06 March 2005

Wandering Alone in Fuchu



Wah, hari ini terjadi musibah. Sebenarnya aku diajak Pak Iwan bertemu dengan rekan bisnisnya di suatu tempat. Namun karena satu dan lain hal, berangkat terburu-buru, padahal orang Jepang tidak suka kalau terlambat. Sebenarnya aku sudah siap menunggu Pak Iwan di atas, sementara beliau bersiap-siap. Namun karena aku ada di ruangan khusus, aku gak mendengar waktu Pak Iwan memangil-manggil dari bawah. Karena terburu-buru, akupun ditinggal.

Aku sempat bingung sendirian di dalam. Karena bosen, aku milih keluar, kebetulan pintu bisa dibuka dari dalam, cuma tidak bisa dibuka dari luar tanpa kunci. Akibatnya aku tidak bisa lagi masuk ke kantor itu dan harus menunggu Pak Iwan kembali, apalagi aku gak punya nomor telpon yang dibawa pak Iwan.

Tapi dengan kejadian ini, justru aku bisa bebas sendirian jalan-jalan, dan cukup banyak hal menarik yang kutemui.



Beberapa anak (mungkin anak SD) bermain bola di taman. Mereka datang dengan bersepeda. Kalau diperhatikan, tempat itu seperti arena pertunjukan, mungkin dalam acara tertentu sering dijadikan panggung hiburan :).



Ibu dan anak perempuannya sedang bermain bulutangkis di taman, mengisi hari libur dengan rekreasi yang menyehatkan.



Di Jepang, permainan baseball sangat populer, seperti halnya permainan sepakbola di Indonesia.



Ada gereja Katolik di kawasan ini, persis bersebelahan dengan lapangan baseball. Waktu aku lewat sih sudah sepi, mungkin ibadahnya sudah berakhir.



Bunga di tepi jalan, yang sudah mekar menjelang datangnya musim semi. Atau jangan-jangan dia mekar selama musim gugur.



Mau gak mau aku harus beli kaos tangan ini, karena udara masih cukup dingin, bahkan dalam cuaca yang sangat cerah, apalagi kalau malam.



Sayang sekali sepeda yang ada di samping kantor Dynax itu terkunci. Kalau tidak, pasti aku bisa jalan-jalan lebih jauh lagi berkeliling kota Tokyo.
Di Tokyo masih cukup sering menemukan orang menggunakan sepeda, hanya saja mereka menggunakan trotoar sebagai jalur sepeda juga.



Jalanan yang lengang, rapi, asri dan bersih. Udaranya juga terasa bersih, pokoknya nyaman deh buat jalan-jalan.



Ah, istirahat dulu. Mumpung sepi dan ada tempat yang cukup nyaman dan pas untuk membuat self-portrait. hehehe ..





Sekelompok ibu-ibu sedang memainkan alat musik tradisional dan menggunakan taman sebagai tempat berlatih. Alat yang seperti gitar kecil itu namanya samisen.
Karena kadang gerimis turun, mereka sering terpaksa berpindah tempat.



Ini bukan pohon sakura, meskipun mungkin mirip, apalagi bunga ini juga belum ada daunnya sehabis musim dingin. Kalau gak salah ini tergolong jenis bunga choya.



Entah apa yang dimainkan oleh ketiga bocah itu, mojok di tepi kolam yang sedang kering. Melihat mereka aku jadi teringat permainan gameboard yang telah kukenal sejak kecil. Tapi kusangka mainan mereka pasti lebih canggih dibandingkan mainan yang kukenal waktu kecil dulu.



Seorang wanita sedang mengajak anjingnya jalan-jalan sepanjang taman. Entah apa jenis anjing ini, tapi kata Yohan, perawatan untuk anjing ini cukup mahal.



Patung musisi yang cukup cantik, makin melengkapi keindahan taman kota tersebut.



... kran air siap minum...
Di Jepang orang terbiasa minum air langsung dari kran karena katanya sudah cukup higienis.



Biasanya kalau di kota, masalah waktu jalan-jalan adalah kalau lagi kebelet dan pengen buang air. Tapi di sini gak masalah, karena di taman tersedia WC umum yang bersih dan nyaman.



Dua gadis sedang menikmati makan siang, di tengah taman yang cukup sepi dan sejuk, suasana yang cukup pas buat refreshing di hari Minggu.



Seorang kakek sedang bermain lempar-lemparan :), nampaknya asik juga. Selain sehat, juga melatih ketelitian dan ketepatan.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...