Showing posts with label Working. Show all posts
Showing posts with label Working. Show all posts

29 June 2022

Bakmi Jawa "Triyuss" Ben Tuman

Sajian capcay goreng, salah satu makanan favorit yang aku temukan di Bakmi Jawa Triyuss Ben Tuman, yang ada di Jl. Merpati Raya, gak jauh dari tempat persimpangan dengan jalan Boulevard UPJ, Sawah Baru, Ciputat. Selama ini aku selalu mencoba mencari warung bakmi Jawa, dan ini baru nemu. 


 Penjualnya dari Gunung Kidul selalu bergaya ala jawa dan masaknya pakai tungku arang. Meski biasanya aku mencari sajian bakmi godog kalau nemu warung bakmi jawa ini, tapi kali ini aku mau nyobain capcay goreng dulu, biar makan sayuran. Ternyata enak.

Entah mengapa, masakan jenis ini (capcay goreng) seperti de ja vu, seperti akrab dan pernah makan entah di mana dulu. Seingatku, jenis masakan capcay goreng yang berkesan bagiku hanya 2: di Balubur Bandung (waktu jaman kuliah) dan di simpang EJIB Cikarang (waktu kerja). Sepertinya memang ini lebih mirip dengan warung Ortega langganan kami saat kerja di Lippo Cikarang dulu.

Update: 

Selanjutnya sempat nyobain menu lain seperti bakmi goreng, bakmi rebus, dan bihun goreng. Tapi sejauh ini yang aku rasa paling cocok buatku memang hanya capcay goreng.

19 June 2022

Pertama Kali ke Tukang Cukur

Pertama kalinya bagi El untuk dipotong rambutnya oleh orang lain, alias tukang cukur profesional. Sejak bayi rambutnya dipotong sendiri oleh bapak atau ibunya, dengan alat seadanya yang penting rapi. Waktu bayi dia cukup tenang saat dipotong, tapi waktu mulai batita dia lebih aktif dan kadang gak nyaman kalau mau dipotong rambutnya, jadi dipotong sederhana saja agar tidak terlalu panjang.

Nah saat balita itu karena dia sangat aktif, kami gak bisa membayangkan apakah dia bakal betah duduk diam saja cukup lama sementara rambutnya dipangkas. Makanya kami gak pernah mengajaknya ke tukang cukur.

Sekarang sudah beda. Sejak akhir masa taman kanak-kanak, El sudah mulai bisa duduk tenang dan berinteraksi dengan orang lain. Dia juga bersemangat ketika ibunya menyuruhnya potong rambut bersama bapaknya, biar rapi. Jadi sekalian saja, kami bareng potong rambut di Barbershop gak jauh dari rumah.

Selama dipangkas rambutnya, El diajak ngobrol sesekali oleh tukang cukurnya yang masih muda, dan El tenang-tenang saja, nurut.


 Ini hasil akhirnya. Biasanya tempat ini ramai, untunglah pas kami datang agak sepi dan hanya menunggu satu orang lagi sebelum kami berdua dapat giliran dipotong rambut. Apalagi tukang pangkas rambutnya juga sudah lengkap, ada sekitar 3 pegawai.

06 April 2022

Renovasi Tempat Jemuran

Mumpung ada sedikit rejeki dan para tukang lagi lowong, aku minta bagian atap jemuran diperbaiki. Sebelumnya ditutup pakai atap plastik yang sudah bolong-bolong, kebanyakan karena diinjak-injak kucing, dan juga palang kayunya juga mulai keropos. Akibatnya sering bocor kalau hujan deras, meski hanya tempat jemuran, tapi cukup merepotkan kalau air merembes sampai bawah. Jadi aku minta atap diganti, pakai baja  ringan sebagai rangka dan atap yang lebih kuat. Namun biar tetap ada pencahayaan yang banyak, aku minta sebagian atap tetap pakai fiber bening.

