Showing posts with label Motor. Show all posts
Showing posts with label Motor. Show all posts

09 April 2021

Servis Motor Ditinggal Ngemall

Di masa pandemi, aku malas sekali servis motor, harus nyari waktu yang pas agar anak-anak mau ditinggal di rumah. Belum berani untuk ajak mereka keluyuran. Nah saat ini ada kesempatan, setelah lebih dari 3 bulan gak servis. 

Berhubung antrian servis lumayan banyak, aku tinggal ke Bintaro Plaza, sekalian makan siang.

Meski jembatan penyeberangan di sisi timur mal ini sudah sering aku lihat, tapi baru kali ini aku menyeberangi jalan memakai ini.

Mall tampak sepi meski ada pengunjung dan banyak toko yang buka. Bioskop yang masih tutup jadi salah satu penyebab sepinya mall ini juga.


 Setelah muter-muter dan milih-milih mau makan apa, pilihan jatuh ke rice bowl Yoshinoya. Pas makan ada telpon dari bengkel, katanya ada masalah dengan shock depan, entah apa detilnya, total biaya bisa 500an. Ya sudah, aku iyain saja, terima beres lah.

Pas aku selesai makan, motor belum selesai dioprek. Aku perhatikan teknisi bolak-balik membongkar besi di porok bagian depan. Katanya sudah karatan dan dia coba bersihkan. Setelah selesai, hampir habis biaya 1 juta, termasuk bermacam spare part dan ganti oli. Begini resiko kalau jarang servis.

28 December 2020

Gendong Depan


 Saat berhenti di pintu perlintasan kereta api dekat St. Sudimara, di sebelahku ada seorang bapak muda yang naik motor dengan menggendong anaknya dengan gendongan modern di depan.

Aku jadi ingat dulu sering melakukan ini ke El, dan juga Fe, baik sekedar untuk belanja makanan dekat rumah, atau jalan-jalan berkeliling karena bocah bosan di rumah. Pengalamanku menggendong Fe sambil naik motor ini lebih sedikit dibanding dengan El, soalnya Fe sudah ada teman, jadi tdak terlalu bosen di rumah. Sementara waktu El masih kecil, dia hampir tidak ada teman bermain, bahkan beberapa periode sering kami tidak ada asisten rumah tangga, jadi kemana-mana aku ajak.

Nostalgia.

10 February 2018

Menjelajahi Mall (Lagi)


Satu moge tampak terparkir di area parkir khusus moge di Bintaro Exchange Mall siang itu. Siang ini kami main-main (lagi) ke mall paling dekat rumah ini, tapi kali ini El mengambil jalan berbeda. Dari parkiran motor, dia tidak langsung masuk mall melainkan berbelok ke kanan, ke sebelah utara mall (parkiran mobil).


Seorang petugas kebersihan sedang membersihkan trotoar di jalan menuju parkir mobil lantai bawah. Dinding di sebelah utara mall ini tampak segar karena adanya tanaman yang ditempel di sepanjang dinding, sebagian juga ada di dinding sebelah timur.

Aku kurang yakin El hendak menuju ke mana, tapi aku coba arahkan dia untuk kembali masuk mall. Istriku sudah lebih dulu ada di mall. Jadi dari tempat parkir mobil ini aku belokkan dia ke kiri menuju lobi timur. Sepanjang dinding memiliki pola yang "instagramable", sayangnya El memilih berjalan di ujung trotoar jadi sulit untuk memotretnya tanpa harus berada di jalanan.


Akhirnya El mau juga masuk ke mall dan, tentu saja, yang langsung dituju adalah ekskalator. Baginya, ekskalator adalah wahana permainan yang tidak pernah membosankan. Aku harus ekstra keras memastikan dia melangkah dengan benar dan mau dipegang tangannya.


Saat kami akhirnya berada di lantai paling atas, aku seperti melihat ada sosok yang cukup aku kenal sedang berada di ekskalator paling panjang di mall ini. Benar, ternyata itu pak Adi, tetanggaku. Rupanya dia sedang ada janji ketemuan dengan teman-temannya, sendiri. Sambil nunggu dia tampak mondar-mandir di mall. Sosok yang sederhana, meskipun asetnya ada di mana-mana hehehe.


Sebenarnya El tertarik untuk naik ke mobil-mobilan di Fun World ini, sayangnya dia hanya mau naik kalau aku juga ikut naik. Sayangnya orang dewasa tidak diijinkan naik di sana. Padahal waktu itu ada anak lain yang juga naik, dan kendaraan bisa dipakai 2-3 anak.


