30 August 2019

Renang Pertama Buat El


Ini pertama kali El mengikuti pelajaran berenang bersama-sama rekan-rekan sekolahnya. Meski awalnya dia malas-malasan, karena harus berangkat pagi-pagi dari rumah, tapi akhirnya menjadi antusias saat melihat kolam, di Kolam Renang Damai Indah Serpong.


Tanpa segan El langsung ingin masuk ke dalam air, tapi untunglah dia mau tertib mengikuti petunjuk dari instruktur renang yang ada, bersama dengan anak-anak lain di kelasnya.


Saat waktunya bermain di perosotan, antusiasnya makin besar, malah cenderung tidak sabaran sampai-sampai para guru harus menahannya agar memberi kesempatan anak lain yang belum mencoba. Lucu juga melihat dia merangsek dan dipegangin para pengawas agar mau antri. Akhirnya El bisa meluncur di perosotan air ini dua kali.

Seperti dugaanku, agak sulit mengajaknya keluar dari kolam renang, meskipun para guru sudah menyarankannya berhenti karena sudah tampak kedinginan. Ya terpaksa aku pasang jurus andalan - pasang tampang galak - dan akhirnya dia nurut juga. Semoga kedepannya dia bisa lebih menikmati pelajaran berenang ini.

24 August 2019

RIP Candil Cat


Tiga hari lalu aku mulai curiga kucing paling kecil (secara fisik dan usia) kurang sehat. Biasanya dia semangat hadir saat diberi makan, tapi beberapa kali absen dan hanya tiduran di lantai atas. Esoknya, dia tampak terbaring lemas di atas mesin cuci, setelah sebelumnya ditemukan sedang tiduran di kamar mandi. Sebelumnya sempat ada kucing di luar yang juga meninggal setelah sakit mendadak, dan kebetulan Candil juga sempat bermain keluar rumah. Jadi ada kemungkinan dia tertular dari kucing liar itu.

Pagi ini Andre berinisiatif membawanya ke dokter hewan terdekat, yang sayangnya baru buka jam 10 malam. Jadi kucing ini ditinggal dulu di vet sambil menunggu dokter hewannya datang. Jam 10 lebih aku dihubungi dari pihak vet kalau kucing ini sudah selesai diperiksa, dengan diagnosis kena flu kucing (FIP). Sudah agak parah dan dokter sendiri agak pesimis. Sempat batuk-batuk karena ada cairan di bawah perut yang mengganggu paru-parunya, jadi hanya itu yang sempat ditangani oleh dokter, selain memberi cairan infus. Keluar dari vet kondisi Candil memang agak membaik, bisa bergerak, tapi masih lemah.

Pagi ini dia sudah terbaring kaku di kandangnya, tidak mampu bertahan lagi.
Selamat jalan Candil, satu-satunya kucing yang kami adopsi setelah kami pindah ke Tangsel.

21 August 2019

Mencoba Cafe Maisano


Meski lokasinya dekat rumah, - bahkan jalan kakipun gak bakal capek kalau mau -, tapi baru sekarang aku mencoba makan di cafe baru yang ada di depan pintu masuk menuju Situ Bungur, persis di gerbang Menjangan III - Cafe Maisano. Padahal cafe ini sudah buka lebih dari setengah tahun lalu.


Pulang dari sekolah aku sengaja mengajak El, yang sangat menikmati hidangan kentang goreng, mampir di tempat ini sekaligus beli pizza dan kopi.


Sebenarnya tempatnya lumayan cozy, nyaman dan menarik karena di belakang ada pemandangan danau dan perkampungan yang cukup asri, meski tidak dramatis kayak di tempat-tempat wisata pinggir kota. Tapi aku perhatikan tempat ini tidak banyak pengunjung. Saat itu hanya aku dan El, serta ada satu lagi pengunjung yang datang. Mungkin karena sepi, staffnya juga hanya sedikit - cuma ada 2 orang, yang masak dan tukang bersih-bersih. Akibatnya, seluruh pesananku (kopi, pizza dan kentang goreng) dikerjakan sendirian - tentu saja jadi lamaaa ...

Belum sempat pizza selesai dimasak, El sudah kenyang, bosan dan minta pulang. Jadinya pizza bertabur daging asap yang aku pesan dibungkus saja bawa pulang. Kopi ala Vietnam drip yang aku pesan juga rasanya agak aneh, entah karena susunya atau memang begitu - asam-asam gimana.


