27 July 2014

Family Lunch - Han Gang Restaurant


Untuk pertama kali makan bareng di restoran makanan korea, di Han Gang Pasific Place, bersama keluarga. Seperti biasa, bertiga : aku, istri dan Andre. Pas hari terakhir puasa. Sebenarnya sudah lama ingin makan bersama di restoran, sekalian mau ngerayain ultah pernikahan ke-4, tapi selalu saja gak bisa nemukan waktu yang tepat. Sebenarnya aku pengen ngajak makan di restoran masakan Jepang yang "all u can eat", tapi kok dah tutup, jadi belok aja ke sini, dah kelaparan.


Deretan makanan pembuka yang disajikan, beragam sayuran, sayur, keripik kentang, salad dan yang pasti ada di menu makanan Korea : kimchi. Kalau aku perhatikan, makanan korea ini gak jauh-jauh dari rasa kimchi, dan sayangnya aku kurang cocok dengan rasa kimchi yang terlalu asam ini... dasar lidah Jogja yang terbiasa manis.


Untuk menu utama kami pesan menu daging bakar, yang kata pelayannya adalah campuran daging sapi, ayam dan ikan. Tapi kami sendiri agak sulit membedakan mana yang bukan daging sapi, hampir semua mirip. Rasanya enak dan manis, cocok untuk mengimbangi rasa kimchi yang ada di soup, bisa dinikmati. Sayangnya beberapa potongan daging masih punya lemak yang membuat rasanya agak eneg. Selain itu kami juga memesan soup berisi telur ikan (entah ikan apa) dan gorengan yang di dalamnya berisi kerang. Soal  nama makanan, gak ada yang ingat, susah dilafalkan hehehe... Secara keseluruhan sih puas, makanan bisa dinikmati dan tidak terlalu merasa rugi dengan harganya.


Selesai makan kami masih disodori makanan penutup berupa semangka segar. Semangga ini terasa sangat manis, bahkan rasanya lebih manis dibanding jus semangka yang aku minum. Lumayan untuk menghilangkan rasa lemak yang menempel di mulut.


Andre yang biasanya sanggup makan banyak daging kalau makan di Hanamasa, kali ini cukup kewalahan dan tidak sanggup menghabiskan daging yang disajikan. Aku rasa karena faktor "minyak" di daging panggang itu. Untunglah ini bukan restoran "all u can eat", jadi makanan yang tersisa masih bisa dibungkus untuk dimakan di rumah :)


Selain pertama kali makan bareng di restoran korea, ini juga untuk pertama kali kami makan bersama tanpa memperdulikan harga hehehe.. Bukan karena kantong lagi tebel setelah dapat THR, yang cuma numpang lewat, tapi karena aku dapat nge-claim tagihan makan ini ke kantor. Bukan korupsi, tapi memang ada program bonus bagi kantor bagi karyawan yang sudah bekerja selama 3 tahun. Kantor ingin memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengajak keluarga makan di restoran, dengan biaya maksimal 2 juta. Bonus ini gak bisa diminta mentahnya, jadi harus dipakai untuk nraktir keluarga. Lumayan lah, sekali-kali makan mahal rame-rame :)


Persis di depan Han Gang juga ada restoran Korea, dan salah satu tempat makannya berbentuk kapal. Sayang kami keburu memilih Han Gang, padahal sepertinya restoran yang di seberang itu tampak lebih menarik. Nunggu dapat bonus lagi .... :)

26 July 2014

Some Faces of Jakarta


Seorang bapak paruh baya tampak masih setia menunggu toko peralatan rumah tangga  yang ada di samping pasar Kopro. Wajahnya khas seperti warga asli Jakarta. Mungkin dia dapat giliran jaga sementara rekan-rekannya berangkat mudik ke kampung halaman karena hari Lebaran tinggal dua hari lagi.


Sementara bapak penjual susu kacang di pinggir jalan ini juga tampak masih semangat berjualan, meskipun masih di bulan puasa, tapi pembeli juga masih banyak. Entah karena menjelang hari raya atau sengaja mengikuti gejolak inflasi, seorang pelanggan mengeluh saat mengetahui harga susu kacang naik 500 rupiah dari harga sebelumnya yang hanya 3.500.


