28 November 2014

Banjir di Pojok Kompleks


Beberapa orang tampak asyik memancing di kolam ikan yang sedang meluap karena luapan sungai di sebelahnya. Agak aneh juga, meskipun air kolam itu luber, tapi harusnya mereka gak sepantasnya memancing di sekitar kolam, yang notabene masih berada di dalam kawasan kolam itu. Tapi toh waktu itu ada penjaga kolam dan dia cuek saja.


Sementara itu beberapa bocah dengan asyik bermain sepeda melintasi genangan air yang merendam sebagian (kecil) wilayan kompleks. Rupanya dia sudah bermain sejak hujan turun dengan derasnya hingga hujan reda. Ah, senangnya ... Aku kangen bisa mainan hujan kayak gitu lagi, tapi apadaya, kena basah dikit (padahal pakai jas hujan) saja sudah masuk angin.


Komplek perumahan yang ada di seberang sungai, kayaknya masih masuk wilayan Perumahan Ciputat Baru, terkena dampak meluapnya air sungai ini juga. Apalagi sejak pengerukan dilakukan, ada bagian tanggul yang belum selesai, sehingga air mengalir tanpa halangan memasuki komplek itu.


Sebenarnya aku juga sudah menduka, kalau sungai itu meluap pasti akan masuk ke dalam kompleks, termasuk membanjiri tempat pemancingan. Soalnya beberapa kali aku lihat bekas-bekas aliran air di pinggir sungai, dan memang tidak ada tanggul khusus. Tapi hanya di pojokan saja, dengan kedalamn kurang lebih 10cm, dan tidak sampai masuk ke rumah warga. Lagipula ketika air sungai surut, genangan inipun segera ikut mengalir pergi. Rumahku sendiri masih ada di tempat yang agak tinggi, jadi masih aman.


Update:
Ini foto sehari sesudahnya saat hujan turun tapi tidak terlalu deras. Air sungai meluap juga tapi tidak sampai masuk ke dalam kompleks. Yang membuatku sedikit bertanya-tanya, kok ada sampah dalam jumlah besar datang dalam waktu bersamaan. Terkesan ada yang sengaja membuangnya, entah dari suatu tempat sampah, atau jangan-jangan ada truk sampah yang sengaja membuang di sungai, mumpung lagi meluap. Ah, parah juga. Yang jelas aku yakin, sampah-sampah ini pasti SENGAJA dibuang oleh manusia, bukan karena terbawa air hujan.

Late Sunset @ Situ Bungur


Awalnya aku ragu untuk mampir ke danau kecil ini, mengingat langit sudah mulai gelap karena mendung, dan mataharipun sudah terbenam. Apalagi  gema adzan maghrib juga sudah mulai terdengar saling bersautan. Sekilas memang langit tampak indah di ujung barat, tapi toh sudah agak terlambat, pikirku.


Tapi waktu aku memesan ayam bakar di dekat simpang Kompas, kulihat sisa-sisa matahari terbenam itu masih tampak menawan. Bergegas aku kayuh sepedaku menuju Situ Bungur, yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari tempatku memesan ayam bakar tadi.


Lumayan, meski sebentar, masih bisa menikmati keindahan langit senja di tepi danau yang tenang ini.

27 November 2014

Dicium Mobil Tetangga


Malam-malam aku kaget waktu hendak mengunci pintu, kok tumben tetangga parkir mobil sangat sedikit di depan teras rumah. Biasanya memang banyak mobil yang parkir di depan rumahnya, tapi gak pernah sampai melewati batas, karena kami butuh ruang buat lalu lalang motor. Waktu aku amati lebih dekat, eh, kok mobilnya nempel? Terus aku cek lagi, di belakang tidak ada mobil lain. Wah, ada yang gak beres ini.

Jalanan depan rumah memang miring, sekitar 10-15 derajat. Jadi kurasa mobilnya jalan sendiri meskipun sudah direm tangan. Ini pernah terjadi juga dengan mobil adik iparku, untung waktu itu dia masih ada di belakang kemudi, meskipun sudah sempat membuka pintu.

