29 December 2014

Langganan Firstmedia (Lagi)


Setelah menunggu berbulan-bulan, akhirnya jaringan internet dan tv kabel dari Firstmedia masuk juga ke dalam perumahan. Waktu terakhir rapat perumahan saat kerja bakti, ada 13 keluarga yang mendaftar, dan tentu saja aku salah satunya.


Pas pulang dari liburan Natal, dapat telpon dari sales firstmedia, dan sehari berikutnya langsung dipasang. Awalnya aku ditawari paket Family dengan speed 6Mbps, tapi menurutku itu terlalu banyak. Jadi aku minta yang paket 3Mps saja. Lumayan, hemat 100ribu bisa dipakai untuk upgrade channel TV. Semoga saja internet makin lancar, kerjaan lancar dan yang jelas, download-an lancar :D

27 December 2014

Pernikahan Ganda


Timoti sedang ditenangkan oleh saudaranya setelah sebelumnya menangis. Entah apa sebabnya, yang jelas waktu kami sampai di gereja, dia tampak sedang menangis. Padahal dia dapat tugas untuk jadi pembawa cincin dalam pernikahan paman dan bibinya. Maksudnya bukan pamannya menikah dengan bibinya, tapi paman dan bibinya (kedua adik ibunya) menikah secara bersamaan hari ini ... pernikahan ganda hehehe.


Pemberkatan nikah dilakukan di Gereja Baptis Setia Bakti dan keduanya diberkati oleh Pdt. Yosia. Acara dimulai dengan penyalaan lilin, pemasangan karpet putih dan penaburan bunga. Semuanya untuk persiapan menjelang datangnya pengantin di tempat pemberkatan. Masing-masing prosesi punya makna khusus, sayangnya aku sendiri sudah lupa maknanya.


Setelah semuanya siap, datanglah kedua pengantin pria dari sisi kanan dan sisi kiri, didampingi oleh wali masing-masing. Selanjutnya kedua mempelai waninta datang bersamaan dari jalur tengah, diawali oleh Timoti yang membawa cincin pernikahan.


Pemberkatan nikah berlangsung lancar, mulai dari pengucapan janji pernikahan, pemberian berkat, kotbah pernikahan dan juga penyalaan lilin tunggal yang menjadi simbol bahwa mereka tidak lagi hidup sendiri-sendiri, tapi masing-masing pasangan akan menjalani kehidupan dan tanggung jawab pernikahan secara bersama, disimbolkan dengan hanya satu lilin yang menyala.

Selamat buat Kristin dan Toni. Aku lupa nama pasangan masing-masing hehehe ...


Sayangnya kami harus segera meninggalkan lokasi sebelum acara tuntas, soalnya kami harus segera kembali ke Jakarta, dan waktunya tinggal satu jam lagi. Artinya kami juga tidak bisa menghadiri acara resepsi mereka yang juga diadakan berbarengan di tempat yang sama.

#wedding #family #relative #javanese #church #holy matrimony #ceremony

26 December 2014

Kediri Waterpark


Sejak bulan Juni 2014, Kediri memiliki wahana wisata baru yaitu Kediri Waterpark, yang letaknya ada di lereng Gunung Wilis, tepatnya di Kecamatan Semen. Aku ikut ke sini menemani keponakan yang ingin bermain air. Toh gak ada kegiatan lain, jadi gak ada salahnya bermain bareng bocah-bocah :)


Masuk ke lokasi ini aku cukup tercengang dengan luasnya areal. Meskipun gak seluas TMII atau Ragunan, tapi tempat ini sudah cukup luas bagiku. Makanya gak heran kalau pengelola menyediakan kendaraan gratis untuk memutari areal ini. Wahana permainan yang ditawarkan di sini juga tidak hanya permainan air seperti kolam dan papan seluncur. Ada beberapa wahana lain, sayangnya sebagian besar wahana tersebut belum siap. Bahkan tampaknya tempat ini menyiapkan kereta monorail, entah kapan siap beroperasi.


Patung ganesha biru ini menyambut pengunjung yang datang di areal parkir. Agak unik, berbeda dengan patung-patung ganesha pada umumnya yang bertampang serius, patung ini tampak lebih jenaka dan cocok untuk anak-anak.


