31 October 2022

Bazaar di Sekolah

Hari ini di sekolah TK Fe ada kegiatan bazaar. Sepertinya bertujuan agar anak-anak belajar soal transaksi jual-beli, sekaligus untuk penggalangan dana.

Yang jadi target pembeli adalah anak-anak SD dan juga para orangtua murid yang datang. 


 Kebetulan aku tidak mengikuti sepanjang acara, hanya datang pas waktu menjemput Fe, dan acara sudah selesai. Anak-anak tampak senang dengan kegiatan ini.

30 October 2022

Mengunjungi Parung Panjang

Penjelajahan KRL kali ini aku cuma sampai St. Parung Panjang. Entah mengapa, aku belum berminat untuk lanjut terus sampai Rangkas Bitung. Ya, sementara di sini saja, mengobati rasa penasaran.

Stasiun ini baru saja direnovasi sehingga ada gedung baru dan tempat menunggu yang lebih modern dan rapi.

Stasiunnya sendiri tidak terlalu besar, tapi masih tampak masih lebih besar dibanding Pondok Ranji atau Sudimara. Mungkin juga karena tempat ini juga jadi salah satu titik keberangkatan kereta, jadi perlu ada jalur khusus untuk parkir kereta lain, mungkin.

... kucing, hampir ada di setiap stasiun, dan hampir selalu ada pengguna kereta yang ramah ke para kucing jalanan itu ... 

Keluar dari stasiun, dapat sambutan gedung pasar yang sedang direnovasi. Atmosfirnya juga terasa beda, terasa atmosfir luar Jakarta, padahal sebenarnya belum terlalu jauh dari ibukota. Pas tiba juga cuaca lumayan panas, meskipun dari kejauhan bisa terlihat hamparan bukit.

Ada satu jembatan penyeberangan tak jauh dari stasiun, jadi aku coba mampir ke tempat itu. 

Dari jembatan ini bisa dilihat lalu lalang kereta, juga keadaan stasiun, termasuk para petugas. 

Sisi sebelah selatan stasiun, dari jauh kelihatan deretan pegunungan (atau perbukitan, entahlah). Perumahan tampak cukup padat meski masih ada pepohonan di sekitarnya.

Untuk kal ini, aku hanya mampir saja di jembatan tersebut, belum ada rencana untuk menjelajah daerah di sebelah selatan stasiun. Jadi aku balik lagi ke tempat semula, terus jalan kaki menyusuri jalanan yang menuju ke jalan raya.

Tidak jauh dari stasiun, aku jalan kaki menyeberang jalan raya Jl. Moh. Toha, dan asal saja masuk ke salah satu gang. Ternyata gang ini buntu, dan ujungnya adalah areal persawahan seperti ini. Masih kosong. Ah, sayang sekali cuacanya panas sekali, kalau gak, nongkrong di sini mungkin bakal terasa sejuk.

Dari jauh tampak ada bangunan yang sepertinya pabrik. Kalau dilihat dari peta, sepertinya daerah sana itu ada beberapa tempat industri meski tidak begitu besar.

Selanjutnya aku menyusuri jalan raya tadi, terus mampir di Alfa Midi untuk ambil duit, sekalian mendinginkan diri sejenak dari panasnya jalanan di sini.


 Tak jauh dari Alfa Midi, ada jalan ke arah stasiun, jadi aku langsung balik lagi ke arah stasiun. Di sekitar pasar ada deretan ruko dan kalau lihat posisi jalannya, sepertinya daerah ini sering tergenang banjir, juga selokannya juga kayak parah. Entahlah.

Sekitar pasar tidak nemu tempat makan yang unik, jadi lanjut pulang saja ke Bintaro.

24 October 2022

Adam Hawa (Purple Heart)

Dulu tertarik dengan tanaman ini karena warna batang dan daunnya ungu, jadi bisa memberi variasi tanaman di taman, tidak melulu hijau. Ternyata tanaman ini sangat mudah dibiakkan, cukup dengan stek - ambil batangnya, tancapkan ke tanah.


 Jadinya aku gak perlu repot beli, karena ada tetangga yang tanaman ini begitu melimpah di sekitar rumahnya, sampah banyak yang terbuang di selokan. Jadi tinggal ambil saja, terus tanam di pot. 

Belakangan baru tahu namanya Adam Hawa, atau Purple Heart.

16 October 2022

Taman Menteng Bintaro - Sedikit Wajah Baru

Entah sejak kapan beroperasi, tapi ada yang baru dari Taman Menteng Bintaro, yaitu jembatan penyeberangan berubah dengan pagar yang baru dan bergaya Jepang.

