15 November 2014

Mengintip Sejenak Festival Palang Pintu Situ Bungur


Bagi orang luar Jakarta atau yang belum paham tentang budaya Betawi, waktu mendengar tentang festival palang pintu, mungkin yang dibayangkan adalah festival furniture atau yang berurusan dengan pintu. Mungkin beragam jenis pintu dari berbagai daerah dan berbagai jenis.

Buka Palang Pintu, adalah salah satu bagian dari prosesi pernikahan adat Betawi, dimana akan ada adu silat dan adu pantun antara pihak mempelai pria dengan mempelai wanita. Tujuannya sebagai simbol kegigihan pria untuk mempersintung sang wanita. Kurang lebihnya begitulah hehehe....


Acara Festival Palang Pintu yang diadakan di Situ Bungur ini adalah puncak dari rangkaian acara Pesta Rakyat Situ Bungur 2014, sebagai bagian dari perayaan HUT Tangsel. Acara kali ini sudah dimulai sejak pagi, tapi aku baru sempat mampir sore hari sekitar jam 3an, pas acara intinya dah selesai alias datang telat. Jadi gak sempat nonton acara lomba palang pintunya.


Sebenarnya jam 11an aku sempat ingin mampir, apadaya mendadak ban motor bocor (lagi). Jadi aku putuskan untuk ganti ban motor dulu. Selepas jam 12, cuaca sempat mendung dan di rumah gerimis sebentar jadi aku memilih tidur siang hehehe. Barulah jam 3 aku berangkat setelah gerimis reda. Herannya, di lokasi acara tidak tampak sisa-sisa hujan. Wah, pawang hujannya mantap nih hehehe...


Salah satu masalah dalam setiap kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti ini adalah masalah sampah. Yup, soal ketertiban dalam membuang sampah, harus diakui masyarakat Indonesia masih sangat kurang disiplin. Bukan hanya soal hukum atau peraturan yang berlaku, tapi lebih ke masalah budaya.

Sayangnya, hal ini juga terjadi dalam pesta rakyat di danau kecil ini. Agak ironis karena salah satu tujuan kegiatan, selain melestarikan budaya lokal, juga untuk ikut mempromosikan pelestarian Situ Bungur. Aku perhatikan, tidak ada tempat sampah khusus yang disediakan pihak penyelenggara. Meskipun ada tempat-tempat sampah di rumah-rumah sekitar danau, tapi malah tampak kosong, sementara sampah berserakan di jalanan, di bawah kursi dan di tepi danau.


Yang cukup menggembirakan dalam festival ini menurutku adalah keterlibatan anak-anak dan kaum muda. Ini artinya bakal ada generasi muda yang punya bekal untuk melestarikan budaya Betawi, dalam hal ini budaya Palang Pintu dan Pencak Silat Betawi.


Festival atau pesta rakyat tidak akan seru tanpa orang jualan, termasuk di sini. Dari mulai jualan berbagai makanan, pakaian hingga perabotan rumah tangga.


Yup, penjual kerak telor tidak boleh dilewatkan. Perkara penjualnya orang betawi atau bukan, itu tidak terlalu penting :)


Meskipun aku datang terlambat dan acara inti sudah selesai, bukan berarti aku gak kebagian acara apapun. Setidaknya masih ada penampilan pencak silat dari beberapa perguruan. Yang unjuk kebolehan tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak dan juga perempuan. Terlepas dari kurang kompaknya bocah-bocah ini, ditambah ada yang tampak kurang hafal dengan gerakannya, semangat mereka patut diacungin jempol.



Hmm... melihat aksi para "jawara" ini, jadi kepikiran, apakah ada festival pencak silat dan termasuk lomba khusus pencak silat? Sepertinya akan seru, termasuk melestarikan budaya asli Nusantara juga.


Lomba koreografi pertunjukan silat, misalnya, akan bisa menarik bagi penggemar beladiri ataupun penggemar film aksi. Aku yakin sudah banyak yang punya ide seperti ini, moga aja ada yang mewujudkannya di Situ Bungur :) Siapa tahu bisa jadi ajang pencarian bakat bagi para sinemator atau produser film laga untuk kembali membangkitkan film-film silat Indonesia.


Lumayan, kebagian juga ndengerin beberapa lagu Betawi dengan iringan tanjidor (atau gambang kromong ya?? malu juga belum bisa mbedain).


Sebagai acara puncak, hari ini (malam harinya) juga dilakukan pengumuman dan penyerahan piala bagi pemenang lomba, termasuk lomba-lomba yang diadakan waktu Pesta Rakyat.


... menutup acara ....


... bersiap pulang ....


Kurang lebih jam 5 sore kegiatan berakhir, dan akan dilanjutkan malam harinya dengan acara dangdutan dan penyerahan hadiah. Beberapa bocah tampak kecewa karena mereka tidak kebagian naik perahu karet mengelilingi danau.

Malam hari aku gak sempat nonton lagi acaranya. Selain kecapekan, juga banyak kerjaan euy ... malam minggu waktunya mberesin kerjaan rumah, masa jalan-jalan di malam minggu sudah usai hehehe.

Note : foto-foto di sini diolah terlebih dulu dengan #Instagram

#betawi #tangerang #festival #martialart #art #kids #show #boat #snapshot #people #lake #music #tradisional

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...