Areal persawahan yang ada di dekat Kediri Waterpark. Keren, pemandangan yang menakjubkan di lereng Gunung Wilis. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, lahan ini ada di areal persawahan produktif, yang berarti pembangunan wahana wisata ini merupakan alih fungsi dari sawah yang jumlahnya makin sedikit di Pulau Jawa. Wah, sayang juga kalau begitu :(


Yang aku rasa agak unik di sini adalah adanya wahana Colloseum. Entah ada apa di situ, kami tidak sempat mampir karena keasyikan berendam di air dan bermain plosotan. Tapi dari jauh bisa dilihat beberapa patung menghiasi tempat tersebut, kelihatannya ada patung Ganesha dan patung Dewi Kilisuci yang menjadi ciri khas kota Kediri.

Meskipun lokasi ini ada di lereng gunung yang asri dengan areal persawahan hijau, jangan berpikir kalau tempat ini akan sejuk-sejuk dingin seperti di Puncak (Bogor) atau di Lembang (Bandung). Sebaliknya, udaranya sangat terik, panas ngentar-ngentar. Malahan kadang berasa jauh lebih panas dibanding Jakarta. Angin dingin pegunungan yang berhembus tidak banyak membantu. Makanya kami lebih senang berendam di air.


Tempat ini meng-claim punya plosotan air (water slide) terpanjang se-Asia. Tapi sayangnya, banyak wahana yang belum siap pakai dan masih dalam perbaikan. Aku rasa water slide terpanjang itu salah satu yang belum bisa digunakan saat ini. Meski demikian, kalau kualitas layanan bisa lebih ditingkatkan, kurasa tempa ini bakal menyedot banyak wisatawan domestik di Kediri dan sekitarnya, bahkan idak mustahil bisa menandingi daerah Batu-Malang atau Lamongan.

Satu hal yang bikin agak malas di sini adalah kewajiban menggunakan kartu Brizzi atau kartu kredit BRI untuk bertransaksi. Gak fleksible, bikin report, meskipun di akhir kunjungan kita bisa melakukan refund jika masih ada dana tersedia (yang minimal 35 ribu). Persis kayak kasus di Trans Studio Bandung, yang harus pakai kartu Megacash dari Bank Mega. Ah, monopoli memang sering menjengkelkan.

Update:
Beberapa hari setelah ikut berenang di sini, badanku gatal-gatal, terutama di selangkangan dan di pundak. Hadeeeehhh...

25 December 2014

Senja di Gunung Klotok


Sore ini aku punya waktu sebentar untuk jalan-jalan sore, menikmati matahari tenggelam di kaki gunung Klotok. Cuaca sore ini masih cukup cerah, padahal biasanya hujan atau gerimis. Aku jalan kaki hingga dekat bukit Maskumambang, kemudian balik arah ke areal persawahan di sebelah timur bukit tersebut.


Meskipun masuk wilayah kota Kediri, di tempat ini masih banyak sawah, yang sayangnya sudah mulai jauh berkurang karena alih fungsi menjadi bangunan, baik untuk hunian warga atau untuk usaha. Apalagi dekat sini katanya akan dibangun kampus yang cukup besar, harga tanah jadi melonjak cukup significant.


Sepeda onthel milik seorang petani disandarkan di pohon tepi jalan. Benar-benar suasana khas pedesaan. Aku ingat dulu punya sepeda seperti itu yang sering aku pakai untuk berkelana di kota Jogja, meskipun udara terik. Yang paling menarik dari sepeda onthel itu adalh sadelnya yang sangat nyaman, tidak seperti sadel sepeda gunung atau bmx. Kami menyebut sepeda model itu sebagai pit lanang, alias sepeda kaum pria.


Gubuk di tengah sawah ini kondisinya sudah tidak terlalu bagus, sudah agak reyot dan penuh dengan kayu-kayu. Mungkin memang fungsinya sudah berubah dan keberadaan gubuk ini tidak lagi terlalu penting bagi petani.


Di samping sawah ada lapangan yang cukup luas yang berisi berbagai jenis lapangan, mulai dari lapangan sepakbola, lapangan futsal dan juga lapangan voli. Waktu itu sedang ada yang bermain sepakbola, dan juga ada beberapa anak kecil yang hanya jadi penonton. Ah, ingin rasanya aku bergabung bermain, sayangnya aku gak kenal seorangpun, lagipula aku lagi gak punya cukup waktu. Saat aku mengabadikan momen-momen sunset ini, seorang bocah bertanya "Rekam video atau motret gambar Pak?" :) 


Rumah ini menarik perhatianku karena bentuknya seperti bangunan lama, dan seperti sebuah pabrik. Sayangnya aku tidak sempat mengamati lebih teliti, karena selain sudah mulai gelap, orang di rumah sudah mulai mencariku untuk diajak makan malam. Jadi aku harus segera bergegas pulang.