Bocah kecil berkacamata tebal ini sedang menunggu bersama ibunya, persis di samping angkot ngetem yang aku tumpangi. Meskipun pasar penuh pengunjung, tapi angkot tetap sepi penumpang yang membuat aku harus menunggu cukup lama sebelum angkot ini berangkat. Karena itu aku iseng saja memotret orang-orang di sekitar.


Bonus : kalau ini foto lama, sengaja buat melengkapi saja. Aku ambil saat perayaan paskah di GKJ Lebak Bulus. Sekedar untuk melengkapi betapa heterogennya kota Jakarta.

NB: foto-foto diatas diolah terlebih dulu dengan filter dari aplikasi Instagram.

19 July 2014

Tulus at Bintaro Exchange


Selesai nonton Transformers, di atrium utama tampak banyak orang berkerumun dan terdengar juga teriakan-teriakan pengunjung, kebanyakan suara perempuan. Rupanya ada artis yang sedang manggung di situ. Aku tanya istriku yang sempat melongok ke bawah, dia bilang gak kenal wajah penyanyinya. Aku juga sekilas gak terlalu kenal penyanyinya. Tapi saat dia menyanyi, sepertinya suaranya aku cukup akrab meskipun aku gak tahu lagu apa yang dinyanyikannya. Tulus.


"Emang Tulus siapa?" tanya istriku. Wah, rupanya dia lebih gagap artis lokal dibanding aku hehehe .... Tapi harus aku akui, suaranya terdengar bagus, moga aja bukan lip sync :). Tapi pendukungnya benar-benar heboh. Karena cuma bisa dapat sudut dari belakang, itupun dari jauh, gak bisa dapat potret wajahnya. Apalagi kami sudah buru-buru pulang.

09 July 2014

Presidential Election 2014


Seorang warga terlibat pembicaraan serius dengan pak RT yang bertuga sebagai ketua TPS 05, tempatku ikutan nyoblos di pilpres tahun ini. Sepertinya si pemuda sangat ingin ikut nyoblos, tapi bukan warga di sini. Sementara, katanya, kalau KTP berada di luar wilayah, wajib menyertakan form C5 atau apalah. Pokoknya gak bisa ujug-ujug datang dengan modal KTP. Pak RT mencoba menjelaskan aturannya, tapi sang pemuda merasa dia dipersulit. Akhirnya pemuda itu di suruh datang ke kantor kelurahan, dan kebetulan TPS ini persis ada di depan kantor kelurahan.


Pak Budi bertugas sebagai petugas yang mengatur antrian, sementara bapak yang didepannya itu memanggil para pemilih. Aku hanya perlu menunggu sekitar 5 menit sebelum dipanggil, jauh lebih cepat dibanding waktu pemilu legislatif. Jelas saja, kali ini kan cuma sekali nyoblos dan pilihan juga cuma dua.


Bagi warga yang tidak mendapat undangan, bisa langsung datang dengan membawa fotocopy KTP (harus ada fotocopy, gak bisa asli doang). Istri dan adik iparku tidak dapat undangan meskipun warga di sini, dan waktu aku tanya ke pak RT, beliau langsung menyuruh datang dengan copy KTP, gak  perlu menunggu jam 12. Uniknya, waktu istri dan adikku datang, oleh pak RT langsung dipersilahkan nyoblos tanpa mengantri ... wah, malah dapat perlakuan khusus.


Siang hari aku mampir sebentar ke TPS untuk mengikuti jalannya  penghitungan suara. Di TPS ini, pasangan nomor 2 mendapat suara 351, sementara pasangan nomor 1 mendapat 159 suara. Jumlah yang tidak sah ada 4 suara.


... tampak beberapa warga juga masih setia menunggu proses penghitungan suara ...


Sepertinya tumpukan surat suara itu adalah surat suara yang sisa dan tidak digunakan. Aku lihat di beberapa bagian sengaja dicoret, mungkin ditandai biar tidak bisa disalahgunakan. Semoga saja pemilu kali ini benar-benar lancar, damai dan adil.

Merdeka!

