25 January 2014

Pasar Kopro, a Traditional Market



Sejak pindah kontrakan di Tanjung Duren, aktivitas rutin tiap sabtu pagi adalah belanja di Pasar Tomang Barat, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pasar Kopro. Tapi sepertinya aku jarang posting tentang pasar ini ataupun aktivitas belanja di sini. Jadi mumpung hari ini sempat iseng foto-foto pakai kamera smartphone, aku tulis saja.

Pasar ini tergolong lengkap untuk soal sayur mayur, bahkan jenis sayuran dan bumbu yang sebelumnya jarang aku lihat. Bahkan ibu mertuakupun memuji tempat ini karena menjual sayur-sayur yang segar-segar, jadi pengen borong sayuran.


Ikan adalah belanja wajib, bahkan ketika kami memutuskan untuk tidak memasak di rumah, tetap saja kami harus belanja ikan segar. Tentu saja bukan untuk dimakan sendiri, tapi untuk jatah kucing-kucing di rumah. Minimal kami belanja 5 kg ikan, campuran antara ikan tongkol, blanak, kembung layang, dan sebagainya. Tidak semua jenis ikan disukai kucing, biasanya cuma tiga jenis ikan yang kusebutkan tadi. Seringkali para pedagang heran kok kami beli ikan begitu banyak. Padahal jatah 5kg ikan cuma bertahan 4-5 hari saja.


Ayam ini tampak kurus, tapi jangan salah, harganya mahal, maklum saja karena ini ayam kampung. Seekor yang agak besar harga hari ini 65 ribu, yang paling kecil saja 50 ribu per ekor. Belakangan ini kami coba untuk lebih memilih ayam kampung dan telor ayam kampung juga. Untuk telor ayam, per hari ini harganya 21 ribu / kg, katanya karena menjelang imlek dan terpengaruh banjir juga :)


Pasar ini dikelilingi dengan pepohonan yang cukup rindang, tapi aku perhatikan sepertinya beberapa dahan terpaksa harus dipangkas menjelang musim hujan, terutama yang ada di atas parkiran motor. Mungkin tujuannya untuk menghindari patahnya dahan itu akibat angin kencang (yang sering terjadi di Jakarta selama musim hujan).


Ini adalah pecel langganan kami, penjualnya nenek-nenek yang masih kuat "menyunggi" dagangannya. Cukup dengan uang lima ribu sudah biasa bawa pecel yang nikmat. Istriku selalu membeli pecel ini untuk makan siang, sementara aku sih kadang-kadang saja karena memang bukan penggemar pecel.


Sebenarnya di lantai 2 banyak penjual beragam makanan, mulai dari kue-kue, soto, pempek, hingga warteg. Tapi istriku sangat jarang beli makanan di sana, dan memilih membeli makanan di luar pasar saja. Kadang-kadang saja aku beli bebek panggang, atau sate babi (ini setelah berdebat keras dengan istriku terlebih dahulu hehehe), tapi lebih sering aku cuma beli nasi uduk atau kupat sayur di pinggir jalan.


Bapak tua ini menjual susu kedelai dan kacang hijau di pinggir jalan, dekat tempat angkot M24 ngetem, dan ini juga salah satu langganan kami sebelum pulang. Kadang-kadang dia dibantu anaknya, tapi lebih sering kami melihatnya berjualan sendiri, dengan baju rapi.

PS: foto-foto ini diambil dengan smartphone Polytron Quadra S2, ya bisa dibilang kurang terlalu mengesankan. Aku sengaja edit dengan aplikasi photo editor standard bawaan Andoid 4.2, yang ternyata menyediakan fitur cukup lengkap.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...