Selain itu, aku minta bagian barat dibuat agak terbuka, dengan tambahan jendela agar aku bisa menikmati sunset, mumpung atap tetangga yang di sebelah juga sudah ditutup rapat. Dengan adanya jendela ini, aku berharap bisa menikmati matahari terbenam di sini, sambil menunggu jemuran kering ..hehehe.

Di samping jendela aku biarkan terbuka agar ada ventilasi udara yang lebih banyak. Soalnya tempat ini sangat panas kalau siang, apalagi kalau tidak ada udara yang masuk. Dengan adanya ventilasi ini, sementara di sisi timur sudah ada ventilasi yang cukup, aku harap udara bisa lebih sering mengalir dan segar.


 Sekarang aku bisa ngopi dan ngeteh di sini sambil menikmati senja, meski masih sedikit terhalang atap rumah tetangga.

Update: ternyata jendela dan ventilasi ini bermasalah ketika hujan deras turun, apalagi hujan yang pakai angin kencang, karena air hujan akan masuk ke dalam dan jumlahnya banyak. Jadi akhirnya aku coba tutup celah-celah di jendela dengan plastik seadanya, sementara untuk ventilasi di sebelahnya, bagian atas aku tutup dan menyisakan sedikit di bagian bawah. Lumayan bisa mengurangi jumlah air hujan yang merembes di tembok dan masuk ke dalam rumah. 

08 March 2022

Fogging, Usaha Mencegah DBD

Adanya kasus warga yang terkena demam berdarah membuat pengurus kompleks kembali melakukan fogging alias pengasapan. Sejak kemarin fogging sudah dilakukan, mulai dari bekas mushola, kemudian ke arah mushola, dan mendekati rumahku.

Sayangnya, ditengah tindakan, mesin macet. Dicoba diperbaiki bentar, bisa lagi. Tapi kemudian berulang terus, gak lama macet lagi.


Akibatnya pak Giri sebagai penanggung jawab merasa kecewa dengan penyedia jasa itu, dan meminta untuk menghentikan pengasapan sampai mesinnya diperbaiki total. Iya, daripada berisik melulu tapi gak ada hasilnya.

Semula aku pikir akan ganti penyedia jasa. Tapi ternyata hari ini dilakukan pengasapan lagi oleh penyedia jasa yang sama, dan tentu dengan mesin yang sudah diperbaiki. Pokoknya hari ini cukup lancar, tidak ada kendala seperti kemarin, sampai mencakup seluruh kompleks.

El dan Fe semangat melihat kegiatan pengasapan itu, termasuk bermain dengan asapnya. ... "seperti di konser", katanya hehehe. Yang penting jangan lama-lama di dekat asap, berbahaya.


 

24 May 2021

Installasi CBN Fiber

Akhirnya petugas dari CBN melakukan pemasangan jaringan internet broadband di rumah. Sengaja aku meminta mereka memasang routernya di lantai atas tempatku bekerja. Selain untuk mendukung kerjaanku, juga aku masih belum berniat berhenti berlangganan Firstmedia, biar ada semacam masa transisi.


Sudah lama jaringan internet Firstmedia yang aku pakai sejak lama tidak lagi bisa diandalkan. Speed bagus, tapi sering putus. Tidak hanya putus-putus sesekali, kadang bisa putus dalam hitungan jam, apalagi saat cuaca lagi buruk. Tapi untuk tv kabel, Firstmedia masih lebih bagus, apalagi aku perlu untuk tontonan anak-anak. Pilihan tv bawaan CBN (DensTV) kurang begitu menarik bagi anak-anak.

Setelah terpasang, langsung aku coba aplikasi mobile banking (BCA dan Mandiri), yang sebelumnya tidak bisa digunakan kalau pakai jaringan Firstmedia. Syukurlah pakai CBN ini lancar saja. Begitu juga dengan fitur call di Whatsapp. Semoga saja kualitasnya stabil, dan harganya tetap terjangkau.