Setahuku, selama pandemi, taman ini ditutup untuk umum. Ini juga terkait dengan perubahan tempat makan yang ada di seberang sungai dari taman ini, yang sebelumnya dipakai oleh Bebek Kaleyo, terus tutup. Selama pandemi, tempat itu mengalami renovasi, sehingga akses ke taman dari sisi barat tertutup.

Rupanya rumah makan itu berubah jadi restoran Jepang, Sushi Hiro, pantesan dekorasi sekitar taman jadi ikut bernuansa Jepang.

Pagi ini aku iseng jalan-jalan ke taman ini, sarapan dulu di areal parkiran dekat taman yang banyak pedagang kaki lima. Beli soto ayam saja, porsi pas, harga juga pas, kalau soal rasa sih soal selera, tapi masih mending lah. Semenjak ada pelonggaran PPKM, taman ini juga mulai ramai dikunjungi warga sekitar.

Malahan pas aku jalan mengitari taman, sempat papasan dengan tetangga rumah yang juga sedang refreshing bersama anak-anaknya di sini.

Sayangnya tempat bermain anak-anak tidak terlalu mengalami perkembangan, masih belum ada wahana baru, dan bahkan wahana lama agak kurang terawat, terutama ayunannya. Sedang untuk seluncuran yang besar, sepertinya ada sedikit perbaikan.

Entah ini seni instalasi atau sekedar untuk acara tertentu, kurang begitu jelas.



 Sebagai taman di tengah "kota", tempat ini lumayan sejuk dan rindang, jadi cocok buat sekedar bersantai murah-meriah, atau juga olahraga ringan. Tapi kalau akhir pekan ya lumayan ramai.

15 October 2022

Bermain ke Transpark Mall Bintaro

Setelah beberapa hari lalu sempat "survey" sebentar di Transpart Mall, - yang meskipun dekat dan sering aku lewati, tapi belum pernah aku kunjungi setelah renovasi -, hari ini aku ajak anak-anak jalan-jalan di sini, buat variasi, gak cuma jalan-jalan di danau.

Mal ini penuh dengan dekorasi bernuansa Jepang, banyak spot yang bagus buat foto-foto dan bisa dibilang instagramable. Tapi dasar anak-anak, bagi mereka yang menarik adalah tempat yang bisa buat bermain. Jadi setelah mondar-mandir sebentar, mereka mulai bosan.


Sebelum bermain aku ajak mereka makan siang dulu, pilih di Bakmi Solo yang dekorasinya bernuansa jawa. Aku coba kenalkan bakmi jawa ke anak-anak, masih kurang cocok, karena mereka cuma mau makan mie, gak mau bercampur dengan sayur ataupun "topping" lainnya. Tapi kalau krupuk ya universal, mereka doyan saja, termasuk juga es teh manis.

Setelah makan barulah kami bermain di areal bermain yang ada, yang tidak terlalu luas dan juga tidak banyak pilihan permainan yang menarik, - kalau dibanding dengan FunWorld atau area permainan di mal lain yang lebih besar. Setidaknya ada beberapa wahana yang mereka bisa pakai buat main.


 Terakhir anak-anak minta naik kereta mini yang mengitari area di lantai 3 ini dua kali, dan mereka cukup senang. 

Sebelum pulang aku sempat ajak mereka ke lantai paling atas yang ada Bioskop dan Trans Snow World. Mereka langsung berminat buat main di sana, tapi aku janjikan saja kapan-kapan, nunggu ngumpulin duit dulu buat beli tiketnya yang gak murah hehehe.

12 October 2022

Kembali ke Jakarta - Bye Bali

Hari terakhir, pagi hari kami cuma sarapan bareng, selanjutnya aktivitas bebas masing-masing. Ada yang pulang lebih awal, ada juga yang masih menunggu sore, dan bahkan masih menginap di Bali melanjutkan liburan karena ada saudara di sini. Aku sendiri check-in lebih awal karena memang sengaja memilih pulang tengah hari, biar sampai Jakarta gak terlalu malam.

Sebelum  pulang sempat diskusi dengan Chin terkait kerjaan, terutama tentang revisi dari beberapa proyek, mumpung kami ketemu jadi ngobrolnya lebih lancar ketimbang online. Tapi gak bisa lama, soalnya perlu segera check out.

