31 December 2020

Bakar-Bakaran di Malam Tahun Baru

Tahun ini, beberapa bapak-bapak warga kompleks punya ide untuk mengadakan "bakar-bakaran" (baca: BBQ) di malam tahun baru. Bukan untuk merayakan pergantian tahun Masehi, karena banyak yang tidak setuju dengan kegiatan itu, tapi sekedar ngumpul-ngumpul. Apalagi mengingat selama setahun ini banyak kegiatan bersama yang dibatalkan.

Tampak pak Aman paling antusias menyiapkan makanan. Tidak banyak yang hadir, juga mengingat kondisi, tapi ya lumayan meriah.


 Memang kalau ngumpul-ngumpul begini, makanan lebih terasa nikmat meskipun ala kadarnya. Lumayan untuk tetap menjaga silaturahmi bersama para tetangga. Anak-anak sengaja tidak aku ajak mengingat sudah malam dan kondisi yang sedang tidak bagus.

Selamat tahun baru 2021, semoga tahun depan lebih baik lagi.

29 December 2020

Kado Natal Buat Anak-Anak

Tidak ada tradisi Natal di keluarga kami, tapi tahun ini aku coba memberi kado buat anak-anak, dalam rangka merayakan Natal.

Figur Godzilla ini adalah kado buat El, karena belakangan dia lagi senang nonton tayangan Godzilla di Youtube, dan berkali-kali menyampaikan keinginan untuk memiliki figur Godzilla yang besar. Jadi aku beli ini secara online, datang pas tak lama setelah Natal. Seperti biasa kalau punya mainan baru, langsung dibawa ke mana-mana, ditunjukkan ke semua orang yang ditemuinya.


 Untuk Fe, kadonya datang lebih lambat, berupa satu set mainan masak-masak (dapur) yang juga aku beli secara online. Hampir setiap kali dia ditanya ingin mainan apa, atau ingin nonton apa di Youtube, dia akan menjawab masak-masak. Meski ukurannya besar, terdiri dari 3 blok kitchen set, sayangnya sebagian besar mainan pendukung ukurannya kecil-kecil, yang bakal gampang hilang.

28 December 2020

Gendong Depan


 Saat berhenti di pintu perlintasan kereta api dekat St. Sudimara, di sebelahku ada seorang bapak muda yang naik motor dengan menggendong anaknya dengan gendongan modern di depan.

Aku jadi ingat dulu sering melakukan ini ke El, dan juga Fe, baik sekedar untuk belanja makanan dekat rumah, atau jalan-jalan berkeliling karena bocah bosan di rumah. Pengalamanku menggendong Fe sambil naik motor ini lebih sedikit dibanding dengan El, soalnya Fe sudah ada teman, jadi tdak terlalu bosen di rumah. Sementara waktu El masih kecil, dia hampir tidak ada teman bermain, bahkan beberapa periode sering kami tidak ada asisten rumah tangga, jadi kemana-mana aku ajak.

Nostalgia.

24 December 2020

Malam Natal 2020

Di malam natal ini, di rumah saja, aku membuat pohon natal sederhana dari lego. El dan Fe gak mau ketinggalan. Fe membuat bentuk yang kecil di tengah, sementara El membuat bentuk yang menjulang paling tinggi.

Liburan natal tahun ini kami tidak pergi kemana-mana, biasanya kami pulang kampung ke Kediri dan merayakan Natal di sana. Karena pandemi Covid-19, kami tidak bepergian. Di sisi lain, lumayan juga bisa berhemat, mengingat kondisi perekonomian juga terkena dampak pandemi ini.

Keluargaku sendiri tidak punya tradisi atau kebiasaan khusus berkenaan dengan hari Natal, selain pergi ke gereja pas hari H. Tidak ada doa malam natal (christmas eve), pesta ataupun makan malam. Biasa saja. Paling-paling kami hanya memasang pohon Natal, satu-satunya yang bisa aku ingat dilakukan di keluargaku. Jadi setidaknya, aku ingin merawat tradisi itu, dengan tetap memasang pohon Natal, lengkap dengan lampu kerlap-kerlip, meskipun sederhana. Setidaknya El dan Fe lumayan semangat ikutan memasang hiasan di pohon Natal itu.