Kerjaanku sangat tergantung dengan internet, bukan hanya saat pandemi, bahkan sebelum pandemi, jadi harus punya jaringan internet yang bisa diandalkan. Juga untuk hiburan, tentu saja.

09 April 2021

Servis Motor Ditinggal Ngemall

Di masa pandemi, aku malas sekali servis motor, harus nyari waktu yang pas agar anak-anak mau ditinggal di rumah. Belum berani untuk ajak mereka keluyuran. Nah saat ini ada kesempatan, setelah lebih dari 3 bulan gak servis. 

Berhubung antrian servis lumayan banyak, aku tinggal ke Bintaro Plaza, sekalian makan siang.

Meski jembatan penyeberangan di sisi timur mal ini sudah sering aku lihat, tapi baru kali ini aku menyeberangi jalan memakai ini.

Mall tampak sepi meski ada pengunjung dan banyak toko yang buka. Bioskop yang masih tutup jadi salah satu penyebab sepinya mall ini juga.


 Setelah muter-muter dan milih-milih mau makan apa, pilihan jatuh ke rice bowl Yoshinoya. Pas makan ada telpon dari bengkel, katanya ada masalah dengan shock depan, entah apa detilnya, total biaya bisa 500an. Ya sudah, aku iyain saja, terima beres lah.

Pas aku selesai makan, motor belum selesai dioprek. Aku perhatikan teknisi bolak-balik membongkar besi di porok bagian depan. Katanya sudah karatan dan dia coba bersihkan. Setelah selesai, hampir habis biaya 1 juta, termasuk bermacam spare part dan ganti oli. Begini resiko kalau jarang servis.

02 April 2021

Reparasi Mesin Cuci

Di rumah aku pakai mesin cuci satu pintu depan merk LG, tapi nyusahinnya minta ampun. Berat, selangnya mudah copot, dan beberapa kali ada kabel lecet di dalam dan bikin nyetrum. Dulu pernah diservis dan untung berhasil menemukan kabel yang lecet itu. Belakangan mesin cuci ini bermasalah lagi, tidak mau berputar.

Sebenarnya aku dah pasrah, pengen ganti saja. Tapi istriku memilih untuk memanggil tukang servis, lewat jasa online.


 Untunglah tukang servis bisa menemukan masalahnya, yaitu kumparan yang menjadi magnet penggerak mesin cuci sudah lemah kemampuannya. Secara umum aku gak gitu paham, pokoknya iyain saja. Dia menawarkan pakai kumparan yang dia susun sendiri oleh timnya, mungkin 1-2 hari, tapi lebih murah ketimbang nyari sparepart asli. Apalagi produk jenis ini sudah lama. Ya sudah, aku nurut saja, yang penting bisa bener lagi lah.

20 March 2021

CBN Masuk Kompleks

Akhirnya CBN mulai melakukan pendaftaran pemasangan jaringan internet kabel di kompleks. Mereka sudah cukup lama melakukan pendekatan ke pengurus, tapi karena perlu ada pemasangan tiang yang butuh persetujuan dari lingkungan, prosesnya cukup lama. Tapi sebagian besar warga mendukung pemasangan, sebagai alternatif bagi jaringan internet yang sudah ada saat ini yaitu Firstmedia dan Indihome. Keduanya cukup mengecewakan karena kualitas jaringan tidak stabil. Kompleks sebelah sungai bisa menikmati layanan dari MyRepublic, sayangnya gak sampai di tempat kami.

Melihat tawaran paket yang ada, aku putuskan untuk mendaftar paket sederhana dulu. Rencanaku berlangganan paket yang murah dulu, sembari masih mempertahankan langganan Firstmedia. Sebenarnya aku hanya butuh jaringan internetnya juga, karena jaringan Firstmedia di sini sudah sangat payah, tiap turun hujan atau cuaca buruk koneksi bermasalah, bahkan tidak jarang sampai putus. Komplen ke CS pun tidak banyak solusi, seringkali TS yang dikirim juga bengong alias angkat tangan hehehe.