Menjelang pulang berhenti sejenak di kolam ikan koi kegemaran El dan nongkrong sejenak di sana meskipun cuaca sedang panas-panasnya.

28 December 2017

Liburan Natal 2017 : Pulang


Pot-pot bunga disusun membentuk nama KEDIRI di Stasiun Kediri,baru aku lihat kali ini. Melihat ukuran bunga yang kecil,memang sepertinya ini belum lama dibuat. Hari ini kami kembali ke Jakarta, naik kereta Gajayana.


Boneka mungil ini sementara waktu menjadi teman perjalanan kami, aku pasang saja di dekat jendela karena El tidak tertarik untuk bermain dengan boneka ini.


Karena berangkat masih sore (jam 4 sore), setidaknya kami masih bisa menikmati pemandangan di sepanjang rel kereta api dari jendela, apalagi saat cuaca cerah, hingga matahari tenggelam di wilayan Nganjuk. Kadang El duduk di samping jendela menikmati pemandangan, tapi lebih sering dia berjalan mondar-mandir di sepanjang gerbong.


Saat di St. Madiun, aku lihat ada deretan sepeda motor yang sudah dibungkus kardus, sepertinya hendak dikirim dengan memakai jasa kereta api. Di bagian lain stasiun, dan juga beberapa stasiun lain, aku juga sempat melihat kardus-kardus tertumpuk rapi beraneka ragam bentuk. Usaha sampingan seperti ini bisa menunjang bisnis kereta api, apalagi perjalanan sekarang sudah lumayan cepat.

Dalam perjalanan pulang ini El masih cukup merepotkan karena masih mondar-mandir, bahkan sesekali ngelosor di lantai. Dia sempat tidur jam 12 malam lebih, kami pangku seperti biasa, tapi terbangun sekitar jam 2 pagi dan memilih untuk tidur di lantai di bawah kursi. Saat aku coba mengangkatnya, dia menangis, jadi ya sudah kami biarkan saja. Aku sudah terjaga sekitar 1 jam sebelum tiba di Jakarta jam 4 pagi. Berbeda dengan saat datang, kali ini El tidak terbangun saat kami pindah naik taksi, bahkan sampai di rumah. Sudah benar-benar capek.

03 May 2016

Pagi Cerah Yang Sejuk


Butiran air hujan bercambur embun masih tampak segar dan berkilauan terkena sinar matahari pagi. Aku yakin itu air sisa hujan semalam yang cukup deras, yang pagi ini masih menyisakan udara dingin meskipun matahari sudah bersinar terang di ufuk timur.


Mumpung masih ada sedikit waktu, aku luangkan pagi ini untuk nongkrong sejenak di jalan sekitar Kampung Lio, salah satu spot menarik untuk menikmati matahari terbit. Langit cerah dengan sedikit awan tipis di sebelah timur, menambah indah lukisan pagi ini.


Ternyata sudah ada kupu-kupu yang cukup rajin mencari makan di pagi hari, di antara bunga-bunga liar yang ada di lahan kosong dekat gelanggang olahraga.


Bunga khas tempat ini, boroco yang banyak tersebar dengan liar di daerah ini. Meskipun tampak indah, tapi sepertinya bunga jenis ini tidak terlalu populer. Mungkin karena komposisi bunganya yang kurang serasi untuk ditaruh di taman. Tapi aku suka.


Kalau ini entah tanaman apa, semacam rumput liar saja. Tapi bunganya menarik, apalagi ketika terkena cahaya matahari pagi menghasilkan efek berkilau keemasan. Seringkali, hal-hal indah di alam ini dihasilkan oleh tanaman yang sederhana dan sering kita abaikan.


Rupanya aku tidak sendirian menikmati matahari pagi di tempat ini. Ada seorang bapak yang mengajak anaknya ke tempat ini untuk menikmati cahaya pagi yang belum terlalu terik menyengat.


Dalam perjalanan pulang berpapasan dengan orang yang berangkat kerja dengan memakai sepeda. Ah, jadi pengen sepedaan pagi-pagi juga. Harus mulai nyari waktu yang pas nih buat olahraga lagi.

09 March 2016

Touring, Nyepi dan Gerhana Matahari


Bertepatan dengan hari raya Nyepi yang menjadi hari libur nasional, bapak-bapak kompleks kembali mengadakan acara touring dengan motor. Tujuannya masih di Bogor, hanya saja arahnya ke Puncak. Peserta tidak sebanyak acara touring sebelumnya, tapi masih lumayan banyak. Aku tidak bisa bergabung karena belum bisa ninggalin bocah yang belum genap 2 bulan.