07 July 2014

Lunch with Allan @ Central Park


Siang ini aku ajak keluarga dari Jogja untuk makan siang di mal Central Park. Selain untuk ngajak Alan jalan-jalan, juga karena selama bulan puasa agak sulit nyari warung yang buka di sekitar rumah. Dari rumah jalan kaki sekitar 10 menit, ternyata Alan santai saja.


Kalau makan sama anak kecil biasanya pilihannya sederhana, sodorin saja berbagai pilihan fastfood biar mereka yang milih. Allan memilih makan di Hokben, meskipun kata bapaknya minggu kemarin mereka baru makan di tempat itu. Berbeda dengan Samuel yang memilih menu khusus anak-anak karena adanya hadiah mainann, kali ini Allan memilih menu dewasa. Waktu aku tanya, rupanya mereka gak tahu kalau ada menu untuk anak-anak.


Habis makan siang langsung lanjut ke arena permainan. Sejak selesai makan, Alan sudah tidak sabar ingin segera ke arena permainan, karena itu memang tujuannya ke Mall. Aku sempat ajak mutar-mutar sebentar ke taman Tribecca, tapi dia dah gak sabar ingin segera bermain. Selain itu Alan juga memilih untuk nailk lift daripada eskalator. Akhirnya mereka bermain di Fun World, sementara aku nongkrong di Foodcourt untuk bekerja.


Hampir dua jam berlalu, mendadak Alan nongol di meja tempat aku nongkrong. Padahal ayahnya baru saja kirim pesan kalau mereka sudah selesai bermain. Aku minta mereka nunggu dulu sekitar 15 menit karena lagi nanggung ngoprek kerjaan. Setidaknya ini jadi pengalaman tersendiri bagi Alan yang mungkin baru kali ini jalan-jalan di Mall di Jakarta.

05 July 2014

Bad Experience With ATPB Bogor


Setelah dua bulan lalu dibuat stress waktu menunggu bis ATPB jurusan Cikarang, kali ini giliran ATPB jurusan Bogor (Bubulak) yang sangat mengecewakan. Siang ini rombongan keluarga kami, 11 orang, akan berkunjung ke rumah kakakku di Bogor. Menurut kakakku, kalau naik kereta api akan penuh, jadi dia menyarankan untuk naik bis ATPB saja meskipun lebih lama. Pilihan yang terbukti salah.


Ada 2 jurusan ATPB ke Bogor dari Grogol, yaitu nomor 15 ke arah Ciawi, dan nomor 16 ke arah terminal Bubulak. Dari halte bis Grogol kami sudah menunggu sejak jam 1 siang. Malahan kami memutuskan untuk melewatkan makan siang bersama agar bisa segera sampai di Bogor karena membawa banyak barang bawaan, jadi ribet kalau masuk mal dengan kardus dan koper bawaan. Tiket per orangnya 14 ribu.

Hampir satu jam sekali datang bis ATPB jurusan Bogor, sayangnya yang datang adalah bis ke Ciawi. Demikian juga dengan bis jurusan Cibinong, sangat lancar. Sementara bis yang kami tunggu tidak juga datang. Ada yang bilang mungkin karena macet akibat adanya konser 2 jari di GBK. Tapi alasan itu kurang masuk akal juga mengingat bis ATPB jurusan Ciawi dan Cibinong juga sama-sama melewati Cawang-Semanggi. Waktu kakakku mencoba bertanya ke petugas, petugas segera menghubungi pool bis, dan katanya bis sudah ada hanya saja belum berangkat. Walah...


Hampir jam setengah 4 sore kesabaran kami sudah habis. Daripada terkatung-katung tidak jelas begini, kami putuskan untuk mengubah pilihan dan berniat naik Commuter Line dari St Kota. Rencananya kami akan ke St. Kota dengan busway juga, biar gak terlalu rugi, transit di halte Harmoni.