Kita tunggu, apakah internet dari CBN bisa jadi solusi, apalagi saat ini warga butuh internet cepat, stabil dan murah untuk mendukung kerja dari rumah (WFH).


 El dan Fe ikutan ngumpul-ngumpul, senang main doang, apalagi di sana ketemu teman sebaya yang lagi asyik mainan hape. Sejauh ini, aku belum ijinkan anak-anak bermain smartphone, mending nonton tivi saja. Syukurlah mereka belum begitu protes.

02 December 2020

Pengamen Manusia Perak


 Seorang pengamen yang dikenal dengan istilah "manusia perak" karena mengecat tubuhnya dengan warna perak, sedang beraksi di lampu merah Tegal Rotan. Keberadaan mereka sering dianggap sebagai gangguan, dan seringkali satpol PP melakukan razia terhadap mereka.

Apakah pengamen adalah seniman? Ini bisa jadi perdebatan. Bagi sebagian orang, seniman panggung itu juga pengamen, bedanya dapat bayaran yang pasti. Sedang pengamen jalanan, bayaran gak jelas. Bedanya, seniman yang berpentas di panggung, kebanyakan punya kualitas yang teruji. Kalau kualitasnya jelek, sapa yang mau bayar? Sementara pengamen, sebagian besar kualitasnya ala kadarnya, jadi orang yang "membayar" lebih banyak karena terpaksa, atau kasian. Kalau ada pengamen yang kualitas seninya bagus, terbukti banyak orang yang rela dan senang hati memberi saweran.

Perlu kreativitas, dan mungkin juga dukungan dari pemerintah daerah, agar para pengamen berkualitas bisa menampilkan seni yang pantas dihargai, tidak hanya meminta belas kasihan, apalagi memaksa dan mengganggu.

08 September 2020

Tantangan Kerja di Rumah

Fe mendadak nongol sambil nangis. Sepertinya dia tertidur, tapi merasa gak nyaman dan mencariku yang sedang kerja. Saat aku pangku, dia langsung melanjutkan tidurnya.

Ini hanya salah satu tantangan kerja di rumah, saat anak-anak menganggap kita bisa diajak bermain atau bermanja. Hingga saat ini mereka belum paham kalau bapaknya kerja, dan bingung juga kalau ada yang tanya bapaknya kerjaannya apa hehehe.



 Tantangan lain yang sering dialami adalah tiba-tiba bocah teriak "Bapak, Fe mau CEBOK!", atau yang akan nyaman "Fe minta susu!". Hal-hal seperti ini gak akan dijumpai bagi yang bekerja di kantor, atau di lapangan.

#curhat #curcol

01 July 2020

New Job, New Office

Hari ini memulai lembaran baru, bekerja di tempat yang baru. Setelah lebih dari 5 tahun tidak terlalu mendalami SFDC, kali ini aku kembali nyemplung ke dunia konsultan SFDC. Tentu saja bakal butuh waktu untuk membiasakan kembali, mengingat kembali sekaligus mengejar ketinggalan karena sepertinya banyak fitur baru dan teknologi baru yang diterapkan di sana.


Tidak hanya bos baru, tapi aku juga memutuskan untuk pindah ke ruangan baru - masih di rumah tentu saja. Aku merapikan kamar bekas gudang di lantai atas dan memakai sebagai kantor.



 Selain ingin memulai suasana baru, aku berharap dengan tempat baru ini aku bisa lebih fokus bekerja karena tidak terlalu bising dengan suara anak-anak. Apalagi El dan Fe sudah bisa bermain dengan bibi dan Andra (yang sepantaran), tanpa harus diawasi terus-terusan. Meski demikian, tetap saja mereka sering singgah dan bermain di lantai atas ini, tidak masalah juga buatku.