#sunset #bicycle #farm #farming #sillhouette #ricefield #soccer #mountain #hill #eastjava #kediri

Berkunjung ke Nganjuk


Ini adalah rumah dari saudaranya saudara istriku, di Nganjuk. Entah, aku juga kurang paham hubungan keluarga ini dengan keluarga istriku, tapi kurasa cukup dekat. Penghuninya baru saja meninggal dunia sekitar seminggu lalu dan mumpung liburan Natal ini keluarga berkumpul, mertuaku mengajak kami untuk menjenguk keluarga yang ditinggalkan. Orangnya cukup terpandang, rumahnya besar dan tanahnya juga luas. Karena gak kenal dengan kerabat yang ada, aku cukup setor muka saja, sesekali nyengir, sama sekali gak ikut nimbrung obrolan yang terjadi. Syukurlah kunjungan tidak terlalu lama.


Selanjutnya kami juga mampir ke tempat makan keluarga nenek mertua bersama paman-tante istriku. Kebetulan paman istriku hendak bertugas ke Lombok, sementara tantenya hendak pergi umroh bulan depan. Jadi mereka menyempatkan diri untuk ziarah ke makam orangtua. Saat ini aku merasa bingung kalau harus berdoa di makam. Jadi aku memilih memotret saja, toh doa yang dipanjatkan juga sifatnya personal.


Nah, waktunya makan, kami diajak menikmati Sate Ponorogo yang cukup terkenal di salah satu sudut kota Nganjuk, gak jauh dari alun-alun kota (ah, lupa nama jalannya). Warungnya kecil saja, di perempatan, tapi yang ngantri lumayan bikin ragu-ragu untuk masuk, karena banyak sementara perut sudah memaksa ingin diisi. Toh akhirnya kami makan di sini juga, dan untunglah tidak terlalu lama menunggu hidangan disajikan. Rasanya enak, meskipun secara umum mirip dengan sate madura, tapi ada perbedaaan mendasar, yang jelas bumbu kacangnya berbeda.


Di Nganjuk banyak juga yang berjualan air tebu di pinggir jalan. Meskipun cuaca mendung, tetap saja es tebu ini laris karena segar. Daripada suntuk di rumah saudara, kami bertiga pergi ke sawah untuk membeli es tebu, jalan kaki sekitar 500 meter.


Seingatku, aku berpapasan dengan kendaraan penggiling ini lebih dari empat kali, dan melihat jarak serta sesekali mengingat pengendaranya, yang aku temui bukan kendaraan yang sama. Artinya di daerah ini ada cukup banyak mesin giling portabel seperti ini. Menyenangkan melihat para buruh tani ini tersenyum saat aku memotret mereka, meskipun mungkin penghasilan mereka tidak terlalu besar.


Oh ya, Nganjuk adalah salah satu daerah yang ada di lereng Gunung Wilis. Jadi dari kota ini bisa terlihat sama-samar Gunung Wilis serta beberapa perbukitan di sekitarnya. Sayang aku gak sempat mengambil sudut yang pas untuk mengabadikan landscape berlatar belakang gunung itu, hanya sempat motret dari dalam mobil yang melaju. Moga lain kali ada kesempatan.

Natal 2014


Ada rasa bersalah setiap kali menghadiri ibadah hari Natal di gereja ini (Gereja Baptis Setia Bakti, Kediri), yang sudah aku ikuti selama lima tahun terakhir ini - menggerutu. Yup, hampir setiap kali kami berangkat ke gereja untuk menghadiri ibadah Natal di tanggal 25 Desember, kami selalu menggerutu. Alasannya sepele, karena ibadah dilakukan pukul 05.00. Jadi kami harus sudah mulai bersiap sejak jam 4 subuh, alamak, hari libur kok bangun subuh-subuh. Sementara gereja lain umumnya mengadakan ibadah malam natal (christmas eve), gereja ini memilih ibadah subuh.


Selain menggerutu, kami juga datang terlambat hehehe ... Maklum, berangkat dalam rombongan yang banyak, biasanya akan saling menunggu anggota lain, jadinya telat. Untunglah ruangan gereja baru sudah cukup besar dan ada juga ruangan di lantai atas. Jadi untuk pertama kali kami mengikuti ibadah dari lantai atas. Tampak seorang polisi melakukan pantauan di lantai atas juga selama ibadah berlangsung, memastikan ibadah berlangsung dengan aman. Terima kasih pak Polisi!


