Showing posts with label Furniture. Show all posts
Showing posts with label Furniture. Show all posts

12 September 2020

Kerja Outdoor dengan Meja Lipat Dinding

Aku selalu ingin bisa menikmati bekerja di outdoor - tentu dengan kondisi yang nyaman. Nyaman tidak harus seperti di cafe pinggir pantai atau di lereng bukit, ya meskipun kayaknya bakal enak juga kalau bisa gitu. Tapi setidaknya tidak perlu terkurung di dalam ruangan dan hanya memandang tembok di sekeliling.


Untuk mewujudkan ini, aku coba pasang meja lipat di dinding, persis di depan jendela kamar atas tapi di tembok bagian luar. Panas? Ya, itu tantangannya. Saat cuaca mendukung, panasnya bisa diabaikan karena ada aliran udara langsung dari sisi kanan yang mengalir memberi kesegaran. Tapi kalau cuaca mendung dan lembab tanpa angin, ya bakal terasa sekali gerahnya.


Setidaknya, dengan meja ini, aku bisa berasa bekerja di luar ruangan, dengan suasana agak alami karena ada tanaman hijau di sekeliling. Meskipun kalau menoleh ke belakang ya pemandangannya gak menarik karena tempat jemuran.



Sayangnya, ada tembok di belakang yang membuat tempat duduk jadi sempat, dan kurang nyaman juga buat bersandar. Apalagi sampai saat ini belum dapat kursi yang nyaman, jadi hanya mengandalkan bangku seadanya.


Tantangan lain adalah harus berebut dengan para kucing. Kucing-kucing selalu tertarik dengan tempat baru, terutama yang agak tinggi, untuk mereka nongkrong.

 

01 July 2020

New Job, New Office

Hari ini memulai lembaran baru, bekerja di tempat yang baru. Setelah lebih dari 5 tahun tidak terlalu mendalami SFDC, kali ini aku kembali nyemplung ke dunia konsultan SFDC. Tentu saja bakal butuh waktu untuk membiasakan kembali, mengingat kembali sekaligus mengejar ketinggalan karena sepertinya banyak fitur baru dan teknologi baru yang diterapkan di sana.


Tidak hanya bos baru, tapi aku juga memutuskan untuk pindah ke ruangan baru - masih di rumah tentu saja. Aku merapikan kamar bekas gudang di lantai atas dan memakai sebagai kantor.



 Selain ingin memulai suasana baru, aku berharap dengan tempat baru ini aku bisa lebih fokus bekerja karena tidak terlalu bising dengan suara anak-anak. Apalagi El dan Fe sudah bisa bermain dengan bibi dan Andra (yang sepantaran), tanpa harus diawasi terus-terusan. Meski demikian, tetap saja mereka sering singgah dan bermain di lantai atas ini, tidak masalah juga buatku.

Ya, tempat ini memang lebih terhindar dari kebisingan bocah-bocah, tapi ternyata dengan posisinya di atas, tempat ini lebih bising oleh suara-suara toa yang banyak bertebaran di sekitar kompleks, terutama toa dari mushola di kompleks. Ah, sudahlah.

19 December 2015

Situ Bungur Berbenah


Sejak awal Desember tahun ini, aku lihat seperti ada pekerjaan yang dilakukan di sekitar Situ Bungur. Selain bahan bangunan, juga ada besi-besi tergeletak di tepi jalan sebelah utara danau. Oh ya, sebelumnya sudah ada perbaikan jalan di sekitar danau dan menutup lubang-lubang yang ada di jalanan yang sudah rusak.


Ternyata benar ada kegiatan untuk mempercantik sekitar danau, salah satunya dengan membuat tempat duduk di berbagai sudut danau, sehingga pengunjung bisa menikmati danau dengan nyaman. Tidak hanya satu-dua tempat, tapi lumayan banyak, tersebar di sisi sebelah barat dan utara. Juga beberapa pot dan tanaman sekitar.


