18 November 2020

Bronjong Pencegah Longsor Tepi Sungai

Setiap kali ada luapan air, terutama kiriman dari selatan, air sungai ini akan meluap ke kolam di tepinya, bahkan kalau kondisi parah bisa menggenang di jalanan pinggir kali. Untuk mencegah banjir jelas akan sulit karena butuh tanggul (turap) yang bisa menghalang air di sepanjang sisi, secara biaya bakal besar.

Kebetulan, ada salah satu calon walikota yang berkampanye di kompleks. Warga menyampaikan masukan (keinginan) agar dibuat tanggal/turap di pinggir kali di samping kompleks, agar kalaupun tidak bisa mencegah luapan air, setidaknya bisa menghalangi terjadinya longsor. Saat ini, pinggiran kali sudah mulai tergerus, hampir membahayakan jalan. Adanya pohon di pinggir jalan tidak terlalu membantu, karena tepiannya sudah terlalu sempit.

Untungnya, calon itu mendengarkan suara kami, dan kebetulan juga dia adalah pejabat aktif di pemkot, jadi punya wewenang untuk mengajukan proyek pemkot. Tak lama setelah obrolan di kompleks, segera ada yang melakukan survey, lanjut eksekusi dengan memasang bronjong di sepanjang tepian sungai yang ada di sisi kompleks. Sementara baru bisa direalisasikan berupa bronjong, belum bisa jadi tanggul penghalang banjir. Tapi ini sudah sangat bagus, karena setidaknya mencegar terkikisnya tepian sungai, dan mencegah rusaknya jalan karena ambles.


 Jadi teringat perdebatan antara normalisasi vs naturalisasi. Dalam kasus ini, naturalisasi sudah tidak memungkinkan lagi, tidak cukup lahan. Kalau dipaksakan, pepohonan akan ikut tergerus oleh arus sungai dan sia-sia. Jadi mau gak mau ya harus dinormalisasi - dikeruk dan dipasang penghalang buatan di tepi sungai. Sebagai jalan tengah, sementara tdak diplester (betonisasi), tapi dengan bronjong batu kali, jadi secara ekosistem sungai lebih baik.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...