Sayang sekali, cafe dengan konsep yang baik ini kurang menarik pengunjung - mungkin karena lokasi kurang strategis. Seingatku tempat ini dulu adalah toko bangunan, yang tutup karena sulit untuk berkembang (secara ukuran lahan) dan beberapa kali digunakan untuk restoran (mulai dari ramen, ayam bakar, hingga pizza), tidak banyak menarik minat. Mungkin memang lokasi ini bukan lokasi strategis untuk menggaet penikmat kuliner yang "nyleneh", meskipun jalanan ramai. Hanya warung-warung makan yang mainstream (nasi padang, warteg, bubur ayam, pecel lele dsb) yang bisa bertahan.

Kita tunggu saja...

18 August 2019

Serba-Serbi 17an 2019


Tahun ini kembali diadakan lomba menghias sepeda dan berpawai keliling kompleks untuk mengawali perayaan HUT Ri ke-74. Karena informasi agak mendesak dan banyak kesibukan, aku gak sempat ikut menghias sepedanya El dan Fe, jadi mereka ikut pawai doang dengan sepeda seadanya.


Setelah tahun lalu absen, kali ini MC langganan ini kembali berpentas di acara 17an, Pak Reza.


Seperti tahun lalu, kembali diadakan senam poco-poco, yang lagi-lagi dipimpin oleh Sheva.


Setelah ikutan lomba 17an di sekolah, El kembali melakukan debut mengikuti lomba 17an di kompleks. Semula aku sempat ragu kalau dia mau ikutan, seperti tahun lalu, tapi ternyata dia cukup berminat. Ada dua perlombaan yang dia ikutin bersama para balita lainnya : lomba membawa kelereng pakai sendok dan lomba menyusun gelas. Untuk lomba menyusun gelas, El sangat antusias. Sekali melihat contoh, dia langsung bersorak "Piramid" dan menyusunnya dengan lancar dan jadi juara.

Meski ikutan, tapi Fay tidak dianggap sebagai pemenang - mungkin secara umur sudah terlalu senior :). Btw, ada balita lain yang harusnya ikutan, tapi enggan, minimal ada 3 lagi.


Untuk kategori anak-anak, lombanya kombinasi antara menyusun gelas dan balap karung.


Untuk anak-anak menjelang remaja, lombanya memecah balon air dengan mata tertutup.


Salah satu perlombaan wajib 17an yang juga diadakan kali ini adalah lomba makan kerupuk, dengan salah satu inovasi adalah diberi kecap. Awalnya aku bingung, setelah lomba berlangsung jadi paham, kecap memberi efek belepotan di wajah peserta.

NB: seorang teman di Bandung bercerita kalau anaknya alergi kecap, dan ikutan lomba begini. Alhasil alih-alih dapat hadiah, malah jadi bentol-bentol mukanya, kasian juga.


El pulang lebih awal setelah sebelumnya bermain air di kolam mushola dan dimarahi ibunya. Untung ada Fe yang bisa dijadikan wakil untuk menerima hadiah dan goodie bag :)


Aku heran, ibu-ibu ini betah aja ngumpul di bawah pohon jambu. Rindang memang, tapi sepertinya mereka tidak sadar kalau di bawahnya penuh dengan kotoran kucing. Rupanya mereka hendak memberi kejutan ke Bu Rita (Bu Kino) yang hari ini berulang tahun.

17 August 2019

Ngecat Lapangan Kompleks


Malam ini kesampaian juga ngecat lapangan. Ada dua alasan, pertama karena ada cat nganggur di rumah, yang lama-lama bakal jamuran, jadi eman-eman aja. Kedua adalah biar pas perayaan 17an besok kondisi lapangan jadi lebih berwarna. Sebelumnya aku sudah beberapa kali nyicil nambal lubang-lubang yang ada di lapangan itu, yang sering bikin El jatuh dari sepeda.


Ada yang setuju, tapi ada juga yang tidak setuju - tapi lebih ke warna cat yang ada. Beberapa hari sebelumnya aku sempat melempar wacana rencana ngecat ini ke beberapa orang di kompleks, termasuk ke pengurus RT, dan sebagian besar mendukung, apalagi karena tanpa biaya tambahan.

