I just try to capture an ordinary life --- moments, things, places, peoples, etc. --- with a simple skill
I believe that we can find many interesting things in life, even in a very simple thing.
26 May 2013
Kethek Ogleng
Pas di Taman Budaya Yogyakarta, aku kebagian tontonan Kethek Ogleng, yang dibawakan oleh salah satu grup dari Gunung Kidul. Aku sudah sering mendengar istilah kethek ogleng ini, tapi tidak pernah tahu persis bentuk keseniannya seperti apa. Katanya kesenian ini berasal dari Wonogiri.
Seperti halnya kelompok kesenian tradisional pada umumnya, personil pendukung pertunjukan ini rata-rata sudah tidak muda lagi. Makanya wajar kalau ada kekuatiran kesenian tradional semacam ini akan punah, atau malah diadopsi oleh bangsa lain dan kita harus belajar ke luar negeri untuk tahu. Moga saja gak sampai terjadi.
Beberapa anak remaja mengajak pemeran utama pertunjukan ini untuk berfoto bersama. Mungkin mereka kenal dengan pemerannya, atau mungkin juga mereka hanya wisatawan pada umumnya.
Ah, untunglah pemeran utama pertunjukan ini masih tergolong muda, meskipun tidak terlalu belia. Mbak ini memerankan Rara Tompe, yang merupakan penyamaran dari Dewi Sekartaji :) Di sebelahnya adalah pembawa acara, yang kelihatannya tidak paham bahasa Jawa karena beberapa kali dia tampak kesulitan saat mengucapkan beberapa kata-kata jawa, termasuk saat menyebut nama Kethek Ogleng.
Meskipun aku tidak yakin dengan jalan ceritanya, tapi sepertinya bapak ini memerankan Raden Panji Asmorobangun.
Pertunjukan sudah dimulai, diawali dengan tarian Kethek Ogleng, sang Kera yang merupakan penyamaran dari Panji Asmorobangun, dalam usaha mencari kekasihnya.
... tampak belakang ....
.... Rara Tompe siap-siap beraksi ...
... ada beberapa wisatawan mancanegara yang mampir dan sejenak menyaksikan pertunjukan ini. Aku rasa, pertunjukan tradisional seperti ini sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja oleh wisatawan asing.
Si kethek memanfaatkan pohon beringin di belakang panggung sebagai bagian dari aksinya, karena setting adegan ini memang ditengah hutan.
... dapat close-up lagi ... (mohon dimaafkan kalau foto Roro Tompe terlalu mendominasi)
Sayangnya aku tidak sempat menyaksikan pertunjukan ini sampai selesai. Sudah terlalu sore, dan aku harus segera pulang karena keterbatasan angkutan umum di malam hari. Aku lagi malas pulang naik taksi. Perlu banyak menghemat untuk liburan kali ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bintaro View From Gramedia Building
Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...
-
Patung khas suku Asmat (kalau gak salah) terlihat berdiri kokoh dari gerbang keberangkatan terminal 2D bandara Soekarno Hatta Cengkaren...
-
Sebuah gedung gereja megah terlihat dari Jalan Tanjung Duren Barat, merupakan gedung gereja HKBP Tomang Barat di Jalan Mangga Jakarta ...
-
Pagi ini perlu menjadi saksi dalam sidang perceraian kakakku di daerah Cibinong, dan biar hemat aku putuskan naik kereta api. Sebenarnya ...
No comments:
Post a Comment