Aku dan adikku coba mengetuk pintu tetangga, tapi beberapa kali tidak ada respon. Kebetulan adikku habis pergi dengan motor, dan kesulitan untuk memasukkan motor. Terpaksa dia mengambil jalan di celah yang ada, dan ini justru mengundang perhatian tetanggaku, yang segera keluar. Dia terkejut juga melihat posisi mobilnya yang "merosot" itu. Untunglah tidak ada lecet atau penyok di mobil.

24 November 2014

Situ Legoso (Kuru), Yang Terlantar Di Antara Kaum Terpelajar


Sekilas memandang tempat ini, sama sekali tidak tampak menyerupai danau (atau situ dalam bahasa setempat). Lebih mirip rawa, genangan air, atau kolam yang tidak terawat. Beragam jenis sampah mengapung dan juga tenggelam di air yang warnanya sudah hitam keruh, entah berapa lagi kedalamannya. Tapi begitulah kondisi Situ Legoso, atau Situ Kuru, yang ada di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan ini ... (masih) menyedihkan.


Ini danau kedua yang aku kunjungi, setelah Situ Bungur dekat rumah, dari sekitar 9 danau yang katanya masih ada di kawasan Tangerang Selatan. Danau yang menurut data pemerintah luasnya 4 hektar ini, sekarang luasnya sudah tinggal sekitar 4 ribu m2. Itupun akan makin menyempit lagi dengan adanya klaim dari warga (entah warga mana), baik berupa bangunan, pengerukan, pagar ataupun kolam ikan. Jelas sekali, alih fungsi lahan danau ini pasti dilakukan oleh orang mampu dengan dalih ekonomi, dalih yang sebenarnya dilandasi oleh keserakahan, keegoisan dan kemalasan. Orang misikin, wong cilik, gak akan mampu bikin bangunan permanen, gak punya duit. Apalagi sudah ada papan-papan larangan dari pemerintah, jadi jelas warga yang melanggar pasti punya duit cukup untuk menyuap kesana kemari.


Penyerobotan lahan bukanlah satu-satunya isu. Danau ini tampaknya bukan lagi jadi cadangan air (bersih), ataupun tempat resapan air, tapi jadi tempat penampungan sampah. Terutama sampah cair, tapi juga sampah-sampah besar. Aku lihat beberapa selokan dan sungai kecil bermuara di sini, dan pastilah limbah-limbah rumah tangga dan warung di sekitar ini akan berkumpul di sini terlebih dahulu. Tidak heran kalau air di danau ini berwarna gelap.


Melihat bangunan-bangunan di sekitar danau ini, terlintaslah sebuah jargon populer "Kebersihan adalah sebagian dari iman". Atau yang pernah aku lihat di salah satu spanduk di depan rumah ibadah "Jangan mengaku beriman kalau tidak bisa menjaga kebersihan". Kalau ditanya ke penduduk sekitar danau ini, entah penduduk asli atau pendatang (termasuk mahasiswa), pastilah mereka mengaku sebagai golongan beriman.


Benar-benar kondisi danau yang sudah tidak pantas. Mungkinkah keadaan ini sengaja dibiarkan supaya ada alasan untuk "membenamkan" danau ini menjadi lautan beton? Entah.

Aku googling sebentar dan nemu beberapa berita yang mengulas tentang danau ini. Katanya pemkot Tangsel sudah berencana merevitalisasi danau ini (sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu). Katanya juga, pihak UIN juga sudah mengajukan surat permohonan ke pemerintah untuk mengelola danau ini, sebagai bagian dari tanggung jawab sosial. Katanya juga warga masyarakat (asli) sekitar ini juga jengkel dengan maraknya bangunan yang ada, yang katanya kebanyakan dilakukan oleh pendatang. Rumor-rumor itu, ya masih rumor dan rencana kalau menilik dari kondisi saat ini, jelas sedikit memberi harapan. Tulisan yang cukup lengkap bisa ditemukan di blog berikut : Save Situ Legoso di Kota Tangsel! Penyerobotan Lahan Terus Berlangsung.