Seharusnya malam ini aku sudah punya tiket (gratis) untuk nonton konser Running Man di Senayan, tapi aku batalkan. Selain karena kondisi fisik kurang fit karena kurang tidur, juga karena aku merasa lebih ingin melanjutkan rencana ngecat lapangan ini. Mulai dari saat menjelang maghrib, ada bantuan dari Mas Bambang untuk membuat garis pinggir, aku mulai ngecat seadanya saat hari mulai agak gelap. Selanjutnya datang bantuan dari Pak Imun, dan menyusul beberapa warga yang melihat. Karena malam ini juga pas ada yang bertugas ronda, jadi ronda diadakan di lapangan sambil bergantian ngecat.


Terakhir dapat bantuan dari tenaga profesional, mas Bambang dan mas Muh, jadi beberapa bagian lumayan rapi, meskipun sebagian besar berantakan hehehe. Cat sengaja aku bikin warna-warni (tentu dengan kombinasi ala kadarnya sesuai stok cat yang ada), dan tidak semua berhasil dicat karena waktu sudah sangat larut. Yang penting sudah ada gambar  buat engkling. Jam 2 pagi aku pulang dan istirahat.

16 August 2019

17an Di Sekolah El


El ikut perayaan 17an di sekolahan, setiap murid diminta memakai baju merah. Acaranya sederhana, cuma beberapa lomba sesuai tingkatan kelas masing-masing, tapi tampak meriah.


Nah, banyak orang tua yang sengaja menunggu di sekolah karena ingin melihat perayaan ini, tapi harus kecewa karena tidak boleh masuk lingkungan kelas, kecuali beberapa yang bertugas sebagai relawan foto. Kemarin aku ditawarin apakah mau jadi relawan, tapi aku ragu bisa ikut atau tidak, jadinya aku menolak.


Agak beruntung masih bisa merekam aksi El mengikuti satu perlombaan, mengambil kertas dan memasangnya di tali. Semula aku pikir El enggan ikutan lomba (seperti acara di kompleks tahun lalu), tapi ternyata dia sudah mau ikutan dan bisa mengikuti instruksi. Kemajuan yang luar biasa.

11 August 2019

Bakar-Bakaran Daging Kurban


Fe tampak senang bermain di mushola malam-malam, ya pada dasarnya memang bocah ini suka bermain. Kebetulan dia dan El tadi sempat tidur sore dan baru bangun sekitar jam 8 malam, jadi pasti bakal begadang. Pas ada acara bakar-bakaran daging kurban, mending aku ajak saja, sementara El aku tinggal. Seperti biasa, Fe lebih anteng ketimbang El, jadi kali ini El sengaja aku gak ajak.


Acara dijadwalkan mulai jam 9 malam, tapi pas jam 9 masih sepi, mungkin karena beberapa warga sedang ada kegiatan di luar rumah. Makin lama peserta makin banyak, dan begitu juga dengan makanan. Selain bakar sate, kambing dan sapi, ada juga yang bawa sop kambing, hangat dan mantap!

Fe cukup tenang bermain bersama beberapa anak-anak, dan sebagian besar juga senang bermain dengan Fe karena lebih nurut saat diajak main. Beda dengan El yang super aktif dan cenderung hobi ngerecokin :)


Jam 10 masih rame, tapi aku memilih pulang, kasihan Fe kalau terlalu lama di luar malam-malam.

Iduladha 1440H


Salah satu agenda tahunan yang "memaksa" aku untuk bangun pagi, dan untunglah kali ini bisa datang sebelum acara mulai meskipun semalam sempat tidur larut. Bahkan masih ada beberapa yang datang lebih lambat daripada aku.


Meski masih agak rame, tapi aku perhatikan kali ini pesertanya tampak berkurang. Oh ya, meskipun ini acara rutin, dan aku enjoy saja buat motret, tapi tetap saja ada beberapa warga yang "meminta tolong" secara pribadi, khususnya panitia dan pengurus RT.


Mencoba menerapkan trik menggunakan kaca, dan hasilnya seperti ada kolam di depan lapangan. Tapi tidak bisa banyak bikin foto seperti ini, selain menyita waktu untuk mencari sudut yang pas, juga repot membawa-bawa cermin yang berat.