Oh ya, sebelumnya mereka juga melakukan sholat bersama di lapangan kompleks berkaitan dengan adanya gerhana matahari yang melintas bumi Indonesia pagi ini, meskipun untuk wilayah Jakarta hanya kebagian gerhana matahari sebagian saja.


Meskipun aku ingin mencoba menyaksikan peristiwa gerhana matahari ini, tapi pagi ini banyak hal yang perlu aku lakukan. Salah satunya adalah belanja ikan di pasar. Jalanan terlihat sangat sepi, aku yakin karena ini hari libur, tapi juga pasti ada kaitannya juga dengan peristiwa unik gerhana matahari.

Selain jalanan yang sepi, sedikit perbedaan yang aku rasakan adalah suasana langit yang berbeda. Langit cerah tanpa awan sedikitpun, tapi suasana terasa teduh dan sejuk. Jam 7 lebih biasanya langit sudah lebih putih, tidak lagi biru, tapi pagi ini terasa lebih kebiruan meskipun tidak sebiru langit di tepi pantai yang bersih. Aku sendiri lupa kapan waktu terjadinya gerhana matahari sebagian di tempat ini, tapi aku rasa memang itu terjadi saat aku belanja.


Di pinggir jalan aku sempat memperhatikan beberapa warga yang menyaksikan gerhana matahari dengan memakai bekas foto rontgen. Kebetulan di rumah juga ada dan aku berencana memakainya pagi ini, tapi ternyata gak punya kesempatan.

Sepulang dari pasar, aku lihat di pos ronda petugas keamanan sedang mengikuti pemantauan gerhana matahari total melalui berita televisi. Katanya, di sini mah cuma lewat, gak ada apa-apa :)
Memang, menyaksikan gerhana matahari sebagian dengan mata telanjang tidak akan ada bedanya, karena cahaya matahari tetap bersinar terang seperti keadaan normal. Begitu juga mencoba mengambil foto gerhana matahari sebagian dengan smartphone tanpa memakai filter apa-apa juga tindakan yang sia-sia :)

08 September 2015

Kalkun


Sudah lama aku tidak melihat unggas jenis ini secara langsung di alam bebas, kalkun. Awalnya aku pikir ini burung merak, tapi setelah mengingat-ingat lebih detil, ini adalah kalkun. Wajarlah, sudah lama tidak melihat baik kalkun ataupun merak, jadi agak rancu.


Makanya aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan lalu begitu saja. Aku berhenti, mengambil beberapa foto, bahkan dalam jarak dekat. Tapi lama-lama aku mulai curiga, sepertinya salah satu kalkun tidak menyukai keberadaanku. Dia mulai mendekat, berkokok dan menunjukkan gelagat seperti hendak menyerang. Waduh ... minimnya pengetahuanku tentang unggas ini membuatku memilih menghindar.


Eee lha dalah, kalkun ini terus mengikutiku. Aku menyeberang jalan, dia ikutan. Aku menjauh, dia tetap ikut. Ampun dah. Untung saja kondisi sekitar lagi sepi, jadi tidak ada yang mengamati tingkah lakuku yang canggung dan aneh. Campuran antara takut, bingung dan malu :)

Sekitar 5 menit aku memilih untuk duduk di trotoar sambil menunggu kalkun itu menjauh dari motorku. Ketika kondisi mulai terlihat aman, aku segera mengambil motor dan ngacir ... jiah, pagi-pagi sudah sedikit olahraga gara-gara kalkun.

#turkey #street #indonesia

22 August 2015

Touring Gn. Bunder : Waktunya Pulang!


Cukup puas bermain air di Curug Pangeran, sekarang waktunya pulang. Sengaja tidak berlama-lama supaya sampai rumah tidak terlalu gelap.


Meskipun sebentar, tapi pengalaman piknik rame-rame ini sangat menyenangkan. Bagiku, ini makin membuatku mengenal tetangga-tetangga kompleks yang selama ini jarang aku temui.


Perjalanan pulang mengambil jalur yang berbeda, yaitu jalur lurus dari jalur waktu berangkat, melewati jajaran pepohonan pinus. Sayangnya jalanan di sini kurang mulus, banyak yang berlobang dan lebih sempit. Jadinya perlu ekstra hati-hati dan tidak bisa melaju kencang. Tapi pemandangannya bagus.