Yang mungkin agak ironis, atau ya sedikit disayangkan, adalah fakta bahwa kawasan ini berada di lingkungan akademis, dalam hal ini kampus UIN. Sepintas aku melewati jalan Pesangrahan, tampak aktivitas para mahasiswa dan banyak sekali warung-warung makan serta tempat usaha yang menunjang aktivitas kampus. Mungkin mereka tidak sadar, atau tidak peduli kalau keberadaan tempat usaha itu sedikit banyak juga berkontribusi dalam rusaknya lingkungan danau ini. Sebagai mahasiswa, kaum terpelajar, ada kesan abai (ignorance). Maaf kalau terkesan menggurui atau menghakimi, tapi ini kesan yang aku tangkap. Mungkin mahasiswa merasa gak punya kemampuan apa-apa untuk memperbaiki lingkungan di sini, benarkah?

Aku juga gak bisa berbuat banyak, selain menulis dan mengkritik. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah "memboikot", memilih untuk tidak makan di warung-warung sekitar danau ini, ataupun menggunakan jasa dari kios2 di sekitar danau, apalagi kalau terbukti bangunan yang dipakai dibangun dengan menyerobot lahan danau, dan melanggar batas sempadan. Ya sudah, untuk sementara tinggal nunggu ketegasan dari pemerintah saja.

Pesan untuk mahasiswa, kalau tidak bisa ikut bersih-bersih atau membereskan danau ini, minimal boikotlah, beri sanksi sosial secara tidak langsung pada pihak-pihak yang ikut andil dalam merusak lingkungan ini. Contoh sederhana, jangan ngekost di sekitar danau, dan gak perlu makan di warung-warung sekitar danau.

23 November 2014

Wajah-Wajah Peserta Color Run 2014


Siang ini, sejak pagi sebenarnya, jalur sekitar GBK lumayan macet parah, tidak seperti biasanya. Terutama jalur di depan TVRI. Aku rasa salah satu penyebabnya adalah adanya acara The Color Run yang diselenggarakan oleh CIMB NIaga. Juga ada beberapa acara di sekitar ini yang turut menyumbang kemacetan.


Di sela-sela suntuknya nunggu jemputan yang terjebak macet, (sekarang tiap minggu ada jemputan #ehem), ya aku motret-motret aja makluk warna-warni yang bersliweran di depan, sambil duduk manis di kursi Jokowi pinggir jalan.


Kebanyakan yang wira-wiri adalah anak-anak muda, anak sekolahan. Mungkin kalau yang sudah tua memilih langsung pulang naik mobil pribadi, sementara anak-anak mudah masih senang berkumpul dengan teman-temannya.


Weitsss ... ini macam girlband kelas ka***** aja :D Awalnya aku heran kok rata-rata pakai kacamata warna-warni yang jenisnya sama. Setelah sedikit mencuri-curi pandang, rupanya kacamata itu juga ada tulisan Color Run... ohh, pantesan kompak. Entah asesoris wajib atau harus beli, yang jelas tujuanya untuk melindungi mata dari semprotak serbuk warna-warni.


Kalau ini aku tertarik mengambil gambar sebenarnya karena barang-barang bawaannya. Meskipun joggoing, gak lupa bawa monopod dan juga powerbank ukuran jumbo (gak keliatan). Pokoknya niat banget buat eksis. Salut deh!

#run #jogging #jakarta #events #color #colour #youth #street #snapshot

19 November 2014

Sunrise on the Roof


Mumpung lagi (agak) santai, pagi ini mencoba menikmati matahari terbit dari atap rumah. Kebetulan langit tampak cerah setelah semalam turun hujan, meskipun masih menyisakan awan-awan tipis yang ikut menghiasi pagi ini. Udara segar berhembus di atas rumah, nyaman.


