28 June 2014

Trans Studio Bandung (Part 2)


Setelah makan siang, kami mencari wahana yang menarik tapi santai. Soalnya kalau memilih wahana yang memicu andrenalin, takutnya malahan sia-sia makanan yang barusan dinikmati. Apalagi makanan di dalam studio ini tidak bisa dibilang murah. Pilihan kami adalah Sky Pirates, wahana menaiki kapal Zeppelin berkeliling studio. Tentu saja bukan balon udara sungguhan, melainkan hanya memutar ibaratnya gondola.


Dari kapal "udara" itu, kita bisa melihat suasana di hampir setiap sudut studio ini. Gak terlalu berasa rugi lah. Berhubung jumlah kapal juga lumayan banyak, dengan waktu edar yang tidak terlalu lama, kita tidak perlu mengantri lama untuk bisa menikmati perjalanan ini. Pas banget untuk yang pengen sekedar santai sehabis makan.



Setelah berkelana lewat udara, giliran mencoba wahana lewat air, Jelajah. Meskipun tampaknya santai, rupanya "pelosotan" yang ada cukup tinggi dan menegangkan, dan cipratan air yang dihasilkan juga menambah seru wahana ini.


Istriku berada di sisi yang salah, sehingga terkena cipratan air yang cukup banyak dan membuat basah rambut serta bajunya. Untunglah pihak studio menyediakan pemanas, meskipun harus merogoh kocek 30 ribu untuk menggunakannya.


Meskipun tidak sempat menyaksikan pertunjukan dari maskot-maskot Trans Studio yang digelar di aula utama Studio Central, kami masih bisa menikmati pertunjukan tarian api yang menarik. Meskipun hanya seorang diri, namun pertunjukan yang menampilkan kelihaian memainkan api yang membara ini bisa dinikmati.


Dan tentu saja, dimana-mana selalu bisa kita jumpai orang yang bernarsis ria, dan berfoto bersama keluarga.


Mencoba berlatih menunggangi naga di wahana Dragon Riders hehehe. Meskipun tampak sepele, tapi ada kalanya kita dijungkat-jungkit cukup tinggi yang kadang bikin deg-degan. Ya tentu saja tidak terlalu menegangkan, tapi cukup menyenangkan lah.


Vertigo Galaxy, wahana yang mengingatkanku pada wahana Ontang-anting di Dufan. Sayangnya istriku maupun Andre tidak berani mencobanya, jadi akupun juga enggan. Selain wahana ini, ada satu wahana yang memang tidak berani aku coba, yaitu Negeri Para Raksasa, dimana pengunjung dihempaskan dari ketinggian 5 lantai. Melihatnya saja sudah tampak serem, jadi mendingan aku hindari saja. Sebenarnya sayang juga melewatkan wahana-wahana itu, mengingat jumlah wahana yang tersedia di sini tidaklah banyak, tapi apa daya, nyali belum terlalu tinggi hehehe.


Karena gak mau rugi, aku sempat memaksakan diri untuk mencoba wahana ini, Car Racing bersama Dunlop. Entah isinya apa, tapi kurang lebih kita akan naik mobil dan melaju dengan kencan layaknya berlomba. Sayangnya, antrian cukup panjang dan lama. Apalagi satu kendaraan hanya bisa dipakai 2 orang. Kami menyerah, berbalik arah dan memilih untuk pulang.


Dari dalam pelataran menjelang pintu masuk/keluar, kita bisa menyaksikan satu-satunya wahana yang berada di luar ruangan, yaitu roller coaster. Meskipun pendek, tapi tampaknya cukup menegangkan. Apalagi sepertinya ada gerakan melunjur mundur juga. Sayangnya gak ada teman, jadi lagi-lagi wahana ini kami lewatkan saja.

Secara keseluruhan, taman hiburan di dalam ruangan ini menarik, tapi tidak terlalu "wah". Artinya kami tidak terlalu minat untuk mengunjunginya lagi dalam waktu dekat. Bisa dibilang tidak ada wahana yang bikin kangen. Kalau di Dufan, aku masih bisa kangen dengan beberapa wahana seperti Halilintar dan petualangan 4D. Setidaknya rasa penasaranku sudah terpuaskan. Selanjutnya, waktunya menikmati sejuknya Bandung di akhir pekan.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...