... paduan suara gabungan, orang dewasa dan remaja, yang membawakan lagu Natal seusai pak pendeta menyampaikan kotbah Natal ...


Wajah-wajah ceria tampak menghiasi jemaat seusai kebaktian, meskipun aku yakin banyak dari mereka yang seperti kami juga ... belum sempat sarapan :) Toh ibadah tidak sampai 2 jam, dan keceriaan karena berkumpul bersama keluarga bisa sedikit menghilangkan rasa kantuk dan jenuh karena harus bangun subuh. Seperti biasa, pak pendeta Yosia dan istri menyambut jemaat seusai kebaktian.


Sambil menunggu waktu pulang, karena biasanya pintu keluar cukup padat dan harus antri untuk meninggalkan parkiran gereja, beberapa jemaat memanfaatkan untuk foto-foto di sekitar gedung, terutama di dekat pohon Natal. Narsis bisa dimana saja :)

Oh ya, saat menunggu waktu pulang, ada mbak-mbak baik hati yang membagi-bagikan kopi instant ABC, baik yang white-coffee maupun black-coffee (less sugar). Promosi sih, tapi ya ambil untungnya saja. Anggap saja ini kado Natal hehehe ..

#christmas #morning #church #service #people #family #festival #kebaktian

14 December 2014

Kerja Bakti di Perumahan


Pertama kali ikut acara kerja bakti di perumahan yang baru, khusus untuk bapak-bapak. Jadwalnya mulai jam 7 pagi, jadi udara masih cukup segar dan sinar matahari belum terlalu menyengat. Sasaran kerja bakti adalah membersihkan selokan dan membabat tanaman liar disekitar pinggir jalan.


Tidak semua ikut, malah aku perkirakan pesertanya tidak sampai separuh dari total KK yang ada. Tapi lumayan lah untuk menjalin silaturahmi, terutama buatku yang bisa dibilang warga baru. Aku jadi bisa mengenal beberapa tetangga, dan mereka juga mengenaliku. Sebelumnya kalau papasan suka cuek saja, atau cuma nyengir gak tahu, sekarang dah lumayan tahu nama beberapa orang.


Jam 9-an praktis acara kerja bakti selesai, dilanjutkan dengan ngobrol-ngobrol di lapangan badminton, sambil menikmati hidangan yang disediakan (beberapa) ibu-ibu. Salah satu topik obrolan adalah upaya meningkatkan peran petugas keamanan, terutama terkait dengan hilangnya 3 ekor burung (beserta sangkarnya) belum lama ini. Juga obrolan soal rencana masuknya jaringan Firstmedia, yang sangat aku tunggu-tunggu.

Habis kerja bakti badan terasa lumayan segar, seperti habis olahraga. Hanya saja tangan rasanya kaku, karena sudah lama gak pegang sabit dan cangkul :(

11 December 2014

Various Sunset Moments


Tiga bocah bermain di pinggir Situ Bungur, Ciputat, sambil menyaksikan orang-orang yang masih mancing hingga matahari terbenam. Karena lokasinya gak jauh dari rumah, seringkali aku juga mampir sebentar ke tempat ini untuk menikmati suasana matahari tenggelam yang selalu menawan.


Dari danau, aku beralih sebentar untuk mencoba mencari spot lain yang mungkin menarik. Salah satunya di samping rel kereta api dekat St. Pondok Ranji. Pas ada kereta lewat. Mungkin lain kali aku bisa coba naik ke "bekas" jembatan penyeberangan di atas jalan tol sebelah rel kereta ini.


Kalau ini pemandangan sunset dari pinggir perumahan, persis di samping sungai sebelah barat perumahan. Pohon besar di samping sungai memberi nuansa tersendiri, dilengkapi dengan burung-burung yang beterbangan, meskipun tidak banyak.


Di daerah sekitar rumah belum banyak bangunan-bangunan tinggi menjulang yang bisa menghalangi pemandangan saat ingin menikmati sunset atau sunrise. Jadinya dari atap rumah aku bisa menyaksikan matahari tenggelam tanpa banyak gangguan dari beton-beton menjulang. Masih cukup leluasa.