Butir-butir air masih tersisa di atas genteng, terutama di bagian genteng yang sudah aku beri aquaproof. Heran, padahal ini bagian paling ujung dari genteng, tapi justru bagian ini yang bocor. Airnya bisa merembes masuk meskipun tidak deras. Setelah aku lapisi lagi dengan aquaproof, rembesannya mulai berkurang meskipun tidak hilang 100%.


Cahaya matahari yang terpantul dari lapisan fiber membentuk pola tertentu. Entah karena permukaan fiber atau efek lain. Lubang-lubang tak beraturan di fiber itu sengaja aku buat sendiri untuk lubang ventilasi. Kalau gak ada itu, udara di dalam sangat pengap dan panas, kayak berada di dalam mobil box. Rencananya bagian atas aku bongkar dan ganti dengan kawat besi, biar ventilasi lebih lebar lagi.


Tangga ini sengaja aku buat, dan tinggalkan di atap rumah untuk memudahkanku naik turun genteng. Dalam kondisi rumah saat ini, aku masih bakal sering mondar-mandir ke atas genteng untuk mengecek kondisi atap, maklum, rumah lama sudah berumur 15 tahun. Selain itu kucing-kucing juga sering berkeliaran di atap rumah, bahkan keluyuran ke atap rumah tetangga, jadi kadang aku harus memantau juga. Sebenarnya aku pengen juga bikin tongkrongan di atap rumah, buat "leyeh-leyeh" di pagi, sore atau malam hari. Entah kapan ...


Seperti biasa, kucing-kucing pada "kepo" kalau aku naik ke atas genteng. Mereka biasanya ingin ikut keluar juga dan bermain di atap ataupun loteng. Kali ini tidak aku ijinkan, bikin repot.

15 November 2014

Mengintip Sejenak Festival Palang Pintu Situ Bungur


Bagi orang luar Jakarta atau yang belum paham tentang budaya Betawi, waktu mendengar tentang festival palang pintu, mungkin yang dibayangkan adalah festival furniture atau yang berurusan dengan pintu. Mungkin beragam jenis pintu dari berbagai daerah dan berbagai jenis.

Buka Palang Pintu, adalah salah satu bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi, dimana akan ada adu silat dan adu pantun antara pihak mempelai pria dengan mempelai wanita. Tujuannya sebagai simbol kegigihan pria untuk mempersintung sang wanita. Kurang lebihnya begitulah hehehe....


Acara Festival Palang Pintu yang diadakan di Situ Bungur ini adalah puncak dari rangkaian acara Pesta Rakyat Situ Bungur 2014, sebagai bagian dari perayaan HUT Tangsel. Acara kali ini sudah dimulai sejak pagi, tapi aku baru sempat mampir sore hari sekitar jam 3an, pas acara intinya dah selesai alias datang telat. Jadi gak sempat nonton acara lomba palang pintunya.


Sebenarnya jam 11an aku sempat ingin mampir, apadaya mendadak ban motor bocor (lagi). Jadi aku putuskan untuk ganti ban motor dulu. Selepas jam 12, cuaca sempat mendung dan di rumah gerimis sebentar jadi aku memilih tidur siang hehehe. Barulah jam 3 aku berangkat setelah gerimis reda. Herannya, di lokasi acara tidak tampak sisa-sisa hujan. Wah, pawang hujannya mantap nih hehehe...


Salah satu masalah dalam setiap kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti ini adalah masalah sampah. Yup, soal ketertiban dalam membuang sampah, harus diakui masyarakat Indonesia masih sangat kurang disiplin. Bukan hanya soal hukum atau peraturan yang berlaku, tapi lebih ke masalah budaya.

Sayangnya, hal ini juga terjadi dalam pesta rakyat di danau kecil ini. Agak ironis karena salah satu tujuan kegiatan, selain melestarikan budaya lokal, juga untuk ikut mempromosikan pelestarian Situ Bungur. Aku perhatikan, tidak ada tempat sampah khusus yang disediakan pihak penyelenggara. Meskipun ada tempat-tempat sampah di rumah-rumah sekitar danau, tapi malah tampak kosong, sementara sampah berserakan di jalanan, di bawah kursi dan di tepi danau.