Taman di sudut danau yang berdekatan dengan Jl. Menjangan juga mulai dipercantik. Entah ini usaha swadaya masyarakat sekitar atau dari pemkot Tangerang Selatan, tapi usaha ini patut dihargai danau kecil ini.

Masih banyak hal yang perlu ditingkatkan untuk memaksimalkan tempat ini. Tidak hanya memperkuat tanggul dan mempercantik taman di sekitarnya, tapi juga perlu memastikan sterilisasi daerah sempadan sekitar 50 meter dari tepi danau. Pemukiman penduduk di sekitar danau perlu dirapikan sehingga tempat ini bisa jadi tempat rekreasi yang lebih ramah dan nyaman. Juga yang paling penting adalah kegiatan rutin untuk menjaga kelestarian air danau dan organisme yang ada di dalamnya.

31 January 2015

Pengalaman Menginap di Garden Hostel


Ini pertama kalinya aku menginap di sebuah hostel sendiri, gaya backpacker-an yang kamarnya model kayak barak gitu, satu kamar ada banyak tempat tidur dan kamar mandi dipakai rame-rame. Alasannya simple, nyari yang murah karena toh liburan kali ini aku cuma sendiri. Kalau bareng keluarga yang mending sewa kamar yang lebih keren. Aku iseng nyari hotel di Traveloka dan Garden Hostels ini jadi pilihanku.


Seperti kebanyakan hotel atau rumah di Bandung, hostel ini penuh dengan taman dengan berbagai bunga yang indah, seperti bunga Anggrek ini. Selain itu juga ada pohon rambutan yang sudah berbuah, sayangnya mau minta kok malu :) Yang jelas suasana di dalam hostel ini asri dan nyaman. Untuk istirahat dan sekedar nongkrong juga nyaman. Suasana Bandung yang adem benar-benar terasa.



Alasan utama aku memilih tempat ini, selain karena harga, juga karena lokasinya yang strategis menurutku. Di jalan Dago dengan akses angkot 24 jam, sekitar 500 meter dari Pasar Simpang Dago, dan persis di pinggir jalan. Jadi kalau gak bawa kendaraan pribadi, gak perlu kuatir harus jalan jauh, karena turun dari angkot sudah sampai dan tinggal masuk ke dalam 50 meteran dah sampai front office. Pas check-in dapat pelayanan yang ramah, petugas kamarnya juga ramah. Sejauh ini aku tidak punya keluhan dengan palayanan petugas.

Oh ya, waktu aku nginep di sana pas lagi kosong. Cuma ada 2 tamu yang menginap, satu lagi orang Belanda namanya Nikko, seorang traveler yang ramah.


Salah satu fasilitas unggulan di sini adalah kolam renang. Aku sih gak niat berenang, soalnya gak bawa cukup celana buat ganti. Lagipula renang sendirian kayaknya kurang asyik. Kolam renangnya lumayan, waktu aku datang pagi itu ada petugas yang sedang membersihkan kolam ini. Masalahnya, aku menjumpai banyak kodok berkeliaran, bahkan ada yang sempat ikut nyemplung ke dalam kolam. Waduh, aku yang gak masalah sama kodok saja agak risih, apalagi yang fobia lihat makhluk itu. Katanya sih karena dekat dengan sawah, jadi kodok-kodok dari sawah suka ikut bermain ke dalam hostel.


Inilah sawah yang dimaksud itu, persis ada di samping sebelah utara dari hotel. Sawah yang masih bertahan, di tengah himpitan padatnya perumahan. Sebenarnya ini adalah selingan pemandangan yang menarik. Jadi bukan berasa di tengah kota, tapi berasa di sawah, jadinya kesan liburan itu benar-benar ada. Andai saja background perumahan itu bisa diganti dengan hamparan pegunungan, pasti lebih ciamik.


Ada juga disediakan mushola yang cukup lega, dengan bangunan panggung yang menarik. Pokoknya cocok banget buat tiduran beribadah.


Overall sih aku suka tempat ini, recommended dan besar kemungkinan untuk datang kembali. Tapi bukan berarti tanpa keluhan. Setidaknya ada empat keluhan utama yang aku rasakan di sini.

