01 January 2020

Banjir di Tahun Baru


Malam pergantian tahun 2020 kali ini sepi-sepi saja, yang ada malah hujan deras. Sempat ada wacana dari beberapa warga, tapi tampaknya kebanyakan lebih suka bergumul di balik selimut atau merayakan di tempat lain. Jam 12 malam aku sempat melongok keluar rumah dan segera balik tidur melihat gerimis masih turun. Pagi harinya bangun kesiangan, dapat kabar dari grup kalau sungai di sebelah kompleks meluap.


Luapan sungai alias banjir kali ini termasuk paling dahsyat selama aku pindah ke kompleks ini. Biasanya kalau banjir, jalanan ini masih aman dilewati motor. Tapi kali ini, mobil yang diparkir di depan rumah warga tenggelam hampir separuh badan.



Rumah-rumah di kompleks memang aman dari banjir, karena lokasi di lereng dan cukup tinggi. Hanya 1 rumah yang sempat kemasukan air di dalam rumah, parahnya tuan rumah tidak segera menyadari karena sedang tidur. Mobilnya yang ada di carpot sempat terendam juga sebagian. Beberapa rumah lainnya air hanya sampai ke pekarangan/halaman.

Tapi yang terkena dampak parah adalah rumah pemulung yang ada persis di pojokan kompleks, tempat El biasa bermain. Rumah utama aman meski tergenang hampir 1 meter, tapi rumah lainnya yang tanpa pondasi hanyut tak bersisa, beserta banyak barang-barang rongsokan yang mereka kumpulkan. Tidak ada korban jiwa, syukurlah. Listrik di rumah itu langsung dipadamkan sekitar jam 7 pagi.


Karena bukan kejadian yang rutin, meski hujan masih rintik-rintik, banjir ini jadi tontonan warga sekitar yang penasaran. Di seberang sungai itu adalah kompleks Ciputat Baru, dan mereka terkena dampak banjir lumayan parah. Selain posisi rendah, sistem drainase juga kurang bagus meskipun ada 1 pompa air di sana. Kabarnya sejak pagi sudah ada tim Basarnas yang siaga di sana.

Masalahnya, di Ciputat Baru itu ada gardu listrik yang terkena dampak, dan sebagian rumah di kompleks kami mendapat suplai listrik dari sana, termasuk rumahku. Demi keamanan, mulai jam 12 siang listrik dipadamkan. Untung sudah ada pemberitahuan awal, jadi kami sempat mengisi penuh air dan powerbank.


Sore hari, mobil Ford yang terendam air ini dievakuasi atas instruksi pemiliknya, yang kebetulan saat itu sedang tidak ada di rumah, masih berlibur. Lumayan parah juga kayaknya.


Sementara bagi anak-anak, genangan air banjir adalah wahana bermain yang menyenangkan. Bahkan ada beberapa anak yang sempat mandi di jalanan yang tergenang air itu. Meski menyenangkan dan murah-meriah, hal ini bukanlah sesuatu yang pantas dibanggakan.Adalah konyol kalau ada tokoh politik terpelajar yang justru senang saat melihat "anaka-anak gembira tuh bermain di banjir".


Hingga menjelang senja genangan air masih belum juga surut, dan kabarnya masih bakal ada tambahan kiriman dari selatan, meski hujan di sini sudah reda. Padahal kami berharap air segera surut, atau setidaknya listrik dinyalakan. Sayangnya harapan kami bakal sia-sia.


Jadinya kami melewatkan malam ini tanpa listrik dan harus berhemat air. Untunglah kami sudah sedia beberapa powerbank yang penuh, dan ada beberapa lampu LED yang cukup untuk penerangan. Syukurlah pula malam ini udara masih dingin dan tidak banyak nyamuk. Hanya saja sinyal internet (XL) sangat buruk jadi kami tidak bisa banyak memakai internet. Karena terbiasa dengan gelap,anak-anak tidak takut saat mati lampu.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...