29 December 2016

Sisa-sisa Liburan, Disimpan Sayang


Sampai di rumah eyang, El masih belum bisa langsung beradaptasi dan rewel. Bahkan saat aku ajak naik kereta dorong dia tampak tidak suka. Ini tampang dia sehabis nangis karena digendong neneknya :)


Betapa senangnya El bermain payung di cakruk dekat rumah eyang, sampai-sampai dia akan marah histeris ketika aku ambil payungnya. Cukup lama dia bermain di sini, dan terpaksa aku ajak pulang karena mulai mendung. Tentu saja dia marah-marah dan sempat memberontak saat digendong pulang.


Makam boncolono yang "bersejarah" pun tidak terhindar dari tindakan corat-coret norak tak bertanggung jawab seperti ini. Tidak terlalu mencolok, tapi tetap saja bikin kotor.


Ada dua manfaat yang bisa didapat saat kakek mendorong stroller ini. Pertama dia bisa bermain dengan cucunya, kedua dia bisa melakukan terapi berjalan untuk melatih otot-otot kakinya. Meskipun awalnya El belum bisa akrab dengan kakeknya ini, tapi dia santai saja karena tidak begitu menyadari siapa yang mendorong keretanya. Enjoy saja.


Menara Asmaul Husna yang sedang direnovasi, tetap tampak mencolok sebagai bagunan tertinggi di sekitarnya. Menara ini, sesuai namanya, memiliki tinggi 99 meter dan diklaim sebagai menara masjid tertinggi se-Indonesia.



Beberapa bunga koleksi neneknya El, tampak terawat dan mekar indah di halaman.


Aku cukup antusias mendapati adanya jalur khusus sepeda di kota Kediri ini, jalur yang sepertinya baru saja dibuat. Sayangnya, saat siang hari aku tidak melihat jalur ini dimanfaatkan dengan maksimal. Tidak banyak sepeda yang berlalu-lalang di kota ini, dan jalur ini dipakai untuk parkir mobil. Ironis, meskipun langkah ini patut dihargai, semoga saja bukan sekedar proyek untuk menyerap anggaran di akhir tahun.


Gak sabar ingin segera mencicipi buah jeruk, akibatnya ya cuma dapat rasa pahit hehehe.


Sehari sebelum pulang sudah mulai beberes, siap-siap mengepak barang. Liburan sudah hampir usai :)


Masjid di sebelah timur rumah adalah pemandangan yang sangat akrab dan iconic yang selalu kunikmati setiap kali aku berkunjung ke sini. Sebelumnya aku selalu bermain (nonton tivi) di lantai atas, tapi berhubung ada El, kali ini kami tidur di lantai bawah dan menghabiskan sebagian besar waktu di bawah. Aku baru menengok lantai atas menjelang pulang, sekedar memastikan apakah ada yang berubah dari pemandagan di teras atas.


Ada tetangga yang punya banyak burung dara di rumahnya, dilepas begitu saja sehingga berkeliaran juga di rumah-rumah tetangga. Menurutku ini pemandangan yang bagus. Tapi tidak bagi para tetangga, karena bagi mereka, burung-burung dara ini bisa merusak genteng rumah. Makanya salah satu tetangga bergegas mengusir burung-burung itu saat mereka bertengger di atap rumahnya.


Patung harimau di kebun buah yang ada di lereng gunung Klotok, sebelah selatan tak jauh dari Gua Selomangleng.


Seingatku aku belum pernah melihat lebah berwarna kuning. Makanya saat aku melihat lebah ini terbang di rerumputan, aku paksakan untuk memotretnya meskipun dengan susah payah sambil menggendong El. Hasilnya kurang maksimal, tapi lumayan lah sekedar untuk dokumentasi :)


Tarif masuk kawasan Gua Selomangleng. Aku lupa apakah aku pernah membayar untuk masuk ke tempat ini karena seingatku aku asal masuk saja. Tarif dewasa 4000 rupiah dan tarif anak 2000 rupiah.


Kakek sedang memeriksa kamera DSLR miliknya yang masih bisa digunakan meskipun auto focus-nya sudah tidak berfungsi dengan baik. Jadi untuk memakai kamera ini harus benar-benar mengandalkan focus manual.


Kereta ke Jakarta sudah hampir datang, tepat sesuai jadwal yang tertera di tiket.


El sedang menikmati biskuit dalam perjalanan pulang ke Jakarta, lumayan dia sudah bisa memegang sendiri dan memakan dengan benar biskuit itu, meskipun tetap saja ada yang berceceran.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...