Pertama, ya masalah kolam renang tadi. Sepertinya pihak manajemen perlu kerja keras lebih lagi untuk memastikan kolam renangnya bersih, terawat dan bebas kodok hehehe.
Kedua, soal sarapan. Ada harga ada rupa, jadi terkesan minimalis. Tapi buatku sih gak terlalu masalah, karena toh aku tidak berniat sarapan di hotel. Sengaja aku ingin sarapan di pinggir jalan, nostalgia waktu jaman kuliah di sini, menikmati makanan khas di sini yang agak jarang ditemui di Jakarta.

Ketiga, masalah terbesar adalah kondisi kamar mandi. Gantungan bajunya minim, belum lagi kamar mandi sangat kecil. Udah gitu untuk toiletnya gak ada kunci, jadi pintu harus dipegangin kalau gak mau ada yang mendadak membuka pintu waktu kita lagi ngeden. Masalah yang  paling mengganggu adalah bau gas. Bau gas ini bahkan sampai masuk ke kamar dan selain mengganggu juga agak meresahkan. Waktu aku sampaikan keluhan ini ke petugas, dia bilang itu biasa saja, gak masalah. Tapi kayaknya karena terlalu banyak yang protes, pihak manajemen harus mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah itu.

Terakhir adalah soal pembagian kamar. Terus terang aku merasa "diusir" secara halus, padahal kan harusnya jadwal check-out jam 12. Pagi itu aku jalan-jalan dulu sampai sekitar jam 10 lebih. Pas sampai di hostel, aku buang hajat dulu. Betapa kagetnya waktu tiba-tiba di luar kamar mandi ada suara ibu-ibu berisik. Langsung aku pegang gagang pintu kuat-kuat, sambil membuat suara-suara sekenanya untuk ngasih tahu kalau ada orang di dalam. Benar juga, mendadak seseorang mencoba membuka pintu. Untuk aku sudah sigap, barulah mereka sadar ada cowo ganteng yang lagi ngeden di toilet. Lah, bukannya ini harusnya kamar laki-laki? Entahlah. Yang jelas rombongan ibu-ibu itu check-in lebih awal dan langsung ditempatkan di kamar yang aku pakai, mungkin karena waktu itu kosong. Untung aja aku lagi gak bugil mondar-mandir di kamar mandi karena merasa kamar sedang kosong.

Ya sudah, segera saja aku beres-beres dan beranjak pergi untuk nonton lomba paduan suara di ITB.

25 December 2014

Natal 2014


Ada rasa bersalah setiap kali menghadiri ibadah hari Natal di gereja ini (Gereja Baptis Setia Bakti, Kediri), yang sudah aku ikuti selama lima tahun terakhir ini - menggerutu. Yup, hampir setiap kali kami berangkat ke gereja untuk menghadiri ibadah Natal di tanggal 25 Desember, kami selalu menggerutu. Alasannya sepele, karena ibadah dilakukan pukul 05.00. Jadi kami harus sudah mulai bersiap sejak jam 4 subuh, alamak, hari libur kok bangun subuh-subuh. Sementara gereja lain umumnya mengadakan ibadah malam natal (christmas eve), gereja ini memilih ibadah subuh.


Selain menggerutu, kami juga datang terlambat hehehe ... Maklum, berangkat dalam rombongan yang banyak, biasanya akan saling menunggu anggota lain, jadinya telat. Untunglah ruangan gereja baru sudah cukup besar dan ada juga ruangan di lantai atas. Jadi untuk pertama kali kami mengikuti ibadah dari lantai atas. Tampak seorang polisi melakukan pantauan di lantai atas juga selama ibadah berlangsung, memastikan ibadah berlangsung dengan aman. Terima kasih pak Polisi!


... paduan suara gabungan, orang dewasa dan remaja, yang membawakan lagu Natal seusai pak pendeta menyampaikan kotbah Natal ...