Situ Tujuh Muara aka Situ Cileduk


Meskipun sedikit terganggu dengan adanya menara sutet yang membelah danau ini, tapi Situ Tujuh Muara di Pamulang ini tetap terlihat indah. Lebih luas dibanding ketiga situ yang sudah aku kunjungi (Bungur, Legoso dan Sasak Tinggi), dengan pepohonan rindang di sekitarnya. Entah berapa luas aslinya, tapi yang jelas bentuk danau ini agak unik, karena terbelah oleh daratan-daratan. Entah apakah sudah sejak awal atau akibat pengurukan, aku kurang tahu. Udah nyoba ubek2 google buat nyari riwayat danau ini, belum ketemu.

Konon kabarnya, situ ini luasnya mencapai 33 hektar, entah berapa luasnya sekarang. Ada yang bilang 22 hektar, bahkan ada data yang mengatakan cuma tersisa 19 hektar.


Latar belakang pegunungan di daerah Bogor dan pohon kelapa yang tumbuh memberi kesan suasana pedesaan yang kental. Meskipun berada di samping jalan raya, tapi udaranya masih segar. Danau ini sendiri juga sekilas tampak bersih, tidak terlihat banyak sampah di permukaan, kecuali di beberapa sudut dan tepian danau. Entah kalau bagian dalamnya. Soalnya pas jalan-jalan, sempat terlihat salah satu warga liar (yang menghuni gubuk semi permanen di pinggir danau) dengan santainya membuang bungkusan plastik hitam berisi sampah, parahnya!


Seperti informasi yang pernah aku peroleh, danau ini dan danau Sasak sengaja dibendung, dan kebetulan bendungannya dijadikan jalan raya. Untuk kasus Situ Tujuh Muara ini malahan pinggirnya adalah jalan raya, yang mungkin sekelas jalan antar propinsi. Lebar dan ramai. Di ujung sebelah utara ada pintu airnya untuk mengatur debit air.


Di sebelah utara, agak pojok timur, ada pusat perbelanjaan. Bisa kelihatan lah itu mereknya apa. Moga saja tempat itu dibangun bukan hasil menguruk danau, dan moga saja pembuangan limbahnya tidak digelontorkan ke dalam danau. Cuma memang herannya, danau sebagus ini, di dekat Jakarta, seperti tidak terlalu dimaksimalkan sebagai tempat wisata. Padahal kalau mau dikembangkan jadi areal wisata domestik akan cukup lumayan, tanpa menghilangkan fungsi utama sebagai areal konservasi air. Minimal dijadikan taman kota dengan jogging track yang nyaman dan berbagai fasilitas lain untuk membuat warga nyaman berekreasi di sini, gak usah jauh-jauh. Apalagi akses jalan raya sangat dekat. Sempat mikir-mikir, kok gak ada hotel di dekat sini ya :-? Atau aku aja yang kurang menjelajah.


Di salah satu sudut ada warung semi permanen seadanya. Mungkin untuk melayani para pengunjung, khususnya yang mancing di areal danau. Hmm.... sekilas kok tampak ada minuman beralkohol ya, entah benar atau gak hehehe...


Yup, kaum pemancing tidak pernah absen dari tempat-tempat seperti ini...menurutku sih gak masalah. Yang  penting mereka sadar akan pelestarian lingkungan, turut menjaga kebersihan dan syukur-syukur bisa ikut peduli dengan pelestarian danau secara menyeluruh.


Beberapa nelayan juga menggantungkan nasib menjala ikan dari danau ini. Waktu aku datang sih tidak banyak, cuma satu bapak ini yang aku lihat sedang menjala ikan di tengah danau.


Aku perhatikan sih jogging track sudah ada di seputar danau. Hati-hati, ada jalur yang mengarah ke kuburan, jadi kalau mau jogging di sini jangan tengah malam, kecuali memang sengaja uji nyali atau dah paham hehehe.... Tapi jelas jogging track ini masih bisa dikembangkan lagi, yang sekarang lebih seperti jalan setapak.


Sekeliling danau masih cukup asri, kita bisa menjumpai berbagai jenis bunga. Tapi ya itu tadi, untuk sekedar nongkrong-nongkrong masih agak kurang nyaman. Belum banyak tempat duduk khusus untuk warga bersantai di sekitar danau. Mungkin sengaja, biar gak dipakai pacaran atau perbuatan tidak baik lainnya, tapi ya kan banyak orang baik yang ingin menikmati danau ini juga.


Jalan setapak ini membelah sebegian danau, dan cukup sering dilalui warga dengan motor, karena sepertinya jadi jalan alternatif yang praktis.