Di tengah jalan beberapa kendaraan perlu berhenti sebentar untuk mengisi bahan bakar, termasuk motornya pak Djoko. Tak lama setelah mengisi bensin sempat terjadi insiden dimana motor Pak Djoko sempat oleng, dan diambil keputusan untuk memindahkan Pak Lestari ke motor lain. Tapi bukan insiden yang berbahaya.


Di daerah Kemang, lagi-lagi kami berhenti untuk istirahat. Selain mengisi bahan bakar di SPBU terdekat, kami juga nongkrong sebentar di warung es kelapa muda.

Masalahnya dalam perjalanan pulang, karena sudah tahu jalannya, kebanyakan memacu kendaraannya dengan kencang. Sementara aku cuma bisa memacu agak terbatas, jadi berada di rombongan paling bontot dengan sekitar 4 motor. Apalagi aku selalu kewalahan ketika ada kemacetan, yang terjadi cukup parah di pasar Parung dan pasar Ciputat. Jadinya ketika rencana awal akan melewati UIN, rombongan terakhir ini memilih langsung belok ke arah Cendrawasih :)


Meskipun aku tertinggal cukup jauh, tapi ketika sampai di kompleks rombongan masih melakukan ritual akhir yang disepakati, konvoi memutari kompleks sambil menyalakan klakson :) Kami disambut oleh anak-anak yang penasaran dengan kemeriahan yang ada. Setelah ngumpul sebentar di pos satpam, semua peserta langsung bubar.

Dari sejak mengisi bahan bakar di dekat Parung, sampai ke rumah bensin masih banyak. Jadi perjalanan PP sebenarnya cukup memakan bbm kurang lebih 3 liter.

Touring Gn. Bunder - Curug Pangeran


Sekitar jam 11 siang kami sampai di tempat istirahat dekat Curug Pangeran, tujuan touring kali ini. Panitia sudah memesan tempat di warung Kiara, persis di jalan masuk menuju air terjun. Di sini kami istirahat sebentar untuk makan siang sebelum bermain ke air terjun.


Hidangan yang dipesan adalah makanan tradisional, ikan goreng, sayur asem, ayam cabe hijau, lalapan dan tak ketinggalan, pete. Warung ini juga menyediakan teh betawi, jahe dan tentu saja kopi. Makanan terasa sangat nikmat setelah perjalanan panjang yang cukup melelahkan.


Kenyang makan, leyeh-leyeh dulu sambil melihat video perjalanan yang direkam panitia. Sederhana, tapi sangat menarik, dan yang penting adalah kebersamaan. Beberapa orang langsung tertidur pulas, dan salah satu peserta tertidur sangat pulas sampai dikerjain macam-macam juga tidak terbangun.


Beberapa kali aku lihat rombongan orang bersepeda lewat depan warung. Salut!


Dari warung ke pelataran parkir menuju Curug Pangeran jaraknya sekitar 300 meter. Aku memilih berjalan kaki karena jalannya cukup menanjak dan tidak mulus, sementara kebanyakan orang memilih untuk naik motor.


Lumayan mendaki, tapi dengan udara segar di sekitar ini, perjalanan tidak terlalu melelahkan, Apalagi sebelah kanan-kiri juga penuh dengan pepohonan dan beragam bunga, jadi tidak membosankan.


Dari pelataran parkir kami harus berjalan kaki sekitar 400 meter menuju air terjun Curug Pangeran. Jalannya landai, sesekali perlu melewati anak tangga, tapi tidak terlalu curam. Tidak seberapa dibanding perjalanan menuju air terjun Dolo di Kediri.


... penasaran, ini bunga apa ya?


Rupanya air terjunnya kecil, mungkin tingginya hanya 3-5 meter, kedung-nya juga tidak begitu luas. Waktu rombongan kami tiba ke tempat itu, ada beberapa wisatawan yang sedang mandi. Mereka langsung menyingkir dan pulang melihat kehadiran kami hehehe .... Meskipun kecil, tapi tetap indah, dan bagian dekat air terjun itu lumayan dalam, bisa menenggelamkan orang dewasa. Debit air tampak sedikit karena masih musim kemarau, tapi airnya jadi jernih. Kalau musim hujan mungkin air terjunnya lebih besar lagi dan genangan airnya juga lebih luas, mungkin.


