15 March 2019

Selamat Jalan, Bapak!


Di rumah duka RS Bethesda Jogja ini bapak disemayamkan, dan di sini juga dilakukan ibadah pelepasan jenasah sebelum dimakamkan. Ibadah dimulai jam 1 siang karena hari Jumat, supaya tidak bentrok dengan jumatan.


Selain saudara dan kenalan, sebagian besar yang hadir dalam ibadah ini adalah warga gereja GKJ Jatimulyo, dan sebagian besar tidak aku kenal.


Mungkin karena lokasi, jadi tidak terlalu banyak yang hadir, padahal aku yakin kenalan bapak ada banyak, termasuk teman-teman pensiunan dan teman permainan. Apalagi bapak termasuk "aktif" di kampung. Mungkin kalau diadakan di kampung, bakal lebih ramai - melebihi waktu pemakaman ibu tiri. Sebagian tetangga memilih langsung untuk datang ke tempat pemakaman.


Yang menarik dalam kotbah pak pendeta saat itu adalah beliau berusaha menyampaikan kenangan baik tentang bapak, - salah satunya adalah bapak suka memberi pisang ke pak pendeta. Aku tahu, bapak tidak terlalu aktif di gereja tapi masih ada kontak dengan para pelayan dan secara rutin masih ada kunjungan dari pihak gereja.


Sepanjang acara, ibu hanya bisa duduk di kursi roda, karena punggungnya sakit. Kondisinya masih lebih baik karena bisa duduk dan berjalan pelan, tapi tidak bisa berlama-lama. Makanya setelah ibadah ini selesai, ibu memilih pulang, tidak ikut ke pemakaman yang lokasinya cukup jauh.


Terima kasih banyak untuk para majelis dan pelayan di GKJ Jatimulyo yang sudah melayani ibadah pelepasan jenasah bapak, juga dalam ibadah penghiburan semalam.


Mas Yanto mewakili pihak keluarga menyampaikan ucapan terima kasih untuk semua yang hadir atas perhatiannya dan doa-doa bagi kami semua. Semua anak dipanggil ke mimbar. Agak ironis, tapi di saat seperti inilah kami bisa berkumpul. Terakhir kali kami bisa lengkap berkumpul adalah saat kunjungan mereka ke rumahku, waktu El belum ada satu tahun.


Jenasah dibawa dengan ambulan menuju pemakaman di daerah Prambanan, Klaten, lumayan jauh dari pusat kota Jogja - di kampung halaman bapak dan ibu. Perjalanan cukup lama karena jalanan di Jogja lumayan macet, atau merayap, bahkan untuk ambulan pun masih agak tersendat. Kondisi lalin yang padat membuat pak Pendeta tertinggal jauh di belakang, padahal beliau sudah berangkat kurang lebih 15 menit lebih awal, tapi kami harus menunggu hampir setengah jam.


Sebagian besar yang datang di sini, termasuk yang menyiapkan liang kubur, adalah saudara-saudara bapak. Para tetangga dari Mulungan juga datang, katanya berangkat dengan 3 mobil. Selesai pemakaman kami mampir sebentar ke tempat bulik Min, adik bapak yang rumahnya dekat lokasi pemakaman. Beliau sudah menyiapkan hidangan, sengaja untuk menyambut para pelayat.


Selamat jalan bapak, semoga tenang di sana. Setidaknya penderitaanmu sudah berakhir, penyakit yang harus dijalani lebih dari setahun dengan berbagai tekanan, sekarang sudah berlalu.

Meski sedih dengan kepergian beliau, tapi banyak hal yang membuat kami lega. Menjelang akhir hidupnya, bapak bisa berdamai dengan ibu, setelah puluhan tahun berpisah. Meski keras kepala, tapi bapak juga telah sepenuh hati berserah pada Tuhan.

No comments:

Bintaro View From Gramedia Building

Akhir tahun gak ada acara apa-apa, jadi iseng saja pergi ke Gramedia buat lihat-lihat buku, mumpung pandemi sudah berlalu. Ini pemandangan k...