 Ini pohon Natal hasil karya El saat pelajaran agama di sekolah, yang dilakukan secara online.

Selamat hari Natal 2020, semoga damai Natal tetap hadir dalam semua keluarga, bahkan di masa pandemi ini. Semoga di hari Natal tahun depan, pandemi sudah berakhir.

13 December 2020

Bunga Kemuning Mekar

Akhirnya, pohon kemuning yang aku tanam di pot di lantai atas, berbunga juga, meski hanya sedikit. Memang posisinya harus bisa terkena sinar matahari langsung agar bisa berbunga dengan baik. Meski bunganya sedikit, tidak sampai 5, tapi sesekali aku bisa mencium keharuman bunganya.


 Aku lupa bagaimana awalnya aku menanam bunga ini. Tapi di rumah pak Munir, sebelah rumah, memang tanaman ini tumbuh cukup besar dan banyak berbunga, jika malam hari sering tercium aroma wangi bunga yang aromanya mirip bunga melati ini. Bagi yang suka horor, mungkin akan merinding saat tengah malam mencium aroma bunga harum ini. Selain aroma bunganya, biji buahnya juga menarik minat anak-anak untuk bermain. Jadi aku sering melihat El dan Fe memetik buahnya yang sudah berwarna merah.

Nah, mungkin ada biji buah yang jatuh ke tamanku, dan mulai bertunas, selanjutnya sengaja aku rawat biar tumbuh besar. Butuh waktu lama, karena aku merawat ala kadarnya, gak paham soal pupuk dan sebagainya. Ternyata yang satu ini bisa tumbuh besar, hampir 1 meter, dan berbunga.

09 December 2020

Turab Sungai Tahap 1

Sebelum akhir tahun, mungkin sesuai dengan target tahunan di pemkot, bronjong yang dipasang di tepian sungai sebelah kompleks dinyatakan selesai. Ternyata tidak sepanjang sungai, lagipula di bagian ujung sana masih lumayan aman, dengan pepohonan yang rindang. Selain itu tanggulnya juga tidak dibuat tinggi, jadi kalau air sungai meluap cukup banyak, seperti yang terjadi awal Januari 2020, tetap bakal membanjiri jalanan juga. Katanya sih, ini baru tahap 1, nanti akan ada tahap selanjutnya untuk meninggikan tanggul.

Ya menurutku sudah lumayan lah, apalagi biaya ditanggung pemkot, bukan dari warga. Setidaknya kami tidak terlalu kuatir kalau jalanan bakal ambles karena tergerusnya tepian sungai.

Agak aneh juga kalau melihat ada spanduk dipasang di pinggir sungai untuk mengingatkan warga agar jangan membuang sampah ke sungai. Bukankah ini wilayah kompleks (cluster) yang sebagian besar warganya mampu dan berpendidikan? Kami membayar tukang sampah yang secara rutin akan mengambil sampah di kompleks, jadi gak perlu pusing buang sampah ke mana. Jadi apakah ada yang buang sampah ke sungai? Hal dasar yang seharusnya dipahami oleh warga berpendidikan untuk dihindari.

Tapi memang, sedihnya, pada kenyataannya ada saja yang membuang sampah di sungai. Sejauh ini memang aku lihat pelakukan adalah asisten rumah tangga, tapi bukankah sang majikan seharusnya bisa menegur mereka, dan mereka bakal nurut? Entahlah, mungkin memang sang majikan juga gak peduli, meskipun kaya dan berpendidikan. Makanya pengurus memutuskan untuk memasang spanduk ini.

03 December 2020

Menyiram Tanaman

Namanya juga anak-anak, selalu penasaran dan ingin meniru yang dikerjakan orang dewasa. Ya selama masih hal positif dan bermanfaat, biarkan saja. Kalau ada kesalahan, ya tinggal dibimbing agar benar.


 Seperti halnya El, penasaran ingin menyiram tanaman. Kadang geregetan juga melihat aksinya yang kurang pas, dan terkesan mengganggu, tapi aku yakin ini adalah proses belajar. Semoga saja dia bisa jadi anak yang rajin nantinya, tidak hanya bermain-main.