Yang cukup menggembirakan dalam festival ini menurutku adalah keterlibatan anak-anak dan kaum muda. Ini artinya bakal ada generasi muda yang punya bekal untuk melestarikan budaya Betawi, dalam hal ini budaya Palang Pintu dan Pencak Silat Betawi.


Festival atau pesta rakyat tidak akan seru tanpa orang jualan, termasuk di sini. Dari mulai jualan berbagai makanan, pakaian hingga perabotan rumah tangga.


Yup, penjual kerak telor tidak boleh dilewatkan. Perkara penjualnya orang betawi atau bukan, itu tidak terlalu penting :)


Meskipun aku datang terlambat dan acara inti sudah selesai, bukan berarti aku gak kebagian acara apapun. Setidaknya masih ada penampilan pencak silat dari beberapa perguruan. Yang unjuk kebolehan tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak dan juga perempuan. Terlepas dari kurang kompaknya bocah-bocah ini, ditambah ada yang tampak kurang hafal dengan gerakannya, semangat mereka patut diacungin jempol.



Hmm... melihat aksi para "jawara" ini, jadi kepikiran, apakah ada festival pencak silat dan termasuk lomba khusus pencak silat? Sepertinya akan seru, termasuk melestarikan budaya asli Nusantara juga.


Lomba koreografi pertunjukan silat, misalnya, akan bisa menarik bagi penggemar beladiri ataupun penggemar film aksi. Aku yakin sudah banyak yang punya ide seperti ini, moga aja ada yang mewujudkannya di Situ Bungur :) Siapa tahu bisa jadi ajang pencarian bakat bagi para sinemator atau produser film laga untuk kembali membangkitkan film-film silat Indonesia.


Lumayan, kebagian juga ndengerin beberapa lagu Betawi dengan iringan tanjidor (atau gambang kromong ya?? malu juga belum bisa mbedain).


Sebagai acara puncak, hari ini (malam harinya) juga dilakukan pengumuman dan penyerahan piala bagi pemenang lomba, termasuk lomba-lomba yang diadakan waktu Pesta Rakyat.


... menutup acara ....


... bersiap pulang ....


Kurang lebih jam 5 sore kegiatan berakhir, dan akan dilanjutkan malam harinya dengan acara dangdutan dan penyerahan hadiah. Beberapa bocah tampak kecewa karena mereka tidak kebagian naik perahu karet mengelilingi danau.

Malam hari aku gak sempat nonton lagi acaranya. Selain kecapekan, juga banyak kerjaan euy ... malam minggu waktunya mberesin kerjaan rumah, masa jalan-jalan di malam minggu sudah usai hehehe.

Note : foto-foto di sini diolah terlebih dulu dengan #Instagram

#betawi #tangerang #festival #martialart #art #kids #show #boat #snapshot #people #lake #music #tradisional

13 November 2014

Sunrise at Situ Bungur


Pagi-pagi sepulang nganter istri berangkat kerja, aku lihat langit tampak berawan cukup tebal dan matahari masih tampak malu-malu untuk terbit. Hmm... langsung aku belok ke arah Situ Bungur untuk menikmati pemandangan matahari terbit di pagi yang mendung ini.


Ah, syukur bagi Yang Maha Kuasa, bisa sejenak menikmati pemandangan indah menyegarkan di pagi ini. Situ Bungur pagi inipun tampak tenang memantulkan sinar mentari, dengan riak-riak kecil mengiringi hembusan angin pagi yang segar.


Bangun pagi dan mulai bekerja, mungkin itu juga yang jadi prinsip bapak yang sedang menjaring ikan itu. Meskipun hasil tangkapan tampak tidak seberapa tapi toh namanya usaha pasti ada imbalannya. Tetap semangat Pak!


