25 December 2014

Berkunjung ke Nganjuk


Ini adalah rumah dari saudaranya saudara istriku, di Nganjuk. Entah, aku juga kurang paham hubungan keluarga ini dengan keluarga istriku, tapi kurasa cukup dekat. Penghuninya baru saja meninggal dunia sekitar seminggu lalu dan mumpung liburan Natal ini keluarga berkumpul, mertuaku mengajak kami untuk menjenguk keluarga yang ditinggalkan. Orangnya cukup terpandang, rumahnya besar dan tanahnya juga luas. Karena gak kenal dengan kerabat yang ada, aku cukup setor muka saja, sesekali nyengir, sama sekali gak ikut nimbrung obrolan yang terjadi. Syukurlah kunjungan tidak terlalu lama.


Selanjutnya kami juga mampir ke tempat makan keluarga nenek mertua bersama paman-tante istriku. Kebetulan paman istriku hendak bertugas ke Lombok, sementara tantenya hendak pergi umroh bulan depan. Jadi mereka menyempatkan diri untuk ziarah ke makam orangtua. Saat ini aku merasa bingung kalau harus berdoa di makam. Jadi aku memilih memotret saja, toh doa yang dipanjatkan juga sifatnya personal.


Nah, waktunya makan, kami diajak menikmati Sate Ponorogo yang cukup terkenal di salah satu sudut kota Nganjuk, gak jauh dari alun-alun kota (ah, lupa nama jalannya). Warungnya kecil saja, di perempatan, tapi yang ngantri lumayan bikin ragu-ragu untuk masuk, karena banyak sementara perut sudah memaksa ingin diisi. Toh akhirnya kami makan di sini juga, dan untunglah tidak terlalu lama menunggu hidangan disajikan. Rasanya enak, meskipun secara umum mirip dengan sate madura, tapi ada perbedaaan mendasar, yang jelas bumbu kacangnya berbeda.


Di Nganjuk banyak juga yang berjualan air tebu di pinggir jalan. Meskipun cuaca mendung, tetap saja es tebu ini laris karena segar. Daripada suntuk di rumah saudara, kami bertiga pergi ke sawah untuk membeli es tebu, jalan kaki sekitar 500 meter.


Seingatku, aku berpapasan dengan kendaraan penggiling ini lebih dari empat kali, dan melihat jarak serta sesekali mengingat pengendaranya, yang aku temui bukan kendaraan yang sama. Artinya di daerah ini ada cukup banyak mesin giling portabel seperti ini. Menyenangkan melihat para buruh tani ini tersenyum saat aku memotret mereka, meskipun mungkin penghasilan mereka tidak terlalu besar.


Oh ya, Nganjuk adalah salah satu daerah yang ada di lereng Gunung Wilis. Jadi dari kota ini bisa terlihat sama-samar Gunung Wilis serta beberapa perbukitan di sekitarnya. Sayang aku gak sempat mengambil sudut yang pas untuk mengabadikan landscape berlatar belakang gunung itu, hanya sempat motret dari dalam mobil yang melaju. Moga lain kali ada kesempatan.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...