02 December 2020

Pengamen Manusia Perak


 Seorang pengamen yang dikenal dengan istilah "manusia perak" karena mengecat tubuhnya dengan warna perak, sedang beraksi di lampu merah Tegal Rotan. Keberadaan mereka sering dianggap sebagai gangguan, dan seringkali satpol PP melakukan razia terhadap mereka.

Apakah pengamen adalah seniman? Ini bisa jadi perdebatan. Bagi sebagian orang, seniman panggung itu juga pengamen, bedanya dapat bayaran yang pasti. Sedang pengamen jalanan, bayaran gak jelas. Bedanya, seniman yang berpentas di panggung, kebanyakan punya kualitas yang teruji. Kalau kualitasnya jelek, sapa yang mau bayar? Sementara pengamen, sebagian besar kualitasnya ala kadarnya, jadi orang yang "membayar" lebih banyak karena terpaksa, atau kasian. Kalau ada pengamen yang kualitas seninya bagus, terbukti banyak orang yang rela dan senang hati memberi saweran.

Perlu kreativitas, dan mungkin juga dukungan dari pemerintah daerah, agar para pengamen berkualitas bisa menampilkan seni yang pantas dihargai, tidak hanya meminta belas kasihan, apalagi memaksa dan mengganggu.

27 November 2020

Timun

Akhirnya muncul juga satu buah ketimun. Senang melihat sayuran satu ini bisa tumbuh subur dan lebat di "lahan" seadanya, pot mungil bekas kaleng biskuit. Menjalar kemana-mana, daunnya lebat dan banyak bunganya.

Sayangnya aku kurang pandai belajar soal pupuk, jadi tidak bisa merawat tanaman ini dengan baik. Apalagi ternyata, karena di dalam ruangan, cahaya matahari yang didapat sepertinya kurang maksimal, jadi buahnya jarang muncul. Namanya juga belajar gak serius, untung-untungan saja sembari mengisi waktu luang.

 

26 November 2020

Kucing LIar dan Anak-anaknya

Setelah sebelumnya ada kucing liar beranak 4 ekor di plafon rumah, kali ini giliran kucing warna telon ini membawa anak-anaknya ke teras. Sebelumnya ada 4 juga, tapi saat ini tinggal 3. Salah satu anaknya sakit matanya, dan bisa copot sendiri.

Suatu hari terdengar lengkingan anak kucing di teras. Awalnya aku cuekin karena mereka biasa bermain heboh, layaknya anak-anak kecil. Tapi lama-lama terdengar aneh suaranya, seperti kesakitan. Pas aku tengok, ternyata salah satu anak kucing ini terjepit di rak sepatu. Dia bermain menelusup ke bawah rak, tapi akhirnya terjebak karena terlalu sempit dan susah keluar. Saudara-saudaranya ingin menolong tapi gak sanggup, jadi berisik doang. Jadi aku harus sedikit mengangkat rak sepatu ini untuk melepaskannya.


 Sepertinya tertular oleh saudaranya yang sakit mata, salah satu anak kucing ini juga matanya jadi bengkak. Btw, aku sengaja letakkan pasir untuk toilet para kucing di luar, setidaknya mengurangi kemungkinan kucing-kucing itu buang kotoran sembarangan, apalagi di pekarangan tetangga.

Update:

Dari semua anak kucing ini, hanya satu yang bisa "diselamatkan", yaitu yang telon sakit mata itu, karena dirawat oleh Andre, sampai dibawa ke klinik untuk mengobati matanya. Cukup lama juga di klinik karena beberapa kali ada infeksi di matanya yang sudah copot. Sementara dia dirawat di rumah. Sedang saudara-saudaranya yang lain tidak ada yang bisa bertahan, satu persatu meninggal karena sakit.

25 November 2020

Membaca Ulang Komik Pandemic

Gara-gara viralnya foto pejabat yang sedang membaca buku, aku jadi ingin pasang foto serupa, dan memilih komik berjudul Pandemic ini, karena agak cocok dengan situasi saat ini. Tapi jadinya malah penasaran ingin membaca ulang. Komik ini aku beli sudah lama, jaman belum musim belanja online dan masih sering main ke Gramedia. Termasuk komik bertema dewasa, karena temanya memang lebih mikir dan banyak gambar yang "sadis", untungnya hitam putih, jadi tidak terlalu mencolok.