Makin siang matahari malah makin tertutup awan meskipun cahayanya tetap berhasil menerangi. Lumayan lah, setidaknya pagi ini bisa merasakan udara yang sejuk sedikit lebih lama. Hanya saja cuaca mendung ini membuatku merasa lebih suka ngumpet dibawah selimut daripada harus duduk menghadapi laptop :)


"How green are you?".... ini pertanyaan bagi yang ingin seperti Hulk kah?

12 November 2014

Situ Bungur - Penjelajahan Awal


Pertama kali mengunjungi daerah Pondok Ranji dan melintas di Jalan Menjangan Raya, aku sudah penasaran dengan genangan air yang terlihat dari jalan raya. Tapi awalnya aku gak berpikir adanya situ (danau???) . Kupikir cuma kolam pemancingan biasa saja, seperti yang banyak ditemukan di daerah sini.


Baru setelah menetap di sini beberapa minggu, aku sempat melintasi lebih dekat. Wah, ternyata genangan air ini luas juga. Menurut informasi, luasnya mencapai 3 hektar lebih. Lebih heran lagi waktu lihat spanduk Pesta Rakyat Situ Bungur 2014, ternyata tempat ini bukan sekedar kolam pemancingan, tapi bisa dibilang danau kecil. Syukurlah sudah ada pihak yang tergerak untuk melestarikan keberadaan situ ini. Terbukti dengan adanya festival rutin di tempat ini, juga ada website untuk informasi seputar lokasi ini, yang bisa dilihat di www.situbungur.or.id


Siang ini sehabis makan siang, aku sempatkan untuk mampir sejenak di danau ini dan mengambil beberapa gambar seadanya. Cuaca panas yang cukup terik, ditambah lagi kerjaan menumpuk yang masih menanti membuatku tidak bisa berlama-lama di sini. Meski sudah ada banyak pohon di sekitar danau, tapi kurasa masih belum cukup rindang dan tidak banyak lokasi yang bisa dimanfaatkan untuk nongkrong secara santai.


Karamba? Bukan. Awalnya aku pikir juga begitu. Rupanya ini jala untuk menangkap ikan. Maklum, udah kelamaan tinggal di kota besar yang gersang, jadi gak gitu paham soal perkolaman dan perikanan. Ada beberapa jala yang diletakkan di danau ini, dan sering aku lihat ada orang yang menarik jala ini untuk mengambil ikannya.


Di beberapa tempat tampak sedang ada pemasangan batu untuk mencegah abrasi atau longsornya tepi danau. Dilihat dari lokasi dan sifat tanahnya, memang danau ini rawan mengalami longsor, yang tidak hanya bisa merusak danau tapi juga lingkungan sekitarnya. Syukurlah sepertinya pemerintah daerah sudah mulai bertindak untuk mencegah hal itu terjadi dengan pemasangan batu-batu sepanjang tepi danau (apa ya istilahnya???)


Di tengah cuaca panas yang dirasakan di sekitar Bintaro - Ciputat, keberadaan danau ini jelas menjadi penyejuk tersendiri. Duduk-duduk di pinggir danah terasa lebih teduh dengan angin yang berhembus. Sayangnya keteduhan ini kurang terlalu didukung oleh lingkungan sekitar yang kurang terlalu terawat. Aku perhatikan jalanan setapak yang ada di sekitar danau tidak terlalu terawat. Tapi mau gimana lagi, aku rasa kondisi perekonomian masyarakat sekitar belum terlalu mendukung pelestarian tempat ini, apalagi untuk pengembangan lebih lanjut. Kecuali ada campur tangan serius dari pemerintah.


Mural di sisi utara danau, sepanjang jalan yang ada di sekitar itu adalah hasil karya para seniman dalam lomba mural dan graffiti yang digelar bersamaan dengan Festival Rakyat Situ Bungur 2014. Lumayan lah, memberi warna tersendiri bagi lingkungan danau. Salut.

Oh ya, nemu postingan berisi foto-foto kegiatan pesta rakyat kemarin di sini http://sosbud.kompasiana.com/2014/10/25/semarak-pesta-rakyat-situ-bungur-bingkai-foto-698200.html

#lake #ciputat #tangerang #situ #landscape #tourism

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...