Ya, tempat ini memang lebih terhindar dari kebisingan bocah-bocah, tapi ternyata dengan posisinya di atas, tempat ini lebih bising oleh suara-suara toa yang banyak bertebaran di sekitar kompleks, terutama toa dari mushola di kompleks. Ah, sudahlah.

28 May 2020

Meeting di Kantor Client Di Masa Pandemi

Melihat mural dan terowongan yang rapi di bawah jalan tol dekat Bintaro Exchange dan St. Jurangmangu ini membuatku berasa sudah lama sekali tidak keluyuran. Memang, bahkan di masa normal pun aku jarang bepergian, apalagi saat kondisi pandemi begini. Hari ini aku bepergian karena diajak Yohan untuk ikut meeting di Jakarta.


Sejak awal bulan ini, bisa dibilang aku adalah pengangguran karena kesulitan keuangan yang dialami oleh kantorku. Aku dan bos sepakat mengganti kontrak kerjasama, jadi aku tidak lagi dibayar secara bulanan, tapi sesuai alokasi waktu pengerjaan - freelance. Ternyata, mencari pekerjaan di masa pandemi lumayan sulit, beberapa perusahaan mengurangi atau menghentikan perekrutan karyawan baru, juga ada waktor umurku yang tidak muda lagi. Untuk sementara, aku bergabung dengan timnya Yohan, sembari mencoba mencari peluang.



 Salah satu client dia saat ini adalah PPD yang jadi salah satu operator bis Transjakarta. Entah kapan terakhir aku bertemu dan terlihat meeting dengan client, sepertinya sudah lebih dari 5 tahun. Sebenarnya, kata Yohan, dia sudah melakukan meeting virtual beberapa kali, tapi hasilnya tidak maksimal. Ada saja masalah, dan kebanyakan peserta bersifat pasif, jadinya tidak efektif. Makanya disepakati untuk bertemu secara langsung, dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran - jaga jarak, masker, cuci tangan dsb.

Semoga pandemi ini cepat berlalu dan keadaan bisa semakin baik. Amin.

26 February 2018

Merapikan Taman Depan Rumah


Pagi itu ada pedagang bunga keliling kebetulan lewat depan rumah. Aku tidak ingat apakah mereka sebelumnya pernah berkeliling di sini atau belum, karena memang ada beberapa kali penjual bunga tampak berkeliling di perumahan. Karena aku lagi pengen nambah koleksi tanaman, jadi aku sapa mereka.

"Bunganya berapaan, Mang?" tanyaku.
"Tiga ribu satu iket", jawabnya sambil menunjukkan satu iket bunga yang aku tidak tahu namanya itu. "Udah sini beli bunganya saja, saya rapikan tamannya."
"Emang butuh berapa banyak kira-kira? Sampai sepuluh iket gak?", tanyaku lagi. Soalnya ini diluar anggaran dan dana di akhir bulan ini sudah sangat mepet.
"Kalau sepuluh mah lebih atuh, Pak", jawabnya.

Nah, di sinilah terjadi kesalahpahaman. Aku pikir, gak bakal butuh sampai 10 iket. Hitung-hitung kalau cuma 30 ribu sih, gak masalah, pikirku.



Mulailah tukang taman ini bekerja, merapikan tamanku yang super mungil. Rupanya ada satu lagi temannya, jadi mereka bekerja berdua. Awalnya taman dibersihkan dari semua tanaman dan rumput yang ada dan tanahnya digemburkan. Barulah mereka mulai menanam tanaman itu.

Saat bunga-bunga mulai diambil dan dilepaskan ikatannya, aku mulai cemas. Lha kok yang diambil banyak banget. Apalagi mereka menanam bunga itu dalam jarak rapat. Pikirku tanaman ini nanti bakal tumbuh tinggi dan melebar, seperti rumput jepang misalnya, jadi cukup ditanam renggang-renggang saja. Ternyata tidak. Katanya tanaman ini tidak akan tumbuh terlalu tinggi, paling nambah 10 cm saja.