Komik ini adalah cerita fiksi, tapi berdasarkan analisa mendalam setelah adanya wabah semacam SARS. Intinya mencoba "memprediksi" apa yang terjadi jika ada wabah mirip SARS tapi lebih meluas dampaknya, termasuk penyebaran yang cepat dan menjadi pandemi. Komik ini seperti memprediksi akan adanya kekurangan tenaga medis dan tidak sanggupnya rumah sakit menampung penderita.

Tenaga medis yang kelelahan, juga ikut menjadi korban, juga diceritakan di sini. 

Keputusan pemeritah yang melakukan lockdown banyak diprotes oleh warga, termasuk banyak warga yang seperti tidak peduli dan tidak mau menuruti anjuran pemerintah. Intinya pemerintah dan masyarakat banyak yang tidak siap menghadapi masalah wabah ini. 

Tidak ada obat dan harapan satu-satunya adalah vaksin yang butuh waktu lama untuk membuatnya. Solusi sementara yang cukup efektif adalah dengan transfusi serum (plasma darah) dari penderita yang sudah sembuh, berdasar pengalaman dari wabah Ebola di Afrika.

Kalau dicermati, sebagian besar is komik ini menggambarkan kondisi nyata saat ini, saat wabah Covid-19 menyebar dari Wuhan ke seluruh dunia, dan banyak pemerintahan termasuk di negara maju cukup kewalahan menghadapinya. 

Bukankah sebelumnya sudah pernah ada wabah flu babi dan flu burung, tapi mengapa dampaknya tidak seheboh saat ini. Awalnya aku pikir karena perkembangan internet membuat informasi jadi lebih menyebar luas dan cepat. Tapi mengingat banyaknya korban, dan terjadi cukup merata di semua wilayah, aku yakin Covid-19 ini berbeda dengan flu burung atau flu babi yang seperti lebih mudah "terlokalisasi". Bahkan SARS yang lebih ganas pun bisa berhenti di daerah tertentu, tanpa bikin heboh soal lockdown.


 Semoga pandemi ini segera berakhir, dan perekonomian bisa pulih dengan lebih cepat.

24 November 2020

Bayam Merah Campur Mi Instan


Salah satu sayuran yang tumbuh subur di "kebun" lantai atas adalah bayam merah. Bayam hijau sendiri malah tampak kesulitan untuk tumbuh subur. Sayangnya anak-anak tidak menyukai bayam merah ini, karena warnanya jadi terlihat aneh bagi mereka.


Suatu hari nyobain iseng mencampur bayam merah dalam mi instant, dan hasilnya warna kuahnya jadi merah jambu. Kebetulan mi yang aku pakai adalah merk Arirang (dari Korea) yang memakai kuah putih kental, jadi tidak bening. Selain itu bentuk mi juga lebar gepeng seperti kwetiau.


 Nah, jadi sekilas malah bukan kaya mi, tapi kaya es kelapa muda dengan sirup merah hehehehe.

21 November 2020

Ngopi Bareng Balita

Biar gak terlalu bosen saat menemani anak bermain di akhir pekan, aku sembari menikmati kopi di teras.

Sesekali, si Fe ikutan mencicipi kopi hitam manis buatanku. "Enak", katanya, tapi tentu saja tidak boleh minum terlalu banyak. Cukup satu-dua sendok. Kalau El sama sekali tidak mau mencicipi, baginya tidak menarik.

 

19 November 2020

Kunjungan Guru Bulan November

Dalam kunjungan gurunya El kali ini, Bu Wulan mengajak El membuat prakarya berupa gambar kucing dari kertas yang ditempel. Awalnya bu guru memberi contoh, kemudian meminta El meniru hasilnya, dari bahan yang sudah disiapkan.


 El tentu saja sangat antusias membuat prakarya ini. Bahkan, dia melakukan inisiatif yang agak berbeda dengan contoh yang diberikan, misal dengan memberi gambar kaki.

