14 April 2022

Sehari di Jakarta Bersama Fe

Pagi ini aku mengajak Fe untuk jalan-jalan di Jakarta, tepatnya ke Tanjung Duren, sekalian untuk mengisi waktu saat kakaknya pergi ke rumah nenek bersama Bunda. Fe tidak diajak mudik karena belum mendapat suntikan vaksin, jadi berdua saja di rumah bersamaku. Kami berangkat ke Jakarta menggunakan Commuter Line dari Stasiun Jurangmangu.

Gerbong kereta masih cukup sepi, jadi Fe bisa mendapat tempat duduk, apalagi masih ada pembatasan jumlah penumpang terkait PPKM meski sudah mulai longgar. Aku sempat bingung waktu Fe bertanya, kapan masuk terowongannya. Belakangan baru ingat kalau yang dimaksud Fe adalah MRT karena dulu mereka pernah diajak naik MRT dari Lebak Bulus ke Senayan, jadi sempat masuk ke terowongan.

Kami turun di Stasiun Palmerah, terus pindah menggunakan taksi online (GoCar). Meski jam kerja, tapi jalanan masih cukup lancar.

Tujuan utama kami ke Jakarta kali ini adalah untuk mengambil surat pindah. Sebelumnya kami masih terdaftar sebagai warga DKI meski sudah pindah domisili ke Tangsel. Kami malas mengurus surat pindah sehingga kalau ada kegiatan terkait wilayan seperti Pilkada dan juga vaksinasi, kami masih sering dipanggil ke sini. Belakangan, kata pak RT, pihak terkait mulai ketat dalam pendataan warga mereka, apalagi kami sudah tidak ada tempat tinggal di sana.

Hingga suatu saat ketika mendaftar sekolah El di SD, pihak sekolah sempat mempertanyakan format Kartu Keluarga yang masih memakai format lama, ada kekuatiran kalau tidak diakui oleh dinas pendidikan terkait. Ketika kami mencoba mengajukan cetak KK, melalui sistem online, pengajuan kami ditolak, karena dianggap sudah tidak tinggal di wilayan itu. Pak RT setempat juga sudah tidak bisa membantu, mungkin karena kami jarang berkunjung (dan bayar iuran), karena pandemi jadi jarang pergi-pergi. Akhirnya kami putuskan untuk melakukan mutasi kependudukan ke Tansel. Tahap pertama adalah mengajukan surat pindah, yang bisa dengan mudah dilakukan secara online melalui sistem disdukcapil Jakarta Barat.

Kami cukup isi data melalui aplikasi Alpukat Betawi, termasuk mengisi kapan waktu untuk mengambil surat pindahnya. Proses sangat lancar, dan hari ini kami hanya mengambil suratnya saja. Karena masih pandemi, kami tidak perlu masuk ke kantor kelurahan, cukup memberi info ke satpam yang bertugas, dia yang lapor dan mengambil surat itu untuk kami. Lima belas menit beres.

Dari kantor kelurahan aku ajak Fe jalan kaki ke Mal Central Park, sekalian nostalgia dulu sering jalan ke sana untuk makan siang. Lewat ke rumah pak Budi/bu Warni, tapi rumahnya tutup.

Karena sudah lapar, aku langsung ajak Fe ke tempat makan. Tujuan utama adalah foodcourt Urban Kitchen, tapi ternyata tutup karena sedang renovasi. Jadi aku ke tempat ramen saja, Ikkudo Ichi, biar bisa makan ramen haram hehehe.

Meski ada beberapa pengunjung, tapi tempatnya relatif sepi.

Aku pesan dua porsi ramend, satunya berkuah pakai daging babi, satu lagi tidak berkuah pakai daging ayam, maksudnya buat Fe.

Tapi ternyata Fe lebih memilih ramen yang pakai kuah, meski makan ramennya dikit, tapi dia cukup menikmati kuahnya. Dagingnya sih aku yang makan karena dia masih gak suka makan daging. Aku sempat minta dia makan sedikit telur yang ada. Lumayan lah, setidaknya dia juga bisa enjoy makan, jadi aku gak cuma makan sendirian.

Habis makan kami jalan-jalan sekitar mal, dan tentu saja menyempatkan untuk mampir di tempat kolam ikan koi yang ikannya besar-besar.



 Setelah puas bermain, kami kembali ke rumah. Naik taksi dari mal ke Stasiun Palmerah, kemudian lanjut naik kereta sampai Stasiun Jurangmangu, kemudian naik motor ke rumah.

Perjalanan yang melelahkan tapi menyenangkan dan urusan juga tuntas. Tahap selanjutnya adalah mengurus surat datang di Tangsel agar bisa membuat KK dan KTP baru.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...