Waduh, ternyata yang dibutuhkan banyak sekali.

Saat pekerjaan sudah hampir  selesai, aku minta agar jumlah tanaman dihitung dulu. Rupanya hampir 200 ikat ... wah, bisa bangkrut lah ... 600 ribu untuk taman seperti ini saja. Ternyata maksud dari ucapan si Mamang tadi adalah, kalau 10 iket ya kurang, pasti butuh lebih banyak. Jiah ...

Akhirnya aku bilang jujur apa adanya kalau duitku terbatas. Anggaran yang tersedia hanya 150 ribu, itupun sudah sangat berat hati aku keluarkan. Aku minta agar tanaman yang sudah ditanam diambil lagi saja, toh aku yakin masih bisa dijual lagi. Sisakan secukupnya saja sesuai dana yang aku punya.


Si Mamang menolak dengan alasan bakal tampak jelek nanti tamannya. Seperti  ini sudah bagus, jadi gak perlu dikurangi lagi. Dia mencoba menawar, anggap saja ongkos borongan, harga per tanaman didiskon,dsb. Mulai dari angka 400 ribu, 300 ribu, hingga 200 ribu. Aku tetap menolak. Lha memang uang di dompetku cuma segitu, kalaupun ada duit di ATM, itu bakal dipakai untuk kebutuhan hingga gajian beberapa hari lagi.

Aku sebenarnya paling malas untuk menawar, apalagi saat membeli barang dari pedagang dengan modal kecil seperti ini. Tapi kali ini aku terpaksa ngotot. Bukan nawar sebenarnya, tapi aku hanya mampu membeli barang sesuai dana yang aku punya. Tapi karena si penjual ngotot tidak mau "mengambil" lagi dagangannya, ya ini jadi terkesan aku manawar habis-habisan. Bayangkan, dari 600 ribu jadi 150 ribu. Sebenarnya aku merasa bersalah.

Akhirnya si Mamang mengalah dan pasrah dengan bayaran 150 ribu. Sebelum pamit, temannya bertanya apakah aku punya baju-baju bekas yang tidak dipakai lagi. Wah, kebetulan. Ada baju-baju bekas milik istriku yang sudah lama aku kumpulkan, aku simpan dalam satu tas ransel penuh. Sedianya barang itu mau aku kasih ke pemulung dekat rumah, tapi belum sempat. Segera aku ambil tas ransel berisi baju bekas itu dan aku serahkan ke mereka. Aku yakin di dalamnya ada lebih dari 20 potong baju bekas yang masih layak pakai. Sebenarnya masih banyak lagi baju-baju bekas, tapi harus dicari dulu, gak keburu.

Baju-baju bekas yang aku berikan itu setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa bersalahku.

27 December 2017

Liburan Natal 2017 : Melihat Perjuangan Petani


Dua petani sedang membajak sawah dengan mesin berbahan bakar diesel. Pemakaian mesin untuk membajak ini bukan hal yang baru, sejak aku kecil juga sudah sering lihat meskipun belum banyak. Mungkin juga tergantung dengan daerahnya,karena kalau areal persawahannya terlalu miring,  agak susah juga bawa mesin bajak begini.

Jadi ingat jaman kecil dulu ada iklan soal sapi vs mesin, dimana pemilik sapi membanggakan diri kalau seusai membajak dia bisa pulang sambil nunggang sapi, sedangkan mesin pembajak sawah ini tidak bisa ditunggangi hehehe.


Hari ini tidak ada rencana bepergian mengisi liburan karena nanti sore sudah akan kembali ke Jakarta. Makanya aku manfaatkan pagi ini sebaik-baiknya untuk menikmati suasana pedesaan dengan persawahan dan udara  yang masih sejuk, meskipun harus berjuang menggendong El karena dia sedang malas jalan kaki. Bocah ini malas jalan kaki, tapi pengen jalan-jalan. Lumayan gempor juga, jalan-jalan hampir 2km, meski sesekali istirahat dan memotret.


