kumpul biasanya dilakukan secara spontan dan tidak resmi. Tidak semua warga hadir, karena masih ada yang memilih bersikap waspada dan gak mau mengambil resiko berkumpul dengan banyak orang.

El dan Fe belum kami ijinkan bermain dengan hape, jadi ketika ada teman mereka yang asyik bermain gadget, mereka jadi penasaran juga.

Sempat ada kejadian, El didorong oleh Bilal (anaknya pak Giri yang berumur 3 tahun). Spontan, El balas mendorong anak itu, yang seukuran dengan Fe, dan jatuh. Untung gak parah dan gak nangis. Segera aku coba memberi pengertian ke El agar tidak membalas mendorong, apalagi ke anak yang lebih kecil. Meski sempat protes karena merasa didorong duluan, tapi El mau nurut. Namanya juga anak-anak, inilah perlunya tetap mengawasi mereka saat bermain, sekaligus memberi ruang kebebasan agar mereka juga bisa belajar.

 

Cerita Kakak El Pulang Kampung

Kakak El berangkat menuju Kediri naik kereta api bersama Bunda dan Andre. Sudah 2 tahun lebih kami melewatkan jatah mudik karena pandemi, dan mumpung PPKM sudah mulai longgar dan ada libur panjang, istriku memutuskan untuk memanfaatkan waktu dan pulang kampung. El sudah mendapat vaksinasi Covid tahap 1, jadi sudah bisa naik kereta. Sementara Fe tidak ikut. Mereka berangkat sore hari tanggal 13 April 2022.


Bermain dengan anjing peliharaan kakak Timothy.


Ikut bermain di cafe.


Main kembang api.


Memberi makan rusa di penangkaran tak jauh dari rumah Yangti.


Bermain dengan kakak Timothy, entah main catur beneran atau cuma berpose.


Waktunya pulang, naik kereta juga, tanggal 16 April 2022. Semoga menjadi kenangan yang mengesankan.
 

15 April 2022

Makan Siang di Foodpedia Pasar Modern Sektor 7

Fe sedang mengaduk kopi hitam yang aku pesan siang ini sebelum makan. Makan siang kali ini aku ajak Fe ke Pasar Modern Bintaro Sektor 7, biar gak jenuh di rumah juga. Sempat bingung mau makan di mana, akhirnya mencoba di Foodpedia.

Aku mencoba menu nasi goreng, sedang Fe hanya makan kentang goreng. Rasanya lumayan.

Mungkin karena masih pandemi dan juga bukan pas jam makan siang, jadi tempat ini sepi. Mumpung sepi, Fe bebas menjelah lantai dua.

Sekali-kali bergaya sambil (pura-pura) minum kopi, aku minta tolong Fe untuk motret.


 Secara menyeluruh, desain cafe ini cukup menarik, khususnya yang lantai atas, meski sederhana tapi mencoba agar terkesan hijau. Sayangnya, pilihan atap membuat suasana agak gerah, meski ada ruangan khusus yang ber-AC. Selain itu, pelindung yang minimalis membuat tempat ini basah kuyup jika turun hujan deras.

14 April 2022

Sehari di Jakarta Bersama Fe

Pagi ini aku mengajak Fe untuk jalan-jalan di Jakarta, tepatnya ke Tanjung Duren, sekalian untuk mengisi waktu saat kakaknya pergi ke rumah nenek bersama Bunda. Fe tidak diajak mudik karena belum mendapat suntikan vaksin, jadi berdua saja di rumah bersamaku. Kami berangkat ke Jakarta menggunakan Commuter Line dari Stasiun Jurangmangu.

Gerbong kereta masih cukup sepi, jadi Fe bisa mendapat tempat duduk, apalagi masih ada pembatasan jumlah penumpang terkait PPKM meski sudah mulai longgar. Aku sempat bingung waktu Fe bertanya, kapan masuk terowongannya. Belakangan baru ingat kalau yang dimaksud Fe adalah MRT karena dulu mereka pernah diajak naik MRT dari Lebak Bulus ke Senayan, jadi sempat masuk ke terowongan.