18 November 2020

Bronjong Pencegah Longsor Tepi Sungai

Setiap kali ada luapan air, terutama kiriman dari selatan, air sungai ini akan meluap ke kolam di tepinya, bahkan kalau kondisi parah bisa menggenang di jalanan pinggir kali. Untuk mencegah banjir jelas akan sulit karena butuh tanggul (turap) yang bisa menghalang air di sepanjang sisi, secara biaya bakal besar.

Kebetulan, ada salah satu calon walikota yang berkampanye di kompleks. Warga menyampaikan masukan (keinginan) agar dibuat tanggal/turap di pinggir kali di samping kompleks, agar kalaupun tidak bisa mencegah luapan air, setidaknya bisa menghalangi terjadinya longsor. Saat ini, pinggiran kali sudah mulai tergerus, hampir membahayakan jalan. Adanya pohon di pinggir jalan tidak terlalu membantu, karena tepiannya sudah terlalu sempit.

Untungnya, calon itu mendengarkan suara kami, dan kebetulan juga dia adalah pejabat aktif di pemkot, jadi punya wewenang untuk mengajukan proyek pemkot. Tak lama setelah obrolan di kompleks, segera ada yang melakukan survey, lanjut eksekusi dengan memasang bronjong di sepanjang tepian sungai yang ada di sisi kompleks. Sementara baru bisa direalisasikan berupa bronjong, belum bisa jadi tanggul penghalang banjir. Tapi ini sudah sangat bagus, karena setidaknya mencegar terkikisnya tepian sungai, dan mencegah rusaknya jalan karena ambles.


 Jadi teringat perdebatan antara normalisasi vs naturalisasi. Dalam kasus ini, naturalisasi sudah tidak memungkinkan lagi, tidak cukup lahan. Kalau dipaksakan, pepohonan akan ikut tergerus oleh arus sungai dan sia-sia. Jadi mau gak mau ya harus dinormalisasi - dikeruk dan dipasang penghalang buatan di tepi sungai. Sebagai jalan tengah, sementara tdak diplester (betonisasi), tapi dengan bronjong batu kali, jadi secara ekosistem sungai lebih baik.

25 October 2020

Lebah Menghisap Sari Bunga

Iseng saja mengamati dan mengabadikan peristiwa lebah-lebah yang sedang mencari makan di bunga putih di depan rumah Pak Reza.


 

22 October 2020

Kunjungan Rutin Guru Sekolah

Bu Wulan berkunjung ke rumah sebagai bagian dari kunjungan rutin setiap bulan ke setiap murid, agar bisa memantau secara langsung perkembangan tiap anak, yang sulit untuk dilakukan dalam pertemuan kelas secara online.


 El, dan juga Fe, antusias mendapat kunjungan dari bu guru, dan tentu saja karena ada permainan dan aktivitas yang dilakukan, meskipun hanya sebentar. Agak kurang sebenarnya, tapi jauh lebih baik ketimbang tidak ada tatap muka sama sekali.

21 October 2020

Krokot Merah Jambu

Foto-foto sekedar merayakan munculnya bunga krokot yang aku tanam dengan media water gels di pot ala kadarnya dalam ruangan. Senang aja lihatnya.




 

20 October 2020

Bersepeda di Lapangan

Beberapa hari terakhir ini anak-anak kompleks lebih sering bermain sepeda di lapangan yang sempit ini. Mereka beradu balap mengitari lapangan yang kecil. Mungkin karena untuk bermain sepakbola, jumlah orangnya terlalu sedikit, jadi perlu ada alternatif permainan.

El juga tidak mau ketinggalan, ikut balapan dengan sepeda roda empatnya. Masalahnya, keberadaannya cukup mengkuatirkan, karena anak-anak lain yang lebih besar sering ngebut, dan El sendiri tidak mengikuti aturan, jadi sering seenaknya saja menentukan jalur. Pokoknya ikut balapan. Akibatnya seringkali anak-anak yang lain harus menghindari El agar tidak terjadi tabrakan yang berbahaya.

Agak uji nyali juga melihat El bermain dengan anak-anak yang lebih besar ini.


 

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...