Wajah-wajah ceria tampak menghiasi jemaat seusai kebaktian, meskipun aku yakin banyak dari mereka yang seperti kami juga ... belum sempat sarapan :) Toh ibadah tidak sampai 2 jam, dan keceriaan karena berkumpul bersama keluarga bisa sedikit menghilangkan rasa kantuk dan jenuh karena harus bangun subuh. Seperti biasa, pak pendeta Yosia dan istri menyambut jemaat seusai kebaktian.


Sambil menunggu waktu pulang, karena biasanya pintu keluar cukup padat dan harus antri untuk meninggalkan parkiran gereja, beberapa jemaat memanfaatkan untuk foto-foto di sekitar gedung, terutama di dekat pohon Natal. Narsis bisa dimana saja :)

Oh ya, saat menunggu waktu pulang, ada mbak-mbak baik hati yang membagi-bagikan kopi instant ABC, baik yang white-coffee maupun black-coffee (less sugar). Promosi sih, tapi ya ambil untungnya saja. Anggap saja ini kado Natal hehehe ..

#christmas #morning #church #service #people #family #festival #kebaktian

15 October 2014

Republic Polytechnic


Ini kali kedua kunjunganku ke salah satu kampus di daerah Woodlands, Singapura. Kunjungan pertama kalau gak salah setahun yang lalu, hanya meeting singkat dan aku gak sempat jalan-jalan atau foto-foto untuk melihat sekeliling kampus.


Meskipun kayakna tidak seluas kampus UI Depok, tapi kampus ini cukup luas dan isinya gak cuma gedung. Ada banyak lahan terbuka hijau serta taman yang menarik. Saat kunjunganku kali ini suasana kampus sedang sepi, meskipun tetap ada beberapa mahasiswa yang mondar-mandir, tapi sepertinya kali ini bukan waktunya kuliah. Mungkin sudah masuk liburan atau di akhir semester awal dan menjelang liburan. Mungkin.


Lingkungannya asri, banyak pohon dan banyak kolam hias. Jadi terasa teduh dan adem meskipun cuaca sedang panas. Kantinnya juga banyak, aku amatin setidaknya minimal ada 3 foodcourt (bukan sekedar satu warung). Cuma aku hanya sempat nyobain satu foodcourt saja.

Jadwalku 2 hari meeting di sini, tapi untunglah setiap hari tidak pernah sampai full. Hari pertama aku pulang sekitar jam 4, dan hari ke-2 lebih cepat lagi, sebelum jam 2 sudah pulang.


Di sekitar gedung banyak selasar lengkap dengan tempat-tempat duduk. Bisa buat ngobrol, belajar atau makan bareng. Jadi cukup nyaman untuk istirahat di kampus sambil menunggu jadwal kuliah berikutnya. Seingatku dulu waktu di ITB banyak juga selasar, tapi minim tempat duduk. Jadi kegiatan siswa lebih banyak dilakukan secara lesehan. Entah kalau kampus sekarang gimana.


Hari pertama di kampus ini aku disambut dengan hujan ringan, lumayan adem dan menyegarkan. Padahal di sisi lain, terutama daerah tengah kota, cuaca masih panas terik, dan gerah.


Salah satu tempat parkir sepeda yang rindang dengan bunga-bunga disekitarnya. Tapi herannya kok malah ada yang parkir tidak di tempat yang disediakan, dan di tempat parkir (yang kebetulan ada tempat duduknya) malah dipakai untuk tidur.


Sebelum meninggalkan tempat ini, aku sempat melihat ada sekelompok grup musik yang sedang berlatih. Mereka memainkan musik khas Melayu yang kental nuansa Islami. Sepertinya musik seperti ini juga ada di daerah Sumatera, tapi aku belum pernah tahu. Agak khas, alat musiknya pun sederhana lebih banyak jenis perkusi.