Entah mengapa, setiap Iduladha, selalu ingat untuk bawa kamera cadangan buat merekam ceramah, seperti tahun lalu. Lagi-lagi pas yang ceramah pak Heri. Sementara pas Idulfitri sebelumnya aku lupa membawa jadi tidak sempat ada rekaman ceramahnya.


... beberapa gaya anak-anak kecil yang selalu unik...





... aku suka dengan komposisi foto di atas, karena adanya framing dari pohon kamboja yang cukup unik. ..


Kali ini, dan mungkin seterusnya, ada hidangan secukupnya yang bisa dinikmati seusai warga menjalankan sholat ied. Selain bisa mengganjal rasa lapar, juga jadi lebih bisa leluasa untuk saling silaturahmi.

Acara selanjutnya yang merupakan pemotongan hewan korban sengaja aku tidak mengabadikan, gak tega. Kali ini lumayan ada 2 ekor sapi dan 7 ekor kambing kalau gak salah. Sebelumnya Fe sempat melihat-lihat sapi dan kambing yang "disimpan" di tempat rongsokan, dan Fe sangat senang melihat kambing, sampai ngoceh "mbek" melulu tiap lewat tempat itu.

Selamat Hari Raya Iduladha 1440 Hijriyah.

10 August 2019

Fake Mirror Trick


Mencoba trik membuat foto berbayang (refleksi) dengan memanfaatkan layar smartphone, sulit. Smartphone (dalam kondisi mati biar pantulannya lebih bagus) diletakkan ke bawah kamera sehingga berubah fungsi menjadi cermin. Sulit karena harus bisa menemukan sudut yang pas, dan bisa menghasilkan foto yang sealamiah mungkin.


Kalau begini jadi kayak sedang kebanjiran hehehe...
Aku iseng nyoba ini terinspirasi dari "skandal" foto turis di salah satu pura terkenal di Bali yang sempat heboh di sosmed beberapa waktu lalu. Menurutku, foto di pura itu bukanlah penipuan, melainkan trik untuk mempercantik foto, anggap aja semacam editing, tanpa mengedit foto. Ada banyak trik dalam fotografi yang menghasilkan foto yang "berbeda" dari aslinya, dan tidak pantas dianggap sebagai penipuan. Sejauh tidak ada klaim yang berbeda dengan foto aslinya, misalnya klaim bahwa di pura itu ada kolam besar, menurutku tidak pantas kalau ada yang marah-marah karena merasa tertipu. Sampeyan sendiri yang terlalu lebay hehehe.


Nah, alasanku belajar trik ini adalah mencoba menerapkannya untuk acara Iduladha besok. Karena pakai smartphone sangat sulit dan hasilnya kurang maksimal, aku coba pakai cermin yang lebih besar. Kebetulan ada cermin nganggur, bekas cermin di lemari yang rusak, dengan ukuran panjang hampir setengah meter, dan lebar sekitar 20cm. Untuk percobaan, aku coba malam hari, mumpung lagi ada panitia yang sedang mempersiapkan lokasi untuk sholat ied besok. Btw, sebelumnya nyoba motret mushola, hasilnya lumayan, terkesan ada genangan air yang menghasilkan pantulan gambar.


Begitu juga waktu aku coba di lapangan, lapangan jadi mirip sedang kebanjiran, atau kayak ada kolam di sana hehehe. Ya, semoga saja bisa memberi variasi foto nantinya, gak melulu foto dengan sudut itu-itu saja.

06 August 2019

Sepeda Baru


Saat mengetahui ada kurir berhenti di depan rumah dan menurunkan sepeda, El langsung antusias. Padahal belum diberitahu kalau itu sepeda miliknya. Setelah diserahkan, langsung tidak sabar untuk mencobanya. Istriku tidak tega melihat El tidak bermain sepeda selama beberapa hari, makanya langsung dibelikan secara online.


El masih kesulitan untuk naik ke atas sadel, tapi setelah bisa duduk di sadel, dia bisa menjalankan sepedanya. Jadi beberapa kali masih perlu bantuan untuk naik ke sadel. Tapi karena kakinya belum bisa menyangga langsung, meski ada bantuan dua roda samping, tetap saja beberapa kali El terjatuh ketika melewati jalan berlobang yang membuat sepedanya miring. Namanya juga belajar.