Bagian sungai di bawahnya ternyata juga sangat menarik, dengan hamparan bebetuan gunung yang besar-besar. Cocok buat foto prewedding kalau mau. Sayangnya saat kami datang, ada rombongan anak sekolah yang lagi melakukan aktivitas perploncoan di sana. Jadinya pemandangan sedikit terganggu, dan aku enggan mengeksplorasi tempat itu.


Sebagian besar peserta menikmati  acara mandi bareng, tidak peduli umurnya lebih dari paruh baya dan sudah punya cucu hehehe .... Aku batal ikutan nyebur meskipun sudah bawa baju ganti. Soalnya terlalu sempit, jadi rasanya bakal kurang puas berendam.


Jadinya aku cukup menikmati sejuknya air pegunungan ini dengan merendam kaki saja. Airnya benar-benar segar dan bening.


Yang namanya anak remaja jaman sekarang, kalau piknik pasti bawa tongsis buat selfie atau groupfie :)

Touring Gn. Bunder - Bakti Sosial


Setelah istirahat sebentar di Situ Kemang, perjalanan dilanjutkan kembali melewati jalur perkebunan kelapa sawit milik PTPN. Meskipun tidak terlalu jauh, tapi melintasi jalur kelapa sawit itu membuat suasana seperti di Sumatera :)

Sampai di pasar Ciampea terjadi kemacetan cukup parah. Pak Miing yang ternyata kecilnya pernah tinggal di daerah ini langsung memberi komando untuk mengambil jalan memutar. Kami ikut saja dan memang jaraknya jadih lebih 2x lipat, yang penting lancar.


Eh, selepas dari daerah Ciampea, ternyata kedua tetua tidak ada dalam rombongan, yaitu Pak Djoko dan Pak Lestari. Jadi rombongan berhenti sebentar, foto-foto, duduk-duduk dan beberapa orang mengambil kesempatan untuk merokok. Beberapa orang mencoba menyusuri jalur sebelumnya siapa tahu mereka tertinggal atau kesasar.

Hampir setengah jam kami menunggu sampai akhirnya panitia berhasil menelpon Pak Djoko. Rupanya dia tidak tertinggal, malah sebaliknya, sudah ada jauh di depan. Entah dia melaju terlalu cepat atau mengambil jalan pintas, yang jelas saat itu dia sudah mendahului. Langsung kami berangkat setelah sebelumnya meminta Pak Djoko untuk menunggu.


Salah satu peserta sedang mengisi angin di tengah jalan, pas sudah memasuki lereng pegunungan. Pak Indra berkelakar "padahal saya lagi pengen buang angin nih, eh malah ada yang ngisi angin" :)


Memasuki kawasan objek wisata Gunung Salak Endah ini katanya tiap orang (sudah termasuk motor) dikenakan biaya 15 ribu. Jadi kalau ada 24 motor, minimal kami harus membayar 360 ribu. Tapi pihak panitia sudah berkoordinasi dengan salah satu tetua di Gunung Bunder dan ketika dia menyebut nama yang bersangkutan, kami cukup membayar 100 ribu. Lumayan.


Sebelum sampai di tempat tujuan akhir yaitu Curug Pangeran, kami singgah sebentar di salah satu mushala di Gunung Bunder untuk memberikan sumbangan kepada anak-anak yatim yang ada di daerah itu. Sebelumnya panitia sudah berkoordinasi dengan pengurus setempat, dan mereka berhasil mengumpulkan anak-anak yatim yang ada di dua RW. Memang dalam acara touring ini, selain sumbangan untuk kegiatan ada juga donasi sukarela untuk bakti sosial ini.


Tidak semua anak-anak yatim yang masuk dalam daftar bisa datang untuk menerima sumbangan ala kadarnya. Sebagian besar masih sekolah, beberapa diwakili oleh orangtuanya. Jika ada yang tidak hadir dan tanpa wakil, sumbangan dititipkan ke ketua RW setempat untuk diserahkan. Selain amplop berisi uang, kami juga memesan nasi bungkus untuk dibagikan ke mereka. Semoga semua itu bisa bermanfaat meskipun jumlahnya sedikit.


Nampang dulu sebelum lanjut ke tujuan akhir yang jaraknya masih kurang lebih 3 km. Oh ya, kalau dihitung kasar, dari Situ Kemang ke tempat ini memakan waktu 2 jam. Harusnya bisa lebih cepat kalau saja tidak kena macet dan mengambil jalan memutar, serta tidak perlu "menunggu" pak Djoko yang ternyata sudah mendahului :)

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...