Baru saja kami mulai beranjak menuju halte ke arah Harmoni, tampak ada bis ATPB. Aku minta rombongan berhenti sementara kakakku mencoba memastikan apakah itu bis jurusan Bogor Bubulak. Ternyata benar. Langsung kami semua berlari kembali ke halte semua, padahal ada nenek-nenek juga dalam rombongan kami. Seru juga, meskipun penuh kekecewaan. Lebih kecewa lagi ternyata bis sudah cukup penuh. Untunglah para orangtua dan anak-anak masih bisa dapat tempat duduk. Pengalaman yang berharga, dan semoga saja untuk kedepannya, pelayanan bis Transjakarta dan ATPB Grogol - Bogor (PO Sinar Jaya) bisa lebih ditingkatkan lagi.

Family Gathering


Senang rasanya dapat kunjungan dari saudara-saudara kandung. Semua kakakku, termasuk anak-anak mereka datang berkunjung, bisa dibilang nyaris tanpa rencana. Tidak ada acara khusus seperti Natalan atau Lebaran. Awalnya hanya keluarga kakakku yang dari Semarang berniat untuk datang. Mendadak kakakku yang di Jogja juga menelpon dan berencana untuk ke Jakarta, hanya belum pasti kapan. Langsung aja aku suruh datang weekend ini, mumpung yang dari Semarang juga datang. Sebagai pelengkap, kakakku yang di Bogorpun langsung menyusul datang. Jadi ketiga keponakanku bisa berkumpul di rumah.


Keluarga dari Jogja datang lebih awal, sekitar jam 4 sampai di St Pasar Senen, kemudian naik taksi dan aku jemput di depan mal Central Park. Sekitar jam 5 barulah keluarga yang dari Semarang datang, mereka naik bis dan turun lebih dulu di Lebak Bulus. Selanjutnya mereka naik kopaja 86 dan aku jemput juga di depan Central Park. Cukup melelahkan juga subuh-subuh harus bolak-balik menjemput saudara, tapi rasa capek itu lenyap terganti oleh kegembiraan berkumpul dengan keluarga. Kakakku yang dari Bogor datang sekitar jam 11 pagi.

Ketiga keponakanku langsung asyik bermain bersama, tentu dengan gadget yang tersambung internet. Yah, begitulah anak jaman sekarang, sulit dipisahkan dengan gadget.

04 July 2014

Dinner at Momi & Toy's


Seusai meeting singkat dengan bos di sini, termasuk memperkenalkan Dian ke bos sebagai kandidat staf admin, aku putuskan untuk makan malam di sini juga, meskipun menunya "hanya" crepes. Kebetulan ada Hadi juga, jadi gak sendirian. Momi & Toy's ini adalah salah satu waralaba dari Jepang.


Meskipun hanya crepes, tapi porsinya gak bisa dianggap remeh. Jadi ya kenyang juga, kayak makan burger atau kebab. Rasanya enak, terutama kulitnya yang lembut, beda dengan crepes lainnya. Tapi bagi yang lebih suka crepes yang renyah, mungkin akan sedikit kecewa.


Rupanya ada promo kalau pembayaran menggunakan kartu BII. Setiap pembelian crepes akan mendapat 1 crepes lagi jenis tertentu, asalkan minimal nilai transaksi adalah 100 ribu rupiah. Karena aku beli dua, jadi aku dapat dua bonus crepes ukuran kecil. Lumayan lah, buat oleh-oleh di rumah :)

Raditya Dika


Pas lagi nunggu makan malam di Plaza Senayan, muncul Raditya Dika yang seperti anak ilang, kilang-kilong, dengan wajah kusut layaknya mahasiswa kos-kosan yang jarang mandi. Pokoknya gak ada tampang selebritis sama sekali lah. "Ternyata benar pendek ya... " celetuk Hadi, teman kantor yang hendak makan malam bersamaku seusai rapat kilat dengan bos.


Kelihatannya sih dia lagi nunggu teman-temannya untuk urusan buka puasa bersama. Memang pas waktunya buka puasa dia beranjak bersama rombongannya menuju tempat makan gak jauh juga dari tempat ini. Tapi aku gak memperhatikan lagi kemana dia.

Update:
Waktu aku cerita tentang foto ini ke ponakanku yang penggemar Standup Comedy, langsung dia semangat dan minta foto itu ditransfer ke handphonenya via bluethooth. Soalnya ponakanku ini juga penggemar buku-bukunya Radith. Aku sih belum pernah baca bukunya.

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...