Ini kondisi sepeda roda tiga yang lama, yang rusak parah bagian roda belakangnya. Hingga saat ini masih misterius, apa yang menyebabkan sepeda ini rusak. Tidak ada yang mengaku, dan El sendiri tidak mampu bercerita. Aku cuma ingat suatu hari El datang membawa ban sepeda, sementara sepedanya ditinggal di pinggir jalan sudah ringsek. Sempat kepikir apakah sepeda ini rusak karena masuk ke selokan, atau terlindas mobil/motor? Tapi rasanya tidak mungkin. Kalaupun jatuh ke selokan, tidak akan rusak parah seperti ini.

Analisaku, ada yang mencopot ban luar sepedanya, sesuatu yang aku sendiri agak sulit melakukannya. Nah, setelah ban luarnya lepas, bagian dalamnya yang berbahan plastik jadi sangat rapuh. Tanpa ban luar, sepeda ini bakal ringsek saat diinjak anak seukuran El. Begitu juga dengan rangka besi yang menyangga sadel, memang sudah agak peyot. Meski dugaanku ada orang lain yang terlibat, mungkin anak/cucu tetangga, tapi aku tidak mau berspekulasi. Ikhlaskan saja. Setelah ada gantinya, barulah sepeda rusak ini aku serahkan ke tukang loak, gratis.

Bamboo V6 Coffee Dripper with Custom Stand


Aku beli dripper model V6 yang dari bambu karena unik, dan harganya terjangkau. Semula sempat ragu apakah bisa menyaring kopi dengan baik, makanya aku beli kertas saring juga. Rupanya tanpa kertas saring juga bisa menyaring dengan baik, karena meski sekelilingnya berlobang, tapi air tetap dipaksa mengalir dari bawah, jadi aliran air cenderung lambat. Apalagi kalau bubuk kopinya terlalu halus, air kadang malah tersembat.

Masalah lainnya, corong segitiga terlalu tajam, jadi kalau tidak diberi penyangga, akan tenggelam di dalam gelas (bisa separuhnya). Tentu saja ini kurang nyaman dan hasilnya juga kurang maksimal. Sempat lihat di beberapa toko online, ada model penyangga (stand) dari kayu yang harganya super mahal, diatas 1 juta (merk terkenal sih). Setelah cari-cari, ada sih yang dari besi dengan harga ratusan ribu. Tetap mahal. Sempat terpikir, minta tolong tukang besi pinggir jalan untuk penyangga v60 ini.


Untunglah aku teringat pernah punya barang yang gagal fungsi, yaitu lazy neck buat penyangga smartphone. Gagal fungsi karena memang tidak bisa dipakai maksimal, dan akhirnya malah rusak. Tapi karena bahannya masih bagus, dan bisa diloakkan, aku belum membuangnya. Ada kawat besi di dalamnya, masih terbungkus bahan plastik cukup rapi, dan bisa dengan mudah dibengkokkan sesuai keinginan.

Simsalabim, jadilah seperti ini. Ala kadarnya, jauh dari fotogenik, tapi berfungsi dengan baik. Bisa jadi penyangga dripper V60 dengan ketinggian yang pas. Sekarang air kopi bisa menetes dengan baik dan indah ke dalam gelas, hasil seduhan kopi juga lebih maksimal.

Ngopi dulu, Lur!

04 August 2019

Family Time : Mampir Ngopi


Berhubung anak-anak minta keluar jalan-jalan, ya sudah, rame-rame saja naik motor tanpa tujuan. Di tengah jalan memutuskan untuk mempir di kedai kopi yang ditemui, dan kebetulan lewat di depan Cafe Kopi Pujaan, Bintaro Sektor 3A.


Ruangannya kecil, tapi tertata rapi dan asri layaknya cafe anak muda. Suasana lagi sepi, cuma kami berempat pengunjungnya, jadi bisa leluasa "menguasai" kafe. Foto sana-sini sambil menunggu kopi disiapkan. Biar tidak terlalu lama, takutnya anak-anak bosan, kami pesan kopi untuk dibawa pulang.


Dulu ibunya anak-anak tidak terlalu menyukai kopi. Entah mengapa belakangan ini jadi suka, meskipun dia tetap tidak tahan minum kopi sachetan, katanya.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...