Kami turun di Stasiun Palmerah, terus pindah menggunakan taksi online (GoCar). Meski jam kerja, tapi jalanan masih cukup lancar.

Tujuan utama kami ke Jakarta kali ini adalah untuk mengambil surat pindah. Sebelumnya kami masih terdaftar sebagai warga DKI meski sudah pindah domisili ke Tangsel. Kami malas mengurus surat pindah sehingga kalau ada kegiatan terkait wilayan seperti Pilkada dan juga vaksinasi, kami masih sering dipanggil ke sini. Belakangan, kata pak RT, pihak terkait mulai ketat dalam pendataan warga mereka, apalagi kami sudah tidak ada tempat tinggal di sana.

Hingga suatu saat ketika mendaftar sekolah El di SD, pihak sekolah sempat mempertanyakan format Kartu Keluarga yang masih memakai format lama, ada kekuatiran kalau tidak diakui oleh dinas pendidikan terkait. Ketika kami mencoba mengajukan cetak KK, melalui sistem online, pengajuan kami ditolak, karena dianggap sudah tidak tinggal di wilayan itu. Pak RT setempat juga sudah tidak bisa membantu, mungkin karena kami jarang berkunjung (dan bayar iuran), karena pandemi jadi jarang pergi-pergi. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan mutasi kependudukan ke Tansel. Tahap pertama adalah mengajukan surat pindah, yang bisa dengan mudah dilakukan secara online melalui sistem disdukcapil Jakarta Barat.

Kami cukup isi data melalui aplikasi Alpukat Betawi, termasuk mengisi kapan waktu untuk mengambil surat pindahnya. Proses sangat lancar, dan hari ini kami hanya mengambil suratnya saja. Karena masih pandemi, kami tidak perlu masuk ke kantor kelurahan, cukup memberi info ke satpam yang bertugas, dia yang lapor dan mengambil surat itu untuk kami. Lima belas menit beres.

Dari kantor kelurahan aku ajak Fe jalan kaki ke Mal Central Park, sekalian nostalgia dulu sering jalan ke sana untuk makan siang. Lewat ke rumah pak Budi/bu Warni, tapi rumahnya tutup.

Karena sudah lapar, aku langsung ajak Fe ke tempat makan. Tujuan utama adalah foodcourt Urban Kitchen, tapi ternyata tutup karena sedang renovasi. Jadi aku ke tempat ramen saja, Ikkudo Ichi, biar bisa makan ramen haram hehehe.

Meski ada beberapa pengunjung, tapi tempatnya relatif sepi.

Aku pesan dua porsi ramend, satunya berkuah pakai daging babi, satu lagi tidak berkuah pakai daging ayam, maksudnya buat Fe.

Tapi ternyata Fe lebih memilih ramen yang pakai kuah, meski makan ramennya dikit, tapi dia cukup menikmati kuahnya. Dagingnya sih aku yang makan karena dia masih gak suka makan daging. Aku sempat minta dia makan sedikit telur yang ada. Lumayan lah, setidaknya dia juga bisa enjoy makan, jadi aku gak cuma makan sendirian.

Habis makan kami jalan-jalan sekitar mal, dan tentu saja menyempatkan untuk mampir di tempat kolam ikan koi yang ikannya besar-besar.



 Setelah puas bermain, kami kembali ke rumah. Naik taksi dari mal ke Stasiun Palmerah, kemudian lanjut naik kereta sampai Stasiun Jurangmangu, kemudian naik motor ke rumah.

Perjalanan yang melelahkan tapi menyenangkan dan urusan juga tuntas. Tahap selanjutnya adalah mengurus surat datang di Tangsel agar bisa membuat KK dan KTP baru.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...