Nah, masalah klasik danau-danau seperti ini, adalah berurusan dengan keserakahan kaum berduit, terutama yang bekerja di bidang properti. Mereka seenaknya menguruk danau untuk dibuat perumahan, padahal harusnya lahan ini dilindungi pemerintah. Salah satunya ya PT Villa Pamulang. Bukan fitnah, tapi banyak beritanya di internet.

http://www.kabar6.com/tangerang-raya/tangerang-selatan/17360-lurah-di-pamulang-diduga-terlibat-pencaplokan-situ-tujuh-muara.html

http://www.tempo.co/read/news/2014/11/26/214624522/Situ-Ciledug-Diuruk-di-Mana-Airin

http://regional.kompasiana.com/2014/11/30/parah-pengurukan-situ-di-tangsel-707144.html

Jadi bagi yang peduli dengan pelestarian alam dan tempat-tempat seperti ini, kalau belum bisa berbuat banyak, ya minimal suarakan saja keprihatinan. Mungkin bisa juga dengan melakukan boikot terhadap pengembang yang turut merusak lingkungan danau ini, seperti PT Villa Pamulang itu. Moga saja ada penyelidikan dan proses hukum bagi oknum pejabat yang terlibat, karena pasti ada lah.

07 December 2014

Car Free Day!


Sejak Jokowi-Ahok memerintah ibukota, Car Free Day di sepanjang jalan Thamrin-Sudirman dilakukan setiap hari minggu, mulai jam 6 - 11 pagi. Meskipun dilakukan setiap minggu, tapi aku belum pernah sekalipun memanfaatkannya. Soalnya bentrok dengan waktu ke gereja. Hari ini pertama kalinya aku ikut nimbrung di Car Free Day ini. Cukup terpesona juga dengan kerumunan yang terjadi, mirip sebuah pesta atau festival. Sampai mikir, ada apa sebenarnya di sana, kok kerumunannya banyak sekali :) Tampak seperti kemacetan, tapi isinya orang.


Tapi ketika berada di tengah-tengah "kemacetan" itu, ternyata tidaklah sepadat yang kubayangkan. Artinya masih ada ruang untuk tiap orang menikmati suasana dan beraktivitas. Apalagi tiap orang "mengalir", dan tidak menghalangi arus manusia yang ada. Di salah satu sudut lagi ada atraksi cheerleader (kalau gak salah) yang mempromosikan salah satu produk. Aksi "lempar-lemparan orang" ini cukup menarik perhatian pengunjung.

Beragam aktivitas bisa dijumpai di acara minguan ini. Ada yang nongkrong, olahraga, belanja, jualan dan juga mengamen dengan kostum tertentu. Para pocong-pun ikutan car free day, mungkin dah gak banyak tempat sepi yang bisa dipakai buat ngumpet hehehe........


Di sini juga banyak yang membawa serta binatang peliharaannya, terutama anjing. Entah ada yang bawa kucing atau gak, tapi aku gak sempat menemukan sih. Oh ya, sebenarnya salah satu alasan aku ikut car free day kali ini bukan untuk olahraga, tapi karena isriku ingin bergabung dengan aksi menolak menyantap daging anjing. Dulu aku termasuk penganut fanatik sengsuisme alias penggemar sengsu (tongseng asu), tapi istriku memaksaku tobat hehehe. Sayangnya kami datang terlambat, jadi ketinggalan pawai aksi tersebut.


Seseorang membawa gerobak berisi sampah di tengah jalan, entah dia memang tukang sampah khusus selama acara CFD ini atau sekedar pemulung yang lewat. Tapi aku harus ajungin jempol, di acara ini sedikit sekali sampah berserakan, tidak seperti festival-festival rakyat pada umumnya. Mungkin para peserta di sini rata-rata sudah cukup sadar pentingnya kebersihan lingkungan. Apalagi CFD ini kan terkait dengan pelestarian lingkungan, gak cuma buat ngumpulin massa di jalanan ibukota.


Nah, pedagang kaki lima jelas gak mau ketnggalan. Selain tenda-tenda dari sponsor bermodal besar, juga ada lapak-lapak PKL khas pasar kaget di sepanjang jalan. Jumlahnya banyak, dengan dagangan beragam. Ya moga saja mereka tetap tertib. Awalnya aku gak gitu tertarik dengan lapak-lapak itu, tapi akhirnya aku mampir juga di salah satu lapak asesoris ponsel untuk beli layar anti gores. Hape baru euy ...... #pamer

Senja di Situ Parigi - Pondok Aren

Kembali nongkrong di Situ Parigi, pas menjelang matahari terbenam, siapa tahu dapat golden hour yang menakjubkan. Air danau tampak berkurang...