Sebenarnya aku sempat melihat beberapa burung kuntul putih berkeliaran di persawahan di bawah Gunung Klotok ini. Sayangnya aku gak punya kesempatan untuk memotretnya, agak ribet mengawasi El yang berkali-kali lebih senang berjalan di tengah jalan atau merengek minta terus bergerak.


Aku baru sadar kalau aku belum pernah melewati tangga ini untuk menuju puncak bukit Maskumambang. Selama ini aku selalu naik dari tangga yang ada di sisi timur, sedangkan ini ada di sisi barat. Mungkin tahun depan perlu dicoba.

24 December 2017

Renovasi Kubah Masjid Baitussalam


Dari atap rumah mertuaku, tampak sedang ada renovasi kubah masjid yang lokasinya  tidak jauh dari rumah itu. Bisa dibilang ini salah satu masjid yang paling mencolok kalau dilihat dari teras atas rumah,karena paling tinggi diantara bangunan-bangunan yang ada, dan kubahnya lumayan besar.


Demi keselamatan kerja, para pekerja mengenakan helm, yang agak lucu karena helm yang dipakai adalah helm untuk motor, bukan seperti helm yang sering dilihat dari pekerja bangunan. Yang penting aman,meski mungkin agak kurang nyaman hehehe.


Sebelumnya kubah ini  berwarna hijau polos dan kalau gak salah dari tembok biasa. Sekilas waktu aku lewat depan masjid ada keterangan tentang proyek renovasi ini, yang mengganti kubah masjid dengan bahan GRC dan lebih  warna-warni.


Selama aku di sini, bagian atas masih belum sepenuhnya tuntas, mungkin juga karena terhenti dengan adanya libur Natal (long weekend).

28 December 2015

Menjelajah Sisi Selatan Situ Tujuh Muara


Menjelang akhir tahun ritme kerjaan agak kendor, jadi pagi ini aku belokkan motor untuk mengunjungi lagi Situ Tujuh Muara di Pamulang untuk sedikit berekreasi. Air danau yang tenang tampak penuh di tengah danau apalagi sejak mulai turunnya hujan bulan lalu.


Seorang warga sedang mengisi karung-karung dengan arang kayu yang diproduksi di sini. Entah bagaimana caranya, tapi sepertinya batang kayu sengaja dibakar untuk diambil arangnya. Meskipun semalam habis hujan lebat, tapi masih tampak asap dari sisa pembakaran itu.


Dari tempat pembuatan arang kayu tadi biasanya aku lurus saja menuju jalan Witana Raya, terus pulang melewati Jalan Siliwangi. Tapi pagi ini aku coba untuk belok kanan dan menjelajah sisi "muara" sebelah selatan. Situ Tujuh Muara ini agak unik karena banyak cabangnya sehingga terkesan memiliki beberapa anak danau.


Rupanya "anak danau" sebelah selatan ini cukup panjang juga, meskipun lebarnya mungkin hanya sekitar 20-30 meter. Sayangnya jalan setapak yang ada di pinggir danau tidak terawat dengan baik meskipun masih bisa dilewati dengan lancar menggunakan sepeda atau kendaraan bermotor. Tidak banyak warga yang aku jumpai berolah raga di sini meskipun lingkungan sekitar danau ini sangat asri.


Tapi setidaknya, jalanan di sisi danau yang aku lewati tampak bersih meskipun bersinggungan dengan pemukiman warga. Mungkin karena perumahan warga tidak terlalu merapat sehingga tidak ada sampah menumpuk di pinggir danau ini. Semoga saja bisa selalu terjaga bahkan bisa lebih ditingkatkan lagi.


Prospek wisata daerah ini sebenarnya lumayan besar, apalagi sekitar danau adalah kawasan perumahan warga yang lumayan padat. Setidaknya perlu dilestarikan sebagai wisata alam, pertanian ataupun pendidikan.

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...