Dari hotel aku naik GoCar sampai bandara bareng Wendi dan dua teman Vietnam, lumayan tarifnya dari Seminyak ke Bandara cuma 90 ribu. Kami drop kedua teman asing itu ke area keberangkatan Internasional, barulah aku dan Wendi turun di area domestik. Sebenarnya pesawat mereka masih berangkat jam 5 sore, tapi mereka memutuskan untuk berangkat lebih awal dan menunggu di bandara.

... matur suksma Bali, atas keramahtamahan selama beberapa hari ini... masih terlalu singkat dan sangat sedikit waktu buat menikmati pulau dewata ini, semoga lain waktu masih ada kesempatan buat berkunjung ...

Aku dan Wendi berpisah di Bandara karena memang berbeda maskapai dan tujuan.

Aku sempat melihat-lihat smoking area yang ada di bagian atas bandara, cukup bagus dan nyaman, apalagi kalau pas sore. Sayangnya saat itu panas terik dan gerah, jadi gak nyaman buat berlama-lama di sini, apalagi dipenuhi dengan asap rokok di setiap sudut.

Sambil menunggu waktu boarding, aku makan siang dulu di Bandara, agak bingung memilih-milih, akhirnya milih menu khas Bali saja, bebek betutu.

Sempat lihat Ivan Gunawan (dan beberapa "artis" lain yang aku gak kenal) di restoran yang sama, tapi mereka sudah selesai makan. Aku baru ingat ada acara semacam pemilihan putri apa gitu di Seminyak juga, jadi mungkin mereka baru selesai dari acara tersebut.

Ada sedikit rasa sesal dan kecewa juga karena tidak sempat mampir ke landmark yang baru itu - patung Garuda Wisnu Kencana, padahal harusnya lokasi gak jauh. Sempat mikir-mikir buat pinjam motor atau sepeda dan pergi ke sana sendiri, tapi akhirnya batal juga. Semoga lain kali sempat.

Perjalanan pulang ke Jakarta kembali naik maskapai Citilink.

... selamat tinggal Denpasar, selamat tinggal Bali, sampai jumpa lagi ...

Sampai di Bandara Sukarno Hatta CGK sudah sekitar jam 5 sore, aku langsung menuju Stasiun Bandara. Lumayan sepi, mungkin karena bukan waktu liburan dan bukan akhir pekan. Herannya, pas aku beli tiket ke St. Duri, tarinya "hanya" 35 ribu. Kok beda jauh, separuhnya dengan pas berangkat. Ah sudahlah, nikmati saja.

Setelah selesai beli tiket baru aku kepikiran, kenapa gak turun di Batu Ceper saja, pindah naik KRL terus naik taksi dari Cengkareng (lewat tol lebih cepat). Meski ongkos lebih mahal, tapi masih lebih irit dibanding kalau naik taksi langsung dari bandara, dan lebih nyaman. Tapi aku cek, katanya harus turun di stasiun sesuai tiket, ya sudah, bablas saja ke Duri. Masalahnya kereta bandara tidak sesering kereta commuter line, jadi aku sempat menunggu hampir satu jam.


 Dari St. Duri, transit naik KRL ke Tanah Abang, baru lanjut ke Bintaro. Meski jam kerja, karena sudah lebih dari jam 7, penumpang tidak terlalu padat. Apalagi masih tetap dalam kondisi PPKM meski sudah lebih longgar. 

Meski sampai rumah malam juga, tapi lumayan lah bisa jauh lebih irit, apalagi kalau barang bawaan tidak banyak, jadi santai saja naik angkutan umum.

---

Overall, pengalaman 4 hari yang menyenangkan di Bali bersama teman-teman kantor yang selama ini tidak pernah bertatap muka secara langsung, juga pengalaman liburan setelah tiga tahun "terpenjara" di rumah karena pandemi Covid-19.

11 October 2022

Office Gathering - Day 3

Pagi ini tidak ada acara khusus bagi kami, bahkan siang hari juga bingung menentukan acara. Sempat ada wacana buat ke Ubud dan nyoba tempat yang bisa sewa mobil ATV. Tapi perjalanan yang bisa makan waktu 2 jam membuat kebanyakan tidak tertarik. Padahal aku sudah semangat. Aku kasih alternatif buat lihat patung GWK, tapi gak banyak yang tertarik juga. Ah, memang ini kumpulan orang-orang mager hehehe.

Biar gak bosan, makan siang sengaja gak pesan di hotel, tapi pengen coba menu kuliner yang populer dekat sini. Aku usulkan buat coba babi guling khas Bali, toh semua peserta Kristen. Setelah cari di peta, ketemu warung yang agak dekat. Jadi kami jalan kaki ke Warung Babi Guling Pak Malen. Perjalanan dari hotel hanya sekitar 1 kilometer lebih, lewat jalan-jalan pintas sesuai arahan Google Maps.