Karena penasaran aku googling sebentar. Ternyata ini grup Wira, yang memainkan kesenian yang mereka mainkan adalah Dikir Barat, kesenian khas Semenanjung Melayu, yang bisa dimainkan dengan atau tanpa alat musik. Biasanya ada satu/dua penyanyi utama, dan beberapa orang yang menjadi pengiring atau penyanyi latar, yang bernyanyi sambil tepuk tangan. Kelompok Wira adalah kelompok Dikir Barat yang beranggotakan pria, sedang yang beranggotakan wanita bernama Endang.


Ternyata kampus Republic Polytechnic di Woodlands ini termasuk kampus baru, diresmikan tahun 2007 oleh Perdana Mentri Lee Hsien Loong. Sementara RP sendiri mulai didirikan tahun 2002.

#campus #singapore #students #diploma #polytechnic #building #park #music #malay #traditional #education

10 October 2014

Fat Straw


Seorang bule menemani dua rekannya yang sedang menunggu pesanan minuman di Fat Straw, Gandaria City. Mereka tampak berbincang dengan asyik, meskipun aku gak paham apa yang mereka bincangkan. Aku sendiri memilih menunggu sambil duduk di pojokan yang ada colokan listriknya :)


Siang ini aku sengaja nunggu di kedai Fat Straw ini, bukan di kedai kopi seperti biasanya. Sekedar nyari alternatif, termasuk nyari yang lebih murah. Kalau di Starbuck atau Coffee Leaf, minimal aku harus merogoh kocek sekitar 30-50 ribu untuk ongkos nongkrong (bonus minuman tentunya). Di sini aku pesan paket minum yang sudah lengkap, harga 28 ribu.


Mungkin alasan dia pakai nama fat "gemuk" adalah karena bentuk cup-nya yang relatif tambun atau bantat, dibanding cup di kedai teh lainnya. Desain tutup cup-nya juga simple dan menarik. Soal rasa, hmm... aku baru nyoba menu andalan mereka, teh susu dengan bobba.


Entah mengapa sinyal bolt maupun xl agak jeblok di tempat ini. Untung ada koneksi wifi yang cukup kencang, hampir 1Mbps dan lancar karena gak banyak pengunjung. Juga aku bisa menebak dengan tepat password wifi di tempat ini tanpa harus tanya ke pelayannya. Sepertinya sudah jadi standard di warung-warung, password wifi selalu pakai nama menu andalannya :)

07 January 2014

Park Above Car Park


Siang ini sok-sokan kerja di luar ruangan setelah makan siang, tempatnya di taman terbuka yang biasa dipakai karyawan untuk merokok. Meskipun jangkauan wifi dari kantor customer gak sampai ke tempat ini, tapi syukurlah masih dapat jatah internet gratisan dari m1 :)


Taman yang asri ini dibangun di tengah-tengah areal perkantoran, persis di atas tempat parkir gedung High Street Plaza, tidak jauh dari Funan Center.


Kolam ikan penuh dengan ikan koi, tanamannya terawat rapi dan tamannya juga bersih. Heran juga kok setiap aku ke sini selalu saja tempat ini tampak kosong. Aku bayangkan kalau di di Jakarta ada yang seperti ini, pasti banyak yang nongkrong dan ngobrol, bahkan di tengah jam kerja :)


Ini halte di tepi sungai Singapura, persis di samping gedung. Aku baru ngeh kalau gedung yang di seberang itu punya lift yang letaknya di luar gedung dan bentuknya mirip kapsul. Menarik.


Seekor kucing tampak tidur dengan pulas di tangga depan pintu, cuek saja meskipun banyak karyawan yang berlalu-lalang saat jam pulang kerja ini.


20 May 2013

New Wardrobe


Kedua orang ini sedang memasang lemari kayu yang barusan kami pesan secara online. Satu lemari untuk bertiga sudah tidak lagi muat, jadi istriku memutuskan untuk membeli lemari khusus buat pakaiannya sendiri. Seperti biasa, kami beli secara online, bayar DP, dan memilih yang bersedia melakukan COD. Barang diterima baru bayar lunas.


Eh, pagi harinya kok si Kucrut sudah nangkring di lemari baru itu.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...