Warung cukup rama, untungnya pas datang masih kebagian tempat. Makan sepuasnya, minum air kelapa. Hidangannya tidak sesuai yang aku bayangkan, aku pikir babi guling itu mirip seperti kambing guling yang sering ditemui di acara resepsi kawinan. Ternyata disajikan dengan cara berbeda. Tapi tetap enak sih.

Selesai makan, acara bebas, masing-masing orang boleh menentukan mau melakukan kegiatan apa saja. Karena dua peserta dari Vietnam ingin pergi ke Joger buat beli oleh-oleh, aku ikut mereka saja, bersama Wendi. Jadi kami berempat pergi ke Joger naik taksi online, sementara sisanya ada yang ke cafe, atau balik ke hotel.

Sempat heran pas sampai Joger kok ramai sekali sampai mau masuk saja antri. Padahal sepertinya ini bukan akhir pekan dan bukan waktunya liburan. Ternyata mereka rombongan piknik, entah dari mana, jadi ya pantes saja rame.

Joger sudah bukan hanya jualan kaos yang mengandalkan kata-kata nyleneh lagi, tapi sudah kayak supermarket khusus souvenir, barangnya banyak macamnya. Tapi ya dasarnya aku cuma ingin beli kaos, gak terlalu tertarik beli pernak-pernik lainnya. Cuma kata-kata yang ada di kaos yang dijual sudah tidak banyak yang menarik lagi, kalau menurutku, tidak seperti jaman dulu yang penuh "kritik" terselubung. Banyak kaos yang hanya berisi tulisan Bali, atau "Bali Bagus Joger Jelek" dengan desain yang unik. Aku coba tanya desain-desain yang lama, katanya sudah gak diproduksi lagi. Jadinya aku cuma beli satu kaos, dan dua celana buat El dan Fe.

Pemandangan sore dilihat dari lantai 3 Hotel, cuaca mendung membuat sunset jadi kurang menarik.


 Malamnya kami makan malam di Restoran Mozzarella, tak jauh dari hotel, jalan kaki meski hujan gerimis. Meski bernuansa Italia, tapi ada juga menu lokal. Di sini aku nyobain Martini karena ada promo. Nah, di lidahku, rasanya seperti minum air tape hehehe. Memang sih, air tape juga mengandung alkhohol meskipun dikit.

Yang unik bagiku adalah komentar Karl, waktu kami pesan tambahan desert. Kata dia, di sini kalau nambah pesanan, pelayannya tampak biasa saja, malah kayak senang. Beda dengan di Singapore, kadang kalau sudah malam, mereka bakal mengeluh kalau ada tambahan pesanan. Ya mungkin karena pengen buru-buru pulang.

Jalan Pagi Seminyak - Kuta

Pagi ini kembali bermain ke pantai pagi-pagi, selagi ada kesempatan dan bisa bangun pagi. Masih dimulai dari pantai Seminyak, dan menuju ke arah pantai Kuta.

Seperti kemarin, sisa-sisa air di pantai masih memberi pantulan pemandangan langit dan awan tipis yang indah.

Hari ini aku perhatikan mulai banyak wisatawan yang belajar selancar, atau mungkin ada juga yang sudah mahir dan memanfaatkan waktu pagi untuk berselancar.

Sampai di pantai Kuta, ada banyak batu-batu besar di pinggir pantai. Entah ini karena sedang ada renovasi atau memang batu ini ada di sini. 

Saat sampai di Kuta, langsung ada ibu-ibu pedagang souvenir yang menawarkan barang dagangan. Karena memang aku pengen punya oleh-oleh, jadi ya aku beli saja. Aku beli gelang kerang, gelang gaharu dan topi ala Bali (Udeng). Agak mahal kurasa, tapi ya mumpung masih mampu beli, aku gak nawar.

Berdasar pengalaman kemarin, jadi pagi ini aku gak pakai jaket, cukup pakai kaos rangkap biar gak masuk angin. 


Anjingpun bersantai di pantai ... asyik sekali rasanya.


Setelah sampai di pantai Kuta, karena sudah mulai siang, aku balik ke Seminyak tidak lewat tepi pantai, tapi lewat jalanan di sepanjang pantai, yang dipenuhi dengan deretan hotel dan restoran.


 Bangunan-bangunan di sekitar pantai ini beraneka ragam dan menarik, kebanyakan bernuansa khas Bali